Menuju konten utama

Selera Lidah Para Penguasa

Empat presiden negeri ini pernah dilayani Sukijo. Lelaki asal Karanganyar, Jawa Tengah itu mahfum soal selera makan para mantan pemimpin negeri ini. Dari mendiang Presiden Suharto, kemudian berlanjut BJ Habibie hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pernah dilayaninya perihal santap makanan hingga jamuan kenegaraan.

Selera Lidah Para Penguasa
Presiden Joko Widodo (tengah) berdialog dengan pengendara Gojek saat pertemuan makan siang bersama pengemudi kendaraan umum di Istana Negara, Jakarta, Selasa (2/9). Presiden mengundang tukang ojek pangkalan, pengemudi Gojek, sopir taksi, sopir angkot, pengemudi Metromini - Kopaja - Kopamilet untuk makan siang sekaligus mendengarkan aspirasi terkait pekerjaan mereka sehari-hari. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/foc/15.

tirto.id - Suharto suka tempe bacem, Habibie suka omelet, SBY suka soto ayam. Sukijo sangat paham selera para presiden Indonesia itu. Ia adalah mantan chef yang pernah bertahun-tahun menyajikan hidangan di Istana Negara.

“Kalau Pak Harto sukanya bacem dan agak manis, masakan Jawa lah,” ujar Sukijo membuka perbincangan dengan tirto.id, saat disambangi di warung steak miliknya di Kawasan Ciledug, Kota Tangerang, Jumat 25 September lalu.

Sukijo cukup beruntung karena bisa memasak untuk para presiden dan juga tamu kenegaraan. Padahal, awal kariernya adalah seorang teknisi di Hotel Hilton Jakarta. Ketekunannya mempelajari olahan masakan, membuat Sukijo kepincut untuk menjadi seorang koki. Diapun belajar kepada seorang kepala juru masak asal Jerman ketika dia bekerja di Hotel Hilton. Hingga akhirnya Sukijo diberi tugas buat membantu tim koki dari Hotel Hilton untuk menyediakan jamuan buat Istana Negara. Dari sanalah kariernya sebagai koki dimulai.

Sukijo sempat bekerja pada sebuah hotel di Perancis selama setahun dan kemudian kembali ke Indonesia untuk bekerja di Hotel Shangrila. Di Hotel Shangrila, Sukijo makin rutin menyediakan jamuan untuk para tamu di Istana Negara. Namun, dia saat itu Sukijo belum secara dipercaya sepenuhnya untuk membuat menu makanan dipesan Istana. Sukijo kembali pindah bekerja di Hotel Grand Melia, dari sini dia pun dipercaya untuk menjadi ketua tim dalam setiap acara kenegaraan. Selama 14 tahun Sukijo bekerja meladeni pesanan makanan diminta oleh pihak Istana Negara.

“Jadi saya leader untuk menyiapkan makanan untuk presiden,” tutur Sukijo. Dia pun menambahkan, sejak saat itu, setiap kali ada pesanan dari Istana untuk Presiden, Sukijo selalu mewakili kantornya buat menjamu kepala negara termasuk memasak menu sesuai pesanan. Terakhir ketika Presiden SBY menjabat sebagai Presiden.

Dari Soeharto hingga SBY

Dalam ingatan Sukijo, sudah dari tahun 1980 dia selalu mondar mandir ke Istana negara. Sukijo lah yang meramu masakan untuk beragam acara di Istana Negara. Sukijo sampai hafal, makanan kesukaan setiap presiden selama dia menjadi koki untuk Istana Negara. SBY misalnya, sangat suka kerupuk kulit dan soto ayam. Saban meladeni pesanan istana, menu soto ayam buatan Sukijo selalu dihidangkan untuk sang presiden.

“Kalau pembantu pribadinya bilang dia suka krupuk kulit bulat sama soto ayam,” ujar Sukijo ketika ditanya apa makanan kesukaan mantan Presiden SBY.

Sementara ketika Suharto berkuasa, tahu dan tempe menjadi hidangan wajib berada diatas jamuan kenegaraan. Olahannya makanan berbahan dasar kedelai yang paling disukai pak Harto adalah tempe bacem. Sukijo masih ingat, selain bacem tempe, nasi tumpeng, ikan teri dan sayur sop pun menjadi hidangan sering dipesan oleh Kepala Rumah Tangga Istana ketika Suharto berkuasa. Namun, saban jamuan kenegaraan, paduan makanan Eropa, tak lupa Suharto juga memadukannya dengan makanan khas Indonesia, yaitu onde-onde dan juga lemper.

Kepercayaan meladeni kepala negara pun berlanjut hingga Baharudin Jusuf Habibie menjadi salah satu pemimpin negeri ini. Ketika menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, Habibie sebenarnya sudah dipercaya Sukijo untuk memasak makanan kesukaannya. Tak jarang Sukijo pun diundang ke kediaman BJ Habibie di Patra Kuningan, untuk menyajikan jamuan makan.

Menurut Sukijo, BJ Habibie bukanlah sosok mantan presiden yang rewel soal makanan. Kesukaan BJ Habibie dari olahan tangannya adalah omelet. “Jadi makanan Pak Habibie itu internasional. Namun, kalau ibu (Almarhum H Ainun Habibie) minta makanan sop, Pak Habibie juga makan sop. Pak Habibie lidahnya familiar, jadi makanan tradisional maupun internasional bisa,” tutur Sukijo.

Sayangnya, Sukijo tidak berkesempatan banyak untuk menyajikan makanan bagi dua presiden Indonesia yakni Megawati Soekarnoputri dan mendiang Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Seingat Sukijo, mendiang presiden Gus Dur pernah satu kali memintanya buat menyediakan jamuan di Istana Negara. “Waktu itu hanya sekali seingat saya, Pak Gus Dur minta dibuatkan steak untuk makan tertutup dengan beberapa orang di Istana,” ujarnya.

Adi Masardi punya cerita soal kesukaan mendiang Gus Dur, menurut dia dalam artikel ditulis oleh Budayawan Agus Dermawan T di Harian Kompas, mantan Ketua Umum PBNU itu juga memiliki makanan peninggalan di Istana Negara. Ketika dia menjabat sebagai Presiden, Gus Dur pernah menambah Khazanah kuliner Istana Negara yaitu “Sop Ayam Sehat”. Saking sukanya dengan soto, bahkan Adi Masardi mengungkapkan tak jarang Gus Dur memesan soto bangkong kepada Budayawan Jaya Suprana “Begitu dekatnya dengan soto, sampai-sampai Gus Dur tak jarang memesan soto bangkong kepada budayawan Jaya Suprana,” kisah Adhie Massardi, yang pernah menjadi juru bicara Gus Dur ini.

Selera masakan nusantara Gus Dur sejatinya tercermin ketika dia dulu menjabat Ketua Umum PBNU. Saban seminggu tiga kali, Gus Dur juga membawa rombongannya buat makan di Rumah Makan Sederhana yang letaknya tak jauh dari Jalan Kramat Raya. Menu kesukaan Gus Dur di restoran makanan khas minang itu adalah dendeng, gulai otak sapi dan juga limpa.

Lalu apa kesukaan mantan Presiden Megawati? Seperti dikutip dari beritabali.com, Megawati juga memiliki makanan kesukaan, khususnya kecintaannya dengan Bali. Saban melakukan lawatan ke Pulau Dewata, Megawati selalu mampir ke sebuah warung Iga Bakar di Kawasan Batu Bulan Giayar Bali. Di Warung milik Pak Made ini, Megawati biasanya memesan udang bakar sambal terasi khas Bali.

Jika tak sempat datang, biasanya Ketua Umum PDI Perjuangan itu bakal memesan makanan kesukaannya untuk dibawa ke Villa miliknya atau dibawa ke Istana Tampak Siring. Hal itu rutin dilakukan ketika dulu masih menjabat sebagai Presiden.

Sementara, soal selera makan Presiden Joko Widodo tak banyak diketahui dengan detail. Namun, dalam beberapa kesempatan yang terlihat media, selera makan suami dari Iriana ini terbilang sederhana. Ketika kampanye Pemilihan Presiden 2014 lalu, Jokowi beberapa kali tertangkap kamera wartawan makan di Warung Tegal.

Bisnis.com pernah menulis soal tempat makan favorit Jokowi ketika sedang melakukan blusukan waktu dia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Daerah Jakarta Utara merupakan tempat favorit bagi Jokowi buat melakukan wisata kuliner. Misalnya Restoran khas masakan minang Padang Baru di Kompleks Griya Inti Sentosa, Sunter Agung. Di restoran ini gulai kakap dan burung punai goreng menjadi menu favorit Presiden Jokowi.

Sementara untuk kuliner Seafood, biasanya Jokowi sering mengunjungi Warung Seafood Wiro Sableng 212 di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di tempat ini, Jokowi punya menu andalan, yaitu kerang bumbu saus padang, cumi bakar dan gurame goreng kipas.

Lalu bagaimana dengan selera lidahnya di Istana negara? Tak banyak terungkap soal makanan kesukaan Presiden Jokowi menjalani hari-harinya ketika memimpin negara. Menurut Muhtarom, salah seorang staf yang menghuni Dapur Istana Negara, saban hari kebutuhan makan sang presiden dipenuhi oleh Kepala Rumah Tangga Kepresidenan. Dia pun mengatakan, setiap jamuan kenegaraan, Presiden Jokowi pun tak jauh berbeda dengan para pendahulunya, sajian kuliner nusantara selalu dihidangkan dalam jamuan kenegaraan.

“Biasanya kalau daging dibuat rendang,” ujar Muhtarom.

Infografik Dapur Istana

Sebelum Makanan itu di Konsumsi Presiden

Pengalaman Sukijo meladeni empat presiden membawa perjalanan hidupnya menjadi mengesankan. Kemahirannya mengolah masakan dari berbagai menu baik lokal dan internasional, membawa cerita bagi cucunya kelak. Tak hanya soal memberi jamuan, tetapi juga soal "ritual" sebelum makanan disajikan ke presiden. Ada tahapan harus dilewati setelah diolah oleh Sukijo, termasuk juga pantangan bagi sang presiden mengkonsumsi makanan tertentu.

Sukijo masih ingat, saban kali dia diundang buat menyajikan jamuan di Istana Negara baik rapat biasa maupun jamuan kenegaraan, semua makanan yang masuk ke meja makan Istana harus diperiksa terlebih dahulu dalam kondisi steril. Prosesnya tidak sembarangan, sebelum presiden mengkonsumsi makanan dia pesan lewat Kepala Rumah Tangga Istana, pelbagai jenis makanan itu harus dites terlebih dahulu. Butuh waktu 30 menit buat mengetes makanan bakal dikonsumsi oleh Presiden.

“Enggak boleh diomongin apa saja yang dilarang, karena orangnya masih hidup,” ujar Sukijo bercerita. Setiap presiden kata dia memiliki pantangan berbeda dalam mengonsumsi makanan.

Yang pasti, tutur Sukijo sebelum presiden mengkonsumsi makanan dia buat, dokter kepresidenan terlibih dahulu melakukan serangkaian tes. Bahkan sebelum mulai memasak, campuran bahan makanan dipantang untuk dikonsumsi presiden pun dibisikkan kepada Sukijo. Untuk mengetes makanan sebelum disajikan, biasanya Sukijo bersama tim dokter kepresidenan melakukan serangkaian tes. Pertama adalah mendeteksi makanan tersebut dari kandungan racun, kemudian, jika dianggap steril, makanan itu baru bisa dihidangkan. Proses selanjutnya kata Sukijo, sebelum presiden mengkonsumsi makanan olahan yang dia buat, jejeran sajian menu itu harus ditunggu secara ketat.

“Iya. Makanan harus cek, kalau orangnya kenapa-kenapa bagaimana? Kalau ada racun saja bisa kelihatan saat dites,” ujarnya. Sukijo pun mengatakan, alat untuk mengetes itu berupa blender. “Kalau berubah warna itu berarti bermasalah. dan tim akan mencari masalahnya itu. Intinya, sebelum di tes dokter, makanan enggak boleh keluar untuk dihidangkan," lanjutnya.

Beruntung selama menjadi koki kepercayaan Istana Negara, Sukijo tak pernah mengalami hal aneh dari olahan makanan dia buat. Kini Sukijo pun telah pensiun sebagai koki, dia memilih menghabiskan masa tuanya dengan membuka warung steak di daerah Ciledug, Kota Tangerang.

Baca juga artikel terkait HIDANGAN KENEGARAAN atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Reja Hidayat & Arbi Sumandoyo
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti