Menuju konten utama

Seperti Jokowi, Soeharto Juga Sayang Cucu

Soeharto ikut menunggui kelahiran beberapa cucunya. Di masa tua, ia sering menghabiskan waktu bersama mereka.

Seperti Jokowi, Soeharto Juga Sayang Cucu
Soeharto, Titiek, dan Didit. tirto.id/Nadya

tirto.id - Presiden Joko Widodo punya cucu lagi. Pada Rabu (1/8/2018) pukul 05.05 WIB, Kahiyang Ayu, putri presiden, melahirkan anak pertama di Rumah Sakit YPK Mandiri, Jakarta Pusat.

"Alhamdulillah pukul 05.50 WIB telah lahir anak Bobby dan Kahiyang dalam keadaan sehat wal afiat dan selanjutnya biar Bobby yang bicara," kata Jokowi saat menyampaikan keterangan kepada awak pers di rumah sakit, sebagaimana diberitakan Tirto.

Anak Kahiyang dan suaminya, Bobby Afif Nasution, itu diberi nama Sedah Mirah Nasution. Si jabang bayi adalah cucu kedua bagi Jokowi dan Iriana. Sebelumnya, mereka sudah memiliki satu cucu laki-laki bernama Jan Ethes Srinarendra dari anak pertamanya, Gibran Rakabuming, yang beristri Selvi Ananda.

Kegembiraan tampak menyelimuti wajah keluarga Jokowi. Ia tentu senang sekali punya cucu kedua. Berpuluh tahun lalu, kegembiraan serupa juga mampir di keluarga Soeharto, presiden RI ke-2.

Soeharto Sayang Cucu

Seperti Jokowi dan Iriana, Soeharto dan Tien adalah kakek-nenek yang menyayangi cucu-cucu mereka. Di masa Orde Baru, siaran TVRI yang menggambarkan betapa sayang Soeharto dan Tien kepada para cucu kerap terlihat. Dalam sebuah siaran, misalnya, Tien dan cucu-cucunya tampak asyik bermain di Taman Buah Mekarsari. Bahkan, menurut buku Ibu Tien Soeharto Dalam Pandangan dan Kenangan Para Wanita yang disunting Abdul Gafur (1996: xix), sehari menjelang kematiannya, Tien sedang bercengkerama bersama para cucu.

Soeharto juga menikmati keramaian bersama cucu-cucu di rumahnya di Jalan Cendana ketika ada acara-acara keluarga. “Menjelang magrib, sekarang tiap hari mesti saya bertemu dengan cucu-cucu. Saya memerlukan kehangatan suasana keluarga setelah ditimbun oleh pekerjaan-pekerjaan berat,” aku Soeharto dalam autobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989: 233), yang disusun Ramadhan K.H.

Ketika buku tersebut disusun, Soeharto sudah punya banyak cucu. Satu dekade terakhir masa kekuasaannya itu adalah periode yang cukup memusingkan. Cucu-cucunya seolah jadi pelepas penat. Tapi Soeharto bukan tipe kakek yang menyayangi para cucu jika ada kebutuhan saja, dia juga perhatian kepada mereka.

Putri dan menantu perempuannya ingat betul bagaimana Soeharto dan Tien perhatian pada mereka dan anak-anak mereka. Soeharto memang tidak selalu muncul ketika anak atau menantunya bersalin, tapi perhatiannya tak diragukan.

Siti Hardiyanti Rukmana, putri sulung Soeharto yang kawin dengan Indra Rukmana (anak Eddy Kowara), ingat bagaimana ketika dia melahirkan anak pertama. “Dandy Nugraha—anak pertama kami—lahir dalam situasi unik. Ketika hamil Dandy, saya dan Mas Indra masih bersekolah di London,” kenang perempuan yang kerap disapa Mbak Tutut ini dalam buku Ibu Tien Soeharto Dalam Pandangan dan Kenangan Para Wanita (hlm. 10).

Soeharto dan istri pun menyuruh Tutut kembali ke Jakarta. Kebetulan Indra Rukmana sedang ujian dan sulit menjaga kelahiran anaknya.

“Ibu (Tien) menemani saya di dalam ruang bersalin sementara Bapak (Soeharto) menantikan di ruang sebelah,” aku Tutut.

