Menuju konten utama

Selamat Datang Nihonium, Unsur Kimia Pertama dari Timur

Pada 8 Juni 2016 lalu, IUPAC mengumumkan nama-nama bagi empat unsur kimia terbaru. Salah satunya adalah nihonium untuk unsur bernomor atom 113 yang ditemukan sekelompok peneliti di institut Riken, Jepang. Penemuan ini adalah pencapaian bagi negeri matahari terbit ini: negara pertama penemu unsur di luar negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Selamat Datang Nihonium, Unsur Kimia Pertama dari Timur
Kosuke Morita, pimpinan kelompok ilmuwan yang menemukan nihonium di lembaga penelitian Riken Nishina Center. Reuters/kyodo

tirto.id - Ilmu kimia dan unsur radioaktif pernah jadi mimpi buruk bagi Jepang. Pada 1945, dua kota di negara itu luluh lantak oleh dua bom Amerika Serikat yang dihasilkan dari reaksi fisi unsur radioaktif uranium dan plutonium. Belum lagi kecelakaan nuklir Fukushima yang dipicu tsunami, lima tahun lalu. Tapi, mulai pekan lalu, unsur radioaktif menjadi simbol kebanggaan negeri matahari terbit ini.

Tujuh puluh tahun sejak meledaknya Little Boy dan Fat Man di Hiroshima dan Nagasaki, International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) pada 8 Juni lalu mengumumkan nihonium sebagai nama salah satu dari empat unsur terbaru dalam Tabel Periodik. Nama yang diberikan untuk unsur radioaktif bernomor atom 113 itu berasal dari kata “nihon” yang berarti “Jepang” dalam bahasa Jepang.

Kosuke Morita, pimpinan kelompok ilmuwan yang menemukan nihonium di lembaga penelitian Riken Nishina Center, amat berbangga hati. Sebab, Jepang adalah negara pertama di luar Amerika dan Eropa yang ilmuwannya menemukan unsur kimia.

"Belum ada unsur atom tunggal ditemukan di Asia, Oseania atau Afrika,” katanya seperti dikutip The Asahi Shimbun.

Proyek yang penelitiannya dimulai pada September 2003 ini ditemukan pada 2004. Meski harus bersaing dengan tim gabungan AS dan Rusia yang sama-sama mengklaim penemuan itu, IUPAC akhirnya menentukan tim Jepang-lah yang pertama menemukannya. Pengakuan itu baru datang pada Desember 2015 lalu.

Menurut Morita, seperti dilansir The Japan Times, mereka menggunakan nama negaranya dalam bahasa Jepang untuk menunjukkan penelitian ini didukung pajak rakyat. Apalagi, lanjutnya, penelitian timnya selama ini jarang meraih perhatian karena dianggap tak bermanfaat secara langsung bagi kehidupan.

"Apa yang kami kerjakan adalah penelitian fundamental, yang berarti penemuan unsur baru tidak akan segera membantu menghasilkan obat baru atau membuat materi-materi yang belum ada," kata Morita.

Meski tak memberi sumbangsih langsung bagi kehidupan nyata, Morita yakin penelitian ini akan berarti besar bagi Jepang. "Siswa mempelajari tabel periodik ketika mereka belajar di SMP... Jika mereka tahu bahwa sebuah elemen ditemukan oleh kelompok riset Jepang, saya percaya itu akan membuat mereka lebih tertarik pada ilmu pengetahuan," ucapnya.

"Kami percaya pentingnya mengamankan tempat (dalam tabel periodik) adalah hal yang tak terpermanai," tambah Morita. Nama nihonium baru akan diresmikan oleh IUPAC setelah melalui ulasan publik selama lima bulan .

Selain nihonium, IUPAC juga mengumumkan nama-nama bagi tiga unsur lain yang juga baru, yakni moscovium (Mc) untuk unsur 115, tennessine (Ts) untuk unsur 117, dan oganesson (Og) untuk unsur 118. Jika nama nihonium berangkat dari nama negara, muscovium mengambil nama ibukota Rusia, Moskow, sebab ditemukan oleh tim dari negara itu.

Adapun tennessine diambil dari negara bagian Tennessee, Amerika Serikat. Sedangkan oganesson, diinspirasi nama seorang peneliti sepuh berumur 83 tahun dari Joint Institute for Nuclear Research (JINR) Rusia yang telah membantu menemukan berbagai unsur superberat: Yuri Oganessian.

Tak Ada Harapan bagi 'Lemmium'

Karena pengumuman IUPAC terkait nama-nama unsur baru ini, pupus sudah harapan fans Motörhead yang mempetisi agar unsur bernomor atom 115 dinamai lemmium. Mereka menginginkan nama itu diabadikan dalam Tabel Periodik Unsur untuk mengenang Lemmy Kilmister, vokalis Motörhead yang meninggal dunia pada 28 Desember 2015, dua hari sebelum pengumuman IUPAC tentang unsur-unsur baru yang belum dinamai.

Mengapa lemmium? Menurut petisi itu, Lemmy adalah kekuatan alam dan hakikat heavy metal (logam berat). “Kami percaya sudah sepatutnya IUPAC menerima usulan yang kami sampaikan pada 29 Februari 2016 untuk mengubah kriteria penamaan unsur dalam tabel periodik, supaya memungkinkan [untuk menamai] Lemmium.”

Menurut kriteria IUPAC, nama unsur kimia harus memilih antara:

(a) konsep atau sifat mitologis (termasuk benda astronomis, seperti dalam plutonium),

(b) mineral atau zat sejenisnya,

(c) tempat atau wilayah geografis,

(d) sifat unsur,

(e) nama ilmuwan.

John Wright—si pengusul petisi—dan kawan-kawannya, meminta IUPAC mengubah kriteria penamaan agar Lