Menuju konten utama

Selandia Baru-Perancis Serukan Penghentian Aksi Teror Online

Selandia Baru akan bekerja sama dengan Perancis dalam upaya menghentikan media media dimanfaatkan untuk mendorong terorisme dan ekstremisme.

Selandia Baru-Perancis Serukan Penghentian Aksi Teror Online
Perdana Menteri Jacinda Ardern, tengah, bertemu dengan perwakilan komunitas Muslim, Sabtu, 16 Maret 2019, di Canterbury Refugee Centre di Christchurch, Selandia Baru. Kantor Perdana Menteri Selandia Baru via AP

tirto.id - Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyampaikan pada Rabu (24/4/2019) bahwa dirinya dan Presiden Perancis, Emmanuel Macron, akan menggelar sebuah pertemuan di Paris yang membahas tentang penghapusan aksi teror online. Dalam pertemuan tersebut, mereka akan bersama-sama mencari cara untuk mengakhiri aksi kekerasan ekstremisme dan terorisme untuk disiarkan atau ditayangkan secara online.

Associated Press pada Kamis (24/4/2019) melaporkan, Ardern dan Macron akan meminta para pemimpin perusahaan teknologi untuk sama-sama bersedia memenuhi janji, “Panggilan Christchurch”. Nama tersebut diambil dari nama wilayah di Selandia Baru yang pada bulan lalu mengalami kejadian kekerasan ekstremisme yang disiarkan secara streaming melalui fitur live di Facebook pelaku.

Belum ada detail mengenai janji tersebut, Ardern menyebut masih dalam tahap pengembangan. Ia telah menghubungi perwakilan dari tiap perusahaan teknologi seperti Facebook, Twitter, Microsoft, dan Google, juga dengan beberapa pemimpin Negara di dunia untuk sama-sama sepakat untuk fokus terhadap janji tersebut.

“Ini bukan tentang kebebasan berpendapat,” kata Ardern. “Ini secara khusus fokus kepada pemberantasan aksi-aksi ekstrem terorisme online,” imbuhnya.

Ia menambahkan bahwa banyak negara telah mengembangkan perundang-undangan untuk internet namun perlu ada hal yang lebih aktual dilakukan untuk memastikan proteksi secara global yang lebih baik, dan perusahaan teknologi bertanggung jawab untuk membuat platform mereka lebih aman.

Isi dari perjanjian “Panggilan Christchurch” tersebut, Ardern menyebut, akan lebih banyak berisi hal-hal praktis daripada sekedar pidato retorika belaka.

“Apa yang kita coba perangi di sini adalah isu global dan saya pikir ini membutuhkan respons global pula. Selandia Baru mengambil peran memimpin karena apa yang terjadi di sini 15 Maret lalu belum pernah terjadi sebelumnya, [merekam tindak kekerasan] menggunakan internet. Jadi, dengan itu muncul tanggung jawab untuk mencoba membuat perubahan,” kata Ardern dikutip The Guardian.

Aksi teror yang terjadi di dua masjid di Kota Christchurch pada bulan lalu dilakukan pelaku sembari menggunakan fitur siaran langsung media sosial Facebook dan ditonton oleh ratusan orang sebelum akhirnya ada laporan masuk setelah 30 menit berlalu.

Tidak hanya sampai di situ, video tersebut kemudian disalin dan disebarluaskan secara online sehingga menimbulkan kegemparan dan ketakutan pada dunia. Facebook kemudian menghentikan persebaran dan menghapus konten tersebut dari platformnya.

Baca juga artikel terkait PENEMBAKAN SELANDIA BARU atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Ibnu Azis