Menuju konten utama

Seth Rumkorem: Mantan Intelijen TNI yang Membela Kemerdekaan Papua

Seth Rumkorem desersi dari TNI dan memproklamasikan kemerdekaan Papua pada 1 Juli 1970.

Seth Jafet Rumkorem. FOTO/jubi.co.id

tirto.id - Dua bulan lalu, TNI Angkatan Darat kelahilangan Prajurit Satu Lucky Y Matuan alias Lukius dari Batalion Infanteri 400/Banteng Raiders, Jawa Tengah. Dia memilih bergabung dengan kelompok pembebasan Papua. Batalion ini dulu bernama Batalion 454 yang melakukan terjun payung dalam Operasi Trikora di bawah pimpinan Mayor Untung Syamsuri.

Pendahulu Lukius adalah Seth Jafet Rumkorem, perwira pertama TNI Angkatan Darat yang juga desersi dan bergabung dengan kelompok pembebasan Papua.

Seth Rumkorem kelahiran Biak tahun 1933. Ia putra dari Lukas Rumkorem--pendiri Partai Indonesia Merdeka--tokoh yang berjasa dalam bergabungnya Papua ke Indonesia. Ketika usianya 29, Seth Rumkorem meninggalkan pekerjaannya sebagai petugas pembukuan di maskapai penerbangan Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KPM), dan masuk TNI pada pada 1962.

Seperti disebut dalam West Papua: The Obliteration of a People (1988:64), Seth Rumkorem memiliki perasaan anti-Belanda yang cukup berapi-api dan antusias menyambut perubahan di Papua pada 1962. Ia kemudian dikirim ke Bandung untuk mengikuti pelatihan militer.

Mulanya, sebagaimana dilaporkan Jubi, Seth Rumkorem diikutkan dalam pelatihan calon sersan. Setelah itu sempat ditugaskan dalam Operasi Dwikora Ganyang Malaysia di Kalimantan. Ia kemudian diikutkan dalam Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD) di Bandung.

Setelah selesai mengikuti pendidikan di P3AD, ia berpangkat letnan dua dan menjadi perwira intelijen di Kodam Diponegoro, Jawa Tengah.

Pekerjaannya selaku perwira intelijen membuat Seth Rumkorem paham apa yang terjadi di Papua. Pada 1964, ia ditangkap karena mencoba menggagalkan demonstrasi yang disponsori pemerintah. Seth Rumkorem ingat bagaimana masyarakat Papua datang melapor kepada ayahnya tentang perlakuan buruk yang mereka terima dari aparat Indonesia.

Tahun 1969 ia ditangkap lagi karena mengkritik perilaku curang dalam jejak pendapat yang dikenal sebagai Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera). Kecurangan ini menjadikan Papua jatuh ke tangan Indonesia dan perusahaan tambang asal Amerika Serikat (Freeport) segera mendapat konsesi dari pemerintah Orde Baru.

Menurut catatan Jurnal Intelijen Indonesia edisi September 2015, Seth Rumkorem terpengaruh oleh Herman Womsiwor, tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bermukim di Belanda. Keduanya sama-sama berasal dari Biak. Pada usia 15 tahun, Herman bergabung dengan militer Amerika Serikat yang melawan Jepang di sekitar Papua. Ia kemudian jadi penerjemah dan berkelana hingga ke Belanda dengan satu mimpi besar: Papua Merdeka.

Warsa 1970, Seth Rumkorem dikirim ke Jayapura. Kala itu, Kodam Cenderawasih dipimpin oleh Mayor Jenderal Acub Zaenal. Di tanah kelahirannya, Seth Rumkorem menyaksikan bahwa orang-orang Papua ditekan oleh aparat Indonesia. Hal ini akhirnya membuat ia desersi.

Di perbatasan Papua Nugini, ia membangun Markas Victoria. Menurut Johannes Rudolf Gerzon Djopari dalam Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (1993:116), markas yang dibuat Seth Rumkorem itu adalah markas komando Tentara Pembebasan Nasional (TPN) yang kemudian berubah menjadi Tentara Nasional Papua (TNP). Ia memimpin pasukan ini dengan pangkat Brigadir Jenderal.

Infografik Seth Jafet Rumkorem

Infografik Seth Jafet Rumkorem 1933-2010. tirto.id/Fuad

Tanggal 1 Juli 1971, Seth Rumkorem memproklamasikan kemerdekaan Papua.

“Semoga Tuhan beserta kita, dan semoga dunia menjadi maklum, bahwa merupakan kehendak yang sejati dari rakyat Papua untuk bebas dan merdeka di tanah air mereka sendiri dengan ini telah dipenuhi,” ucapnya.

Namun, cita-citanya tentu saja harus menempuh jalan terjal, bahkan hingga kiwari. Tak ada negara adidaya yang mendukung upaya Seth Rumkorem. Maka tak heran jika selama puluhan tahun orang-orang Papua yang ingin merdeka hanya bisa bergerilya. Seth Rumkorem pun kemudian turun gunung dan pergi ke luar negeri. Ia tutup usia pada 12 Oktober 2010.

Tentu tak semua orang Papau yang jadi anggota TNI melakukan desersi seperti Seth Rumkorem dan Lukius. Setidaknya ada beberapa contoh seperti Laksamana Fredy Numbery, Letnan Jenderal Joppye Onesimus Wayangkau, dan Letnan Jenderal Herman Asaribab.

Kiwari di Papua terdapat dua kodam, yaitu Kodam Cenderawasih dan Kodam Kasuari. Orang-orang Papua pun kian banyak yang direkrut menjadi TNI. Artinya, tak menutup kemungkinan ke depan, pelbagai kelompok pembebasan Papua akan lebih kerap berhadapan dengan sesama orang Papua.

Baca juga artikel terkait ORGANISASI PAPUA MERDEKA atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Humaniora
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Irfan Teguh