Menuju konten utama

Sepertiga Kelurahan di DKI Jakarta Rawan Banjir

200 lingkungan RW di 55 kelurahan di Jakarta pernah terendam banjir selama enam bulan pertama tahun 2018.

Sepertiga Kelurahan di DKI Jakarta Rawan Banjir
Pasukan Orange tengah membersihkan tumpukan sampah di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, pada Selasa (13/11/18). tirto.id/Restu Diantina Putri

tirto.id - Senin kemarin, pukul 2 pagi, ketika orang-orang seharusnya tidur lelap dan istirahat, Kali Ciliwung meluap. Pada dini hari itu genangan air di RW 04 dan RW 05 Kampung Melayu sempat mencapai satu meter.

Warga yang sudah terbiasa dengan banjir tak beranjak atau mengungsi; mereka menunggu air surut, lalu membersihkan sisa-sisa sampah dan lumpur. Senin siang, air mulai surut.

“Warga sini sudah biasa, makanya kalau bukan banjir lima tahunan, ya enggak ngungsi,” kata Suaib, warga RW 05 yang menjadi korban banjir. Rumah Suaib dari kayu dan tepat di bantaran kali.

Ketika banjir besar lima tahunan, rumah-rumah di bantaran kali hanyut. Jika banjir sudah surut, Suaib dan warga lain akan membangun kembali rumah dengan material yang tersisa di sungai.

Senin lalu, banjir bukan hanya terjadi di Kampung Melayu. Beberapa kelurahan lain di Jakarta juga terendam air, di antaranya Cawang, Cipinang, dan Pejaten Timur.

Ini juga bukan banjir pertama di Jakarta sepanjang 2018. Februari lalu, 6.532 orang dari 20 kelurahan mengungsi akibat banjir merendam rumah mereka. Ia tersebar di 12 kecamatan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat.

Sebenarnya, ada 7.228 KK atau 11.450 jiwa yang terdampak banjir. Namun, tak semuanya bersedia mengungsi, terutama yang rumahnya berlantai dua.

Pada Maret, April, Mei, Juni, Oktober tahun ini, banjir juga merendam beberapa kelurahan di Jakarta, hanya tak sehebat Februari lalu.

Dalam tiga abad sejarah Jakarta, salah satu banjir terbesar terjadi pada 2007. Curah hujan tinggi selama lima hari pada awal Februari membuat 60 persen wilayah Jakarta lumpuh, termasuk aktivitas perekonomian.

Banjir hebat itu merenggut 48 korban jiwa di Jakarta, 18 orang di Bogor, dan 13 warga di Banten. Kerugian akibat bencana banjir ini diperkirakan mencapai Rp5,1 triliun.

Akhir tahun 2012 dan awal 2013, banjir dahsyat kembali menjenguk Jakarta. Bundaran Hotel Indonesia hingga Istana Negara ikut tergenang air.

Masih di Jakarta Barat, Kelurahan Kapuk di Kecamatan Cengkareng juga menjadi langganan banjir dan menggenangi 14 RW.

Lingkungan RW di dua kelurahan itu paling banyak terkena banjir. Dari daftar 55 kelurahan, rata-rata hanya 3 RW yang diterjang banjir.

Infografik HL Indepth Banjir Jakarta

Secara geografis, 40 persen wilayah Jakarta memang lebih rendah dari permukaan laut. Rata-rata ketinggian wilayah Jakarta hanya 7 meter di atas permukaan laut. Itu sebabnya, sejak abad ke-17, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Pieterszoon Coen ingin membangun Kota Jakarta (saat itu Batavia) dengan konsep kota air dengan kanal-kanal seperti di Amsterdam.

Semakin pesatnya pertumbuhan pemukiman dan pembangunan kota di sepanjang daerah aliran sungai membuat potensi bencana banjir kian besar.

Dalam kajian Rencana Penanggulangan Bencana DKI Jakarta 2013-2017, BPBD menyebut pembangunan Jakarta tidak dibarengi drainase memadai dan kanal-kanal yang difungsikan. Akibatnya, aliran air dari sungai ke laut terhambat dan membuat kawasan sepanjang daerah aliran sungai rentan banjir. Ada total 13 sungai yang melintasi Jakarta.

Setiap tahun, BPBD DKI Jakarta mempublikasikan daftar kelurahan rawan banjir. Daftar itu didasarkan pada data banjir lima tahun terakhir dan kondisi fisik wilayah.

Data terbaru yang diterbitkan tahun 2017 dan diperbaharui pada Mei 2018 menunjukkan dari total 262 kelurahan, 82 di antaranya termasuk wilayah rawan banjir.

Ini artinya, satu dari setiap tiga kelurahan di Jakarta harus waspada atas bencana banjir yang mungkin datang pada musim hujan, seperti mulai berlangsung pada bulan November ini.

Kelurahan-kelurahan rawan banjir itu tersebar di seluruh kawasan di Jakarta, 25 kelurahan di Jakarta Selatan, 23 kelurahan di Jakarta Timur, 17 di Jakarta Barat, dan hanya 2 di Jakarta Pusat.

Cengkareng, Penjaringan, Mampang Prapatan, Makasar, dan Cilincing menjadi lima kecamatan dengan jumlah kelurahan rawan banjir terbanyak; enam kelurahan di Cengkareng; dan selebihnya masing-masing lima kelurahan.

Jika dibandingkan data empat tahun lalu, jumlah kelurahan rawan banjir di Jakarta sebenarnya menyusut. Tahun 2014, BPBD mengeluarkan data serupa dan 112 kelurahan masuk dalam daftar wilayah rawan banjir.

Titik-titik rawan banjir itu tersebar di 31 kecamatan. Artinya, ada penyusutan wilayah rawan banjir sekitar 26 persen.

Anda bisa ikuti akun resmi Twitter BPPD DKI Jakarta yang selalu mengabarkan situasi darurat tertentu, termasuk info banjir dan prakiraan cuaca, setiap menit dan jam.