Menuju konten utama

Sepak Terjang Titiek Soeharto, Anak Presiden Pecinta Disko

Selain berbisnis, Titiek Soeharto terlibat dalam berbagai yayasan yang dikelola ibunya pada zaman Orba. Ia juga menyukai disko.

Sepak Terjang Titiek Soeharto, Anak Presiden Pecinta Disko
Titiek Soeharto. Tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya Titiek Soeharto atau Siti Hediati Harijadi masih getol menjual rekam jejak Soeharto, ayahnya sendiri, Presiden RI ke-2. Anggota dewan pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno itu berusaha mengembalikan kebijakan era Soeharto.

“Sudah cukup. Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto yang sukses dengan swasembada pangan, mendapatkan penghargaan internasional dan dikenal dunia,” twit Titiek melalui akun Twitternya, Rabu (14/11/2018).

Menurut mantan politikus Partai Golkar itu, dibukanya keran impor menunjukkan Presiden Jokowi tak serius memajukan sektor pertanian dan membuat petani tercekik.

Padahal, di era Soeharto, meski Indonesia mendapat penghargaan swasembada pangan dari FAO pada 1984, negara ini masih mengimpor beras. Pada 1995, Indonesia malah semakin bergantung pada impor beras. Kala itu impor beras mencapai angka sekitar 3 juta ton.

Era Soeharto juga dipenuhi korupsi, penyalahgunaan kekuasaan demi keuntungan pribadi, dan pembungkaman lawan-lawan politik. Berdasarkan data Global Corruption Report 2004 dari Transparency International, Soeharto adalah salah satu pemimpin paling korup di dunia.

Soeharto dianggap menggelapkan dana negara 15 hingga 35 miliar dolar AS, saat GDP negara kurang dari 700 dolar AS per kapita. Meski diduga menyalahgunakan sumber daya negara, Soeharto kebal hukum.

Cuitan Titiek hanya salah satu contoh bagaimana politik "enak zamanku, tho?" masih terus dimainkan hari-hari ini. Titiek boleh saja berbangga atas pencapaian ayahnya demi mendukung bekas suaminya yang maju pencalonan presiden. Itu wajar. Lagi pula, ketika sang ayah masih berkuasa, Titiek juga menikmati berbagai fasilitas dan keistimewaan dalam berbisnis yang diberikan negara.

Bagaimana sebenarnya sepak terjang Titiek di zaman Soeharto masih berkuasa?

Anak Jenderal, lalu Anak Presiden

Titiek dilahirkan di Semarang pada 14 April 1959 dengan nama Siti Hediati Harjadi. Ketika anak keempatnya ini lahir, Soeharto berpangkat kolonel dan menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Setelah itu, karier Soeharto suram karena terkait kasus perdagangan ilegal yang melibatkan militer.

Soeharto paling apes di antara kebanyakan perwira menengah yang berbisnis. Dia juga nyaris dipecat. Untung ada Gatot Subroto. Soeharto hanya dicopot dari posisi panglima, lalu disekolahkan di Bandung. Karier ketentaraan Soeharto pun selamat.

Pada 1960, pangkat lelaki kelahiran Desa Kemusuk ini naik jadi brigadir jenderal dan naik lagi jadi mayor jenderal dua tahun kemudian. Selanjutnya? Semua orang di Indonesia mafhum belaka.

Titiek dibesarkan dua orang tua yang sibuk. Soeharto adalah jenderal dengan jabatan Panglima Kostrad (Pangkostrad) sejak 1963. Sementara ibunya, Siti Hartinah alias Tien, tentu sibuk sebagai ketua Persatuan Istri Tentara (Persit) Kartika Chandra Kirana. Sewaktu kecil, Titiek kerap ikut ibunya berkunjung ke rumah ibu-ibu jenderal.

Kala Soeharto jadi Pejabat Presiden Republik Indonesia pada 1967, Titiek berusia 8. Dia pun mendapat predikat mentereng: anak presiden. Dia bersekolah di sekitaran Menteng. Sekolah Dasarnya di SD Cikini, lalu SMP Negeri 1 Jakarta, lalu SMA Negeri 3 Jakarta. Setelahnya, Titiek kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI).

Profesor Sumitro Djojohadikusumo, yang kerap dijuluki begawan ekonomi Indonesia, sempat mengajar Titiek di FE UI. Menurut pengakuan Sumitro dalam biografinya yang disusun Hendra Esmara, Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (2000), Titiek pernah mengulang mata kuliah yang diampunya. Sumitro waktu itu tidak tahu ada anak presiden yang ikut kelasnya. Kata Sumitro, Titiek lebih suka duduk di belakang (hlm. 420).

Pecinta Disko dan Prabowo

Titiek tumbuh dewasa di zaman disko sedang berjaya. Setidaknya dia menjadi mahasiswa setelah film Saturday Night Fever (1977) yang dibintangi John Travolta dirilis. Tak heran, Sumitro menyebut bahwa Titiek suka disko. Di era 1980-an, musik disko identik dengan dunia gemerlap (dugem) alias dunia malam. Tapi tentu saja, sebagai putri daripada Presiden Soeharto, Titiek tidak bisa leluasa blusukan di lantai dansa.

Belakangan Titiek dipacari—lalu akhirnya dinikahi—anak sang profesor, namanya Prabowo Subianto Djojohadikusumo. Titiek baru selesai kuliah pada 1985, setelah menikah dan punya anak. Sepenuturan Abdul Gafur dalam Siti Hartinah Soeharto: Ibu Utama Indonesia (1992), "[Titiek] berbeda dengan kakak-kakaknya yang mencapai perguruan tinggi tapi tidak sampai selesai, Titiek justru berhasil menyelesaikan studinya" (hlm. 489).

Titiek tentu menjadi sarjana pertama dalam keluarga Soeharto. Soeharto saja cuma lulusan Schakelschool, yang masih setara SD.

Setelah menikah dengan Kapten Prabowo, mau tidak mau Titiek menjadi bagian dari Persit Angkatan Darat, seperti Ibu Tien di zaman Soeharto masih jadi tentara. Menurut catatan Abdul Gafur, Titiek aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan olahraga. Dalam yayasan-yayasan yang dikelola Tien, Titiek juga dilibatkan.

“Barangkali karena latar pendidikan saya adalah ekonomi, maka saya ditunjuk sebagai bendahara dalam beberapa yayasan yang ibu kelola,” aku Titiek dalam Ibu Tien Soeharto Dalam Pandangan dan Kenangan Para Wanita yang disunting Abdul Gafur (1996: 76).

Yayasan-yayasan yang dikelola Tien di antaranya: Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan dan Yayasan Purna Bhakti Pertiwi.

Selain di yayasan, Titiek juga terlibat dalam bisnis, seperti saudara-saudaranya. Joe Studwel dalam Asian Godfathers: Menguak Tabir Perselingkuhan Pengusaha dan Penguasa (2009:352) menyebut Titiek, seperti juga adiknya, Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek, punya saham di beberapa perusahaan yang dimiliki kakak sulung mereka, Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut.

Selain itu, seperti diungkap George Junus Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan: Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga: Istana, Tangsi, dan Partai Penguasa (2007), Titiek terkait dengan bisnis di luar negeri seperti Uzbekistan, Portugal, Sudan, dan Guinea Bissau. Soal uang bukan masalah bagi Titiek. Meski barangkali dia tak sekaya saudara-saudaranya. Menurut laporan majalah Time pada 1999, kekayaan pribadinya diperkirakan mencapai 75 juta dolar AS.

Infografik Titiek Soeharto

Setelah Soeharto Lengser

Ketika reformasi bergolak pada 1998, tak hanya jabatan presiden bapaknya dan jabatan Pangkostrad suaminya yang berhenti, rumah tangga Titiek dengan Prabowo pun berakhir. Mereka dikaruniai seorang putra bernama Ragowo Hediprasetyo. Setelah bercerai, Titiek tetap berbisnis dan terjun ke dunia politik.

Di masa Aburizal Bakrie jadi Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar), Titiek pernah menjadi Wakil Sekretaris Jenderal partai berlogo beringin itu. Semua orang tahu, Golkar punya masa lalu yang teramat manis bersama Soeharto.

Titiek pernah terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 2014, di daerah pemilihan Yogyakarta, mewakili Golkar. Namun, Titiek tidak abadi di Golkar. Dia hanya bertahan 6 tahun dari 2012 hingga 2018.

Aktivitas politik Titiek tetap berlanjut. Bersama adiknya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy, dia aktif di Partai Berkarya. Untuk itu dia rela mundur dari Golkar.

Tidak ada ideologi hebat atau gagasan baru yang didengungkan TItiek dalam partai barunya. Caranya mengeksploitasi romantisme zaman Soeharto hampir mirip Benito Mussolini yang mendambakan kembali kejayaan Romawi.

Baca juga artikel terkait TITIEK SOEHARTO atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Politik
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Ivan Aulia Ahsan