Dia ingat bagaimana sakitnya melahirkan. Seperti biasa, Tien membimbing sebagai ibu. Kepada putri sulungnya—yang biasa dipanggil wuk—yang sedang berjuang itu, Tien beri arahan, “ayolah, kamu mbok ngeden wuk!” Hasilnya tentu membahagiakan: Dandy Nugraha Hendro Maryanto lahir dengan selamat. Mbak Tutut begitu bahagia meski tak ada Indra di sampingnya, karena ada Soeharto dan Tien yang menemani.

Siti Hediati Hariyadi alias Titiek, putri kedua Soeharto, juga punya pengalaman tersendiri ketika melahirkan. Titik agak beruntung dibanding Mbak Tutut waktu melahirkan anak pertamanya. Suami Titiek, Prabowo Subianto Djojohadikusumo alias Mas Bowo, hadir. Begitu pula Soeharto dan Tien.

“Waktu melahirkan saya ditunggui Ibu dan Mas Bowo di ruangan bersalin, sedang Bapak di luar. Ibu menginginkan Mas Bowo melihat sendiri sejauh mana penderitaan istrinya saat melahirkan,” tutur Titiek dalam buku yang sama (hlm. 78).

Titiek melihat Prabowo, suaminya, merasa ngeri. Padahal ia seorang kapten dalam pasukan anti-teror Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) dan pernah merasakan medan perang Timor-Timur melawan Fretilin.

“Mungkin karena Mas Bowo tidak tega melihat saya, maka pandangannya dialihkan ke tempat lain. Rupanya Ibu melihat, serta merta Ibu menegur Mas Bowo, bahwa yang sakit itu istrinya, jadi pandangan harus terus tertuju kepada saya, tidak boleh kemana-mana,” aku Titiek.

Begitulah kisah kelahiran Ragowo Hediprasetyo pada 1984. Belakangan, Ragowo lebih dikenal dengan nama Didit Hediprasetyo alias Didit Prabowo.

Infografik Soeharto dan Cucu

Tapi tak semua kelahiran cucunya ditunggui oleh Soeharto. Banyak yang menyebut, ketika Ari Haryo Wibowo Harjojudanto, cucu pertamanya, lahir pada 3 November 1970, Soeharto tak sempat menungguinya. Si cucu ini belakangan dikenal sebagai pebisnis sekaligus cucu yang pertama kali terjun di dunia bisnis. Dia dikenal dengan nama Ary Sigit.

“Ketika saya melahirkan anak pertama, Bapak (Soeharto) dan Ibu (Tien) tidak dapat menunggui kelahiran cucu pertamanya,” aku Elsje Anneke Ratnawati alias Ilsye Sigit Harjojudanto, masih dalam buku yang sama (hlm. 64).

Ilsje adalah istri dari anak kedua Soeharto, Sigit Harjojudanto. Meski begitu, Ilsje tetap merasa beruntung. Karena tinggal satu atap, Soeharto dan Tien kerap melihat cucu pertama mereka itu.

“Setiap pagi, putra pertama kami selalu digendong, bahkan kalau malam hari Ary bersama eyangnya. Padahal Ary kalau tidur lasak sekali seperti kuda, tetapi eyangnya malah senang dan merasa tidak terganggu,” kata Ilsje.

Kala itu, Ilsje masih tinggal satu rumah bersama Soeharto dan Tien. Ilsje setahun hidup bersama mertua. Setelahnya, keluarga kecil Ilsje dan Sigit pindah ke rumah lama Soeharto di Jalan Agus Salim. Sebelum jadi presiden, di masa-masa menjabat Panglima Kostrad, Soeharto pernah tinggal di rumah itu.

Adik-adik Ari Sigit tidak mengalami apa yang terjadi pada abang mereka. Pada saat Retnosari Widowati Harjojudanto (Eno) dan Aryo Seto, anak kedua dan ketiga Ilsje dan Sigit, lahir, menurut pengakuan Ilsje, “Alhamdulillah Bapak dan Ibu hadir.”

Sebagai cucu-cucu daripada Presiden Republik Indonesia, adalah hal yang biasa ketika kelahiran mereka diberitakan media. Tak heran pula saat para cucu itu dewasa dan sang kakek masih menjabat presiden, mereka tetap menjadi bahan pemberitaan media. Di zaman sekarang, cucu-cucu Jokowi juga mengalami hal serupa.

Baca juga artikel terkait CUCU PRESIDEN atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Humaniora
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Ivan Aulia Ahsan