Menuju konten utama

Semut Berjalan, Satu Semboyan di Dalam Tujuan

Semut hidup secara bergerombol dalam rangka untuk bertahan hidup, bertumbuh dan berkembang biak.

Semut Berjalan, Satu Semboyan di Dalam Tujuan
Ilustrasi koloni semut. iStockphoto/Getty Images

tirto.id - Pernahkah Anda meluangkan waktu untuk mengamati gerombolan semut yang sedang berjalan beriringan? Saat berpapasan, semut kerap berhenti sejenak dan seperti berciuman, lalu kembali berjalan. Meski kadang ditemui semut yang berjalan sendirian, tapi hewan ini terkenal karena sifatnya yang komunal.

Semut adalah hewan yang hampir ada di seantero bumi. Keberadaan mereka dapat dengan mudah dijumpai, mulai dari sudut rumah, pepohonan, pinggir jalan, atau tanan mas. Encyclopaedia Britannica mencatat, semut dari famili Formicidae adalah satu dari sekitar 10.000 spesies serangga (ordo Hymenoptera). Ukuran tubuh semut berkisar dari 2 hingga 25 mm. Warnanya biasanya kuning, coklat, merah, atau hitam.

Sama halnya dengan manusia, semut adalah makhluk sosial. Dilansir dari Arizona State University dalam artikel berjudul “Secret of a Superoganism” (2009), Tate Holbrook dkk menjelaskan bahwa semut hidup dan bekerja sama dalam suatu ekosistem yang sangat terorganisir. Mereka punya tujuan yang sama, yaitu bertahan hidup, bertumbuh dan berkembang biak. Dalam tujuan yang sama inilah maka kawanan semut ini berperilaku layaknya sebuah organisme tunggal atau kemudian disebut sebagai superorganisme.

Dalam satu superorganisme itu, semut berbagi peran dan punya status sosial. Tiap koloni semut biasanya adalah keluarga dekat. Ada ibu (ratu), anak perempuan dewasa (pekerja), dan induk (telur, larva, kepompong). Koloni semut bisa amat kecil yang hanya punya seekor ratu dan beberapa pekerja, hingga amat besar hingga memiliki jutaan pekerja.

Semut membangun sarang mereka di mana saja. Ada beberapa spesies yang menggali sarang di bawah tanah atau membuat gundukan tanah. Ada pula yang hidup di dedaunan, biji-bijian, kayu yang tumbang di hutan. Dan ada pula semut yang suka berlindung di bawah batu.

Gotong Royong ala Semut

Ekosistem semut dipenuhi dengan kerja bahu membahu. Jika sang ratu punya peran spesifik yaitu menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan bertelur, maka semut-semut pekerja melakukan tugas lainnya berdasarkan usia. Semut yang lebih muda bekerja di dalam sarang untuk merawat ratu dan indukannya. Sedangkan yang lebih tua akan keluar sarang untuk mengumpulkan makanan serta menjadi prajurit yang melindungi sarang dari kemungkinan serangan predator.

Meski sang ratu hidup dalam privilese di dalam sarang, namun ia tidak memerintah para semut pekerja. Para pekerja memutuskan tugas mana yang harus digarap berdasar preferensi pribadi, interaksi dengan teman, atau tanda dari lingkungan sekitar.

Semut berinteraksi satu dengan yang lainnya lewat zat kimia feromon yang dikeluarkan dan diterima lewat antena masing-masing. Saat melepas feromon inilah semut-semut pekerja mengajak atau memberi perintah. Semut ratu punya zat kimia khusus yang berfungsi memberi tanda kehadirannya di tengah-tengah semut lainnya. Selain itu, semut juga dapat menggunakan sentuhan dan getaran untuk berkomunikasi dalam beberapa situasi.

Selain mengandalkan interaksi untuk bergerak bersama, semut juga punya ingatan kuat. Deborah M. Gordon, profesor biologi di Stanford University dalam artikelnya yang dipublikasikan Big Think menjelaskan, peristiwa masa lalu dapat mengubah perilaku semut baik individu maupun yang koloni.

Misalnya, spesies semut di Gurun Sahara yang akan berjalan berkelok-kelok guna mengingat seberapa jauh jarak yang ditempuh sejak keluar dari sarang. Koloni semut merah ingat jejak mereka ke pohon meski telah berlalu tahun demi tahun. Jejak tersebut juga diwariskan kepada generasi koloni berikutnya dan cenderung dipatuhi.

Semut individu punya peran pembuka jalan saat berkelana mencari sumber makanan. Setelah berjalan mencapai sekitar 20 meter dari sarang, semut individu kembali dengan membawa makanan dan menstimulasi kawanan semut untuk bergerak lewat jejak yang sama, mengambil makanan dari sumber yang ditemukan si individu.

Di Florida, perilaku koloni spesies semut Pogonomyrmex badius tampak unik. Mereka membawa pulang benih besar agar bisa awet dimakan sepanjang waktu. Tetapi masalahnya benih tersebut berkulit keras. Dilansir dari New Scientist, ternyata semut Pogonomyrmex menanam benih tersebut dan menunggunya sampai tumbuh kecambah. Dari kecambah yang lunak inilah koloni Pogonomyrmex menikmati hasil panen untuk dimakan.

Fenomena tersebut berhasil diungkap oleh ilmuwan biologi Amerika Serikat, Walter R. Tschinkel dan Christine L. Kwapuch saat menggali dan mempelajari sekitar 200 sarang semut Pogonomyrmex itu. Memang tidak semua biji ditanam kembali oleh para semut. Biji-bijian kecil yang mudah retak tetap dikonsumsi langsung.

Infografik Hidup Berkoloni Ala Semut

Infografik Hidup Berkoloni Ala Semut

Meledakkan Diri Demi Koloni

Sebagai makhluk dengan tingkat kerja sama yang kuat, semut rela berkorban nyawa demi melindungi koloninya. Ini terungkap lewat penelitian Alice Laciny dkk (2018), yang menjelaskan tentang spesies semut yang rela meledakkan diri ketika pemangsa datang mengancam mereka.

Mereka adalah spesies Colobopsis silindris yang biasanya hidup dalam koloni beranggotakan ribuan semut. Dilansir dari Live Science, mereka biasanya mendiami pohon di ketinggian 60 meter. Pelaku bom bunuh diri adalah para kelas pekerja kecil semut wanita berwarna coklat kemerahan.

Ketika berhadapan dengan musuh, semut Colobopsis akan cekatan menempel ke tubuh serangga musuh dan menggigitnya. Lalu semut akan memiringkan punggung mereka dan kemudian melenturkan perut mereka secara maksimal sampai robek dan terpisah serta mengeluarkan cairan. Cairan inilah yang beracun dan membunuh si pemangsa.

Bagaimana dengan kelas pekerja semut Colobopsis lainnya? Mereka rupanya berbagi peran dalam melindungi kelompoknya. Para semut prajurit betina yang mempunyai ukuran tubuh lebih besar akan membentuk barikade memakai bentuk kepala yang serupa perisai bundar. Cara meledakkan diri untuk melindungi kelompoknya agaknya sama dengan cara lebah yang memberikan sengatan ketika terancam dan lalu meninggal dunia sendiri.

Dengan segala pengorbanan dan kerja sama ala semut ini, maka benar belaka kalau band rock God Bless memuji semut setinggi langit dan menganjurkan manusia belajar dari mereka.

Semut-semut bagai sisa-sisa

Toleransi peradaban dunia

Sementara yang katanya manusia

Makhluk paling bijaksana

Oh .. Halalkan segala cara

Oh .. Menipu soal biasa

Baca juga artikel terkait BINATANG atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Humaniora
Penulis: Tony Firman
Editor: Nuran Wibisono