Menuju konten utama

Setara Institute Sebut 10 Kampus Terpapar Paham Radikalisme

Radikalisme di kampus masuk lewat kelompok Islam eksklusif melalui organisasi kemahasiswaan seperti lembaga dakwah mahasiswa.

Setara Institute Sebut 10 Kampus Terpapar Paham Radikalisme
sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam aktivis mahasiswa salatiga melakukan aksi tolak ajaran radikalisme dan terorisme di salatiga, jawa tengah, kamis (21/7). dalam aksi tersebut mereka mengajak seluruh warga khususnya kaum muda untuk tetap mewaspadai dan menolak terhadap penyebaran ajaran radikalisme dan terorisme yang sering dilakukan perekrutan terorisme saat usia muda. antara foto/ aloysius jarot nugroho/nz/16.

tirto.id - Direktur Riset Setara Institute, Halili mengatakan, terdapat 10 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia terpapar paham Islam radikalisme. Hal ini berdasar riset yang telah dikerjakan.

Ia juga mengatakan gelombang radikalisme pada 10 PTN tersebut dibawa oleh kelompok keagamaan yang eksklusif yakni dari kelompok yakni salafi-wahabi, tarbiyah, dan tahririyah.

"Corak kegiatan keislaman di kampus [yang terpapar radikalisme] itu monolitik. Cenderung dikooptasi oleh golongan Islam tertentu yang tertutup atau eksklusif," ujar dia, dalam diskusi 'Membaca Peta Wacana dan Gerakan Keagamaan di PTN', Jakarta Pusat, Jumat (31/5/2019).

Halili mendasarkan penelitiannya kepada 10 PTN yakni UI, ITB, UGM, UNY, UIN Jakarta dan Bandung, IPB, UNBRAW, UNIRAM, dan UNAIR.

Ia juga mengatakan, kelompok keagamaan ekslusif tersebut melahirkan wacana yang kebenarannya diyakini sendiri.

"Dominan wacanannya secara umum yakni berpegang teguh pada Alquran, Islam terdzolimi, Islam harus waspada. Mereka hanya meyakini yang mereka pelajari dan cenderung waspada dengan yang berpikir berbeda," ujar dia.

Menurut dia, kelompok keagaman ekslusif ini, menjadikan masjid dan musala sebagai basis kaderisasi.

Dalam menyebarkan ajarannya, kata dia, kelompok ini menyasar organisasi kemahasiswaan seperti Lembaga Dakwah Kemahasiswaan dan Lembaga Dakwah Fakultas.

Menurut Halili, pejabat PTN semula tak mengetahui gerakan kelompok ini, namun kini sudah mulai menanganinya.

"Inisiatif yang sudah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi menunjukkan bahwa aktor-aktor kunci di perguruan tinggi memainkan peran penting dalam mengurai structural opportunity dan mendestruksi enebling environments bagi berkembangnya wacana dan gerakan keislaman eksklusif di kampus, khususnya kampus negeri," ujar dia.

Baca juga artikel terkait RADIKALISME atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Zakki Amali