Menuju konten utama

Semifinal Euro 2016: Pembuktian Bukan Lagi Tim One Man Show

Portugal akan bersua Wales dalam laga semifinal Euro 2016 nanti malam. Banyak yang menjagokan Wales bisa lolos ke final. Ini karena orang jemu dengan permainan Portugal yang membosankan. Mereka lolos ke semifinal dengan cara tak gagah, empat pertandingan yang dilakoni berakhir dengan hasil imbang. Beda hal dengan Wales. Si Naga dipuji jadi tim debutan yang mengejutkan, terutama setelah mendepak Belgia di babak perdelapan final.

Semifinal Euro 2016: Pembuktian Bukan Lagi Tim One Man Show
Timnas wales merayakan kemengan setelah berhasil masuk perempat final EURO 2016. foto/reuters

tirto.id - Dalam pertandingan sepakbola terkadang muncul sebuah kausa permainan yang efektif dan tidak efektif. Ini karena pemenang ditentukan lewat hasil akhir gol itu sendiri, bukan penguasaan bola, jumlah tembakan atau atribusi serangan lainnya. Hal ini akan jadi gambaran dari pertandingan Portugal dan Wales di semifinal Euro 2016, Kamis 98/7/2016) dini hari.

Efektif vs Tidak Efektif

Jika menilik dari atribusi serangan, Portugal adalah yang paling top ketimbang tiga semifinalis lainnya. Dalam lima pertandingan terakhir, Portugal membuat 95 tembakan dan 36 tembakan berhasil membidik target.

Sayangnya, rajin menembak belum tentu membuahkan hasil yang efektif. Dari 19 peluang yang mereka ciptakan per pertandingan, hanya 1 yang bisa dikonversi jadi gol. Cristiano Ronaldo cs memang jadi semifinalis termandul. Dari lima laga, mereka hanya bisa menciptakan 6 gol -- 3 gol yang mereka buat malah diciptakan dalam satu pertandingan saat menghadapi Hungaria dengan skor 3-3 di penyisihan grup.

Tak hanya soal jagoan menembak, Portugal juga mencetak rekor tendangan penjuru hingga 39 kali, atau yang merupakan terbanyak sepanjang Euro 2016. Dalam soal offside pun mereka jadi yang terbanyak dengan 19 kali offside.

Angka-angka di atas jadi gambaran bahwa lini serang Portugal memang bermasalah. Kemandulan Portugal ini sungguh ironi, mengingat lawan yang mereka hadapi sebelum semifinal relatif mudah, mulai dari Islandia, Hungaria, Austria, Kroasia, dan Polandia.

Dengan hasil tersebut, banyak yang mengejek performa Portugal sepanjang Euro 2016. Namun, ejekan itu tak dipedulikan oleh pelatih Portugal, Fernando Santos. “Saya tidak peduli jika disamakan dengan itik buruk rupa. Tekad saya di sini adalah untuk menang dan pergi ke final. Kita ingin bermain baik? Tentu saja. Tapi jika harus memilih bermain bagus tapi pulang atau bermain jelek namun tetap berada di Perancis, Saya lebih suka menjadi jelek," katanya.

Apa yang dialami Portugal berbanding terbalik dengan Wales. Tim berjuluk Si Naga ini tampil produktif di Euro 2016. Mereka sudah mencetak 10 gol, jadi tim produktif kedua setelah tim tuan rumah, Perancis.

Jika menilik dari permainan Wales, tim ini memang cenderung bermain sabar. Buktinya jumlah tembakan mereka terendah dibanding semifinalis lainnya, hanya 59 tembakan. Dalam soal penguasaan bola, mereka selalu memberi lawan mereka unggul. Rerata penguasaan bola Wales hanya 47 persen.

Meski kalah penguasaan bola, Wales bermain efektif. Setiap serangan yang mereka lancarkan selalu berhasil dikonversi jadi gol atau tembakan on target. Buktinya meski jumlah tembakan mereka rendah, tembakan on target Wales mencapai 29 kali – satu angka kalah dari Wales. Itu artinya setiap Wales menyerang, kiper lawan pasti dibuat kelabakan.

Ronaldo vs Tim Wales

Banyak orang mengatakan Portugal dan Wales adalah tim one man show alias bertumpu pada satu orang, Portugal pada Ronaldo dan Wales pada Gareth Bale.

Secara statistik, dua pemain ini memang masih jadi andalan ketika mencetak gol. Ronaldo dan Bale jadi topskor di negara mereka masing-masing. Ronaldo mengemas 2 gol dan 2 assist, sedang Bale dengan 3 gol dan satu assist.

Selain soal gol, dalam jumlah tembakan pun keduanya jadi yang terbanyak. Bale dan Ronaldo bahkan masuk dalam tiga besar pencipta tembakan terbanyak di Euro 2016. Bale jadi pengemas attempt terbanyak dengan 13 tembakan on target dan 5 tembakan off target. Sedangkan Ronaldo dengan 10 tembakan on target dan 14 tembakan off target. Dalam soal peluang yang tercipta, kedua pemain ini berlari sendirian meninggalkan rekan-rekan satu timnya.

Bermain di klub yang sama, dua pemain ini jadi pemain sayap andalan Real Madrid. Dua rekan lama akan saling bentrok malam nanti. Wajar jika laga ini dikait-kaitkan sebagai persaingan antara Ronaldo dan Bale.

Dalam sebuah sesi wawancara, Bale menampik tudingan ini. “Ini bukan tentang dua pemain. Kita tahu dan semua orang tahu bahwa ini tentang dua negara yang akan bertarung di semi final - 11 orang melawan 11 orang,” ucapnya.

"Ronaldo adalah pemain yang fantastis, semua orang tahu apa yang bisa dia lakukan. Tapi kita tidak perlu khawatir tentang lawan. Kami hanya melakukan apa yang kita lakukan. Ini tentang bagaimana kita tampil sebagai sebuah tim, dan sebagai tim kami dapat menutup banyak ancaman,” kata dia lagi.

"Bintang di tim kami adalah kami semua. Kami semua bersama-sama, kami semua bekerja sebagai kesatuan, berjalan satu sama lain, mengatasi satu sama lain.”

Apa yang diucapkan Bale ada benarnya. Kecepatan yang dimilikinya membuat Bale selalu jadi andalan saat serangan balik. Namun, kondisi sebelum serangan dilakukan itu yang orang tak pernah tahu. Peran Joe Allen dan Joe Ledley di tengah, serta umpan—umpan panjang dari tiga back-three James Chester. Ben Davies, Ashley Williams, supply bantuan Chris Gunter dan Neil Taylor di sektor sayap, dan pergerakan Aaron Ramsey dan Hal Robson-Kanu membuat Bale leluasa mengacak pertahanan lawan.

Satu poin khusus kelebihan Bale diungkap seorang Football Pundit, Glen Wilson.

“Tapi pentingnya Bale untuk Wales terletak bukan pada apa yang dia sendiri dapat melakukan tapi pada apa yang bisa dia buat dengan pemain di sekelilingnya. Wales di Euro 2016 bukanlah tim one-man show. Mereka adalah tim kolektif. Bale membantu fungsi Wales, apakah itu membawa bola atau menciptakan ruang bagi para pemain di sekelilingnya untuk berkembang,” ucap Glen kepada ESPNFC.

Hal inilah yang tidak terjadi di Portugal. Kadar keegoisan Ronaldo masih kelewat tinggi. Andai saja dia mau membagi bola dan tak rakus melepas tembakan, Portugal mungkin tak akan di cap sebagai tim yang membosankan.

Baca juga artikel terkait CRISTIANO RONALDO atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti