Menuju konten utama

Semen Indonesia Akan Manfaatkan Limbah Batu Bara PLTU

Limbah batu bara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan dimanfaatkan untuk bahan baku produksi semen.

Semen Indonesia Akan Manfaatkan Limbah Batu Bara PLTU
Sejumlah pekerja mengoperasikan alat berat untuk menyelesaikan pembangunan konstruksi PLTU Suralaya Unit 8 dan 9 di Suralaya, Cilegon, Banten, Rabu (17/1/2018). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

tirto.id - PT PLN (Persero) bekerja sama dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dalam pemanfaatan limbah untuk produksi semen. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN menghasilkan limbah dari pembakaran batu bara (fly ash dan bottom ash/FABA) yang merupakan bahan baku produksi semen.

FABA dikenal sebagai limbah B3 yang dihasilkan dari konsumsi batu bara, yang jika diolah dengan baik dapat menggantikan sepertiga bagian dari semen Portland dengan peningkatan kualitas dan ketahanan.

Direktur Human Capital Management PLN, Muhamad Ali menyebutkan rata-rata produksi FABA setiap tahunnya di Indonesia sebanyak 10.886.400, dari PLN sebanyak 5.234.400. Produksi fly ash sebanyak 20 persen dan sisanya 80 persen menghasilkan buttom ash.

"Dalam satu rangkaian produksi semen ada raw material yang bisa menggunakan buttom ash yang kasar. Kalau diujung bisa menggunakan fly ash. Walaupun kualitasnya beda karena tergantung jenis batu baranya dan juga pembakarannya," ujar Ali di Kementerian BUMN Jakarta, Kamis (15/3/2018).

Kerja sama ini akan berbentuk business to business (B to B), tapi dikemas dalam bentuk sinergitas BUMN untuk tingkatkan efisiensi produksi. Manfaat untuk Semen Indonesia tentu menghemat biaya produksi.

Sementara untuk PLN, dapat menambah pendapatan dan mempercepat pengurangan FABA sesuai dengan standar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yaitu FABA tidak boleh tersimpan lebih dari 350 hari.

"Lebih dari itu bisa disemprit sama KLHK. Untuk itu apabila Semen Indonesia dan anak perusahaannya bisa ambil kan akan lebih cepat dari 350 hari," kata Ali.

Sinergi ini akan dilakukan menyeluruh di Indonesia, tidak hanya berfokus di Pulau Jawa. Oleh karena itu, kedua korporasi plat merah ini akan melakukan pemetaan zonasi untuk mengintenskan kerja sama.

"Secara teknis Semen Indonesia kan pabrik banyak dimana-mana. Misal di Padang, di Padang kita punya pembangkit (PLTU) berapa? Nanti kami hitung dan pabrik semen Padang hitung, dari situ kita tahu kebutuhan supply ke pabrik semen Padang," terangnya.

Perihal harga jual FABA, persentase efisiensi, dan sebagainya akan dibahas lebih detail dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) pada April mendatang.

Sebagai gambaran, harga jual rata-rata fly ash sebesar Rp130-140 ribu per ton. Untuk harga rata-rata buttom ash, lebih tinggi karena memiliki nilai guna lebih banyak, seperti produksi conblock atau paving block, dan bisa juga bisa berguna untuk lapisan jalan.

PLN selama ini telah menjalin kerja sama dengan perusahaan semen swasta untuk pemanfaatan limbah ini, salah satunya adalah PT Holcim Indonesia Tbk.

"Kalau sebelumnya kerja sama dengan asing, jadi kenapa tidak kerja sama dengan yang di dalam negeri, Grup Semen Indonesia," terangnya.

PLN masih akan membagi persentase FABA antara untuk PT Semen Indonesia dan perusahaan semen lainnya. "Proyeksi PKS ya kita pastinya akan lebih banyak ke keluarga snediri dong. Kami kan sinergi BUMN. Semua dibungkus dalam rangka B2B," tandasnya.

Penandatangan nota kesepahaman antara PLN dan Semen Indonesia dilakukan pada Kamis (15/3/2018) bersama PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, PT Patra Jasa, PT Semen Indonesia Logistik/SILOG, dan PT Pupuk Indonesia Logistik/PILOG.

Baca juga artikel terkait LIMBAH B3 atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Dipna Videlia Putsanra