Menuju konten utama

Selandia Baru Adakan Pemakaman Pertama Korban Teror Christchurch

Pria bernama Khalid Mustafa (44) dan anaknya Hamzah Mustafa (15) merupakan warga Suriah yang mengungsi ke Selandia Baru.

Selandia Baru Adakan Pemakaman Pertama Korban Teror Christchurch
Perdana Menteri Jacinda Ardern, tengah, bertemu dengan perwakilan komunitas Muslim, Sabtu, 16 Maret 2019, di Canterbury Refugee Centre di Christchurch, Selandia Baru. Kantor Perdana Menteri Selandia Baru via AP

tirto.id - Seorang ayah dan anak laki-laki yang jadi korban penembakan di masjid Christchurch dimakamkan di Selandia Baru pada Rabu (20/3/2019). Pemakaman ini merupakan yang pertama bagi para korban penembakan brutal saat salat Jumat di dua masjid Christchurch, Jumat (15/3/2019).

Dilansi Associated Press News (AP News), pria bernama Khalid Mustafa (44) dan anaknya Hamzah Mustafa (15) ini merupakan warga Suriah yang mengungsi ke Selandia Baru untuk mencari keamanan. Pemakaman keduanya terlaksana lima hari setelah peristiwa penembakan.

Kepala sekolah di tempat Hamzah sekolah menyampaikan, Hamzah adalah siswa yang pintar dan pekerja keras. Dia juga mengatakan Hamzah adalah siswa yang hebat saat menunggang kuda dan memiliki cita-cita menjadi seorang dokter hewan.

Banyak yang menghadiri proses pemakaman tersebut, termasuk adik Hamzah, Zaed yang masih berusia 13 tahun. Insiden penembakan tersebut membuat Zaed terluka di bagian lengan dan kaki. Zaed mencoba agar dapat terus berdiri saat mengikuti proses pemakan tersebut, tapi harus duduk kembali karena kondisinya, ucap salah satu pelayat yang hadir.

"Kami mencoba untuk tidak menjabat tangan dan menyentuh anak itu, tetapi dia menolak dan memilih untuk tetap menyalami semua pelayat yang hadir, karena dia ingin menghargai setiap pelayat yang hadir di proses pemakaman tersebut," ucap Jamil El-Biza, yang datang dari Australia untuk menghadiri pemakaman.

Keluarga Mustafa pindah ke Selandia Baru setahun yang lalu, setelah enam tahun mengungsi di Yordania. Istri Khalid Musatafa, Salwa, mengatakan kepada Radio Selandia Baru, mereka diberitahu "Selandia Baru adalah negara teraman di dunia, dan negara paling indah yang bisa anda diami. Anda juga dapat memulai hidup yang indah disana”.

“Tapi itu tidak benar," ujar Salwa, menambahkan.

Keluarga korban penembakan hingga saat ini masih menunggu kabar kapan mereka dapat menguburkan anggota keluarga yang tewas pada peristiwa penembakan itu.

Komisaris Polisi Selandia Baru, Mike Bush menyatakan polisi telah mengidentifikasi dan akan menyerahkan 21 jenazah. Menurut tradisi Islam, jenazah harus dimandikan dan dimakamkan sesegera mungkin.

Pemakaman dilakukan tak lama setelah Perdana Mentri Jacinda Ardern menyerukan agar warga lebih baik membicarakan para korban, dibandingkan membicarakan si tersangka yang bernama Brenton Tarrant.

Permintaan Ardern untuk tidak sering membicarakan Tarrant, tidak lepas dari keputusan tersangka yang memecat pengacara yang diberikan hakim, karena si tersangka ingin dirinya semakin terkenal.

Ardern pun khawatir Tarrant akan menjadikan persidangan nanti sebagai media untuk dia menyampaikan pandangan rasisnya.

Selama kunjungan Ardern ke Sekolah Menengah Atas Hamza, Ardern menghimbau para siswa sekolah tersebut untuk tidak lagi membicarakan Tarrant.

“Harus menjaga satu sama lain dan juga tidak memberi tempat terhadap rasisme di Selandia Baru. Itu yang bisa kita lakukan saat ini," ucap Ardern kepada siswa di Cashmere High School.

Bukan hanya Hamza siswa Cashmere yang tewas karena tragedi tersebut, melainkan masih ada satu murid lagi bernama Sayyad Milne yang masih berusia 14 tahun juga tewas karena tragedi penembakan itu.

Sekitar 30 orang yang terluka akibat serangan itu masih dirawat di rumah sakit sampai Selasa (19/3/2019) malam. Sekitar 10 dari mereka masih dalam kondisi kritis, termasuk seorang anak perempuan berusia 4 tahun.

Brenton Harrison Tarrant (28) merupakan warga negara Australia yang telah didakwa dengan pasal pembunuhan dan selanjutnya dijadwalkan untuk hadir di pengadilan pada Jumat (5/3/2019).

Polisi mengatakan mereka yakin Tarrant adalah satu-satunya yang menjadi tersangka penembakan tersebut. Walau begitu polisi masih menyelidiki, apakah dia mendapat dukungan dari orang lain atau tidak.

Ardern mengatakan reformasi undang-undang senjata Selandia Baru akan diumumkan minggu depan. Ardern juga mengatakan akan ada penyelidikan untuk menelaah kelalaian intelijen dan keamanan karena telah gagal mendeteksi risiko perencanaan penyerangan tersebut.

Agen mata-mata internasional Selandia baru, Biro Keamanan dan Komunikasi Pemerintah (Government Communications Security Bureau), membenarkan pihaknya belum menerima informasi dari intelijen sebelum penembakan tersebut terjadi.

Baca juga artikel terkait PENEMBAKAN SELANDIA BARU atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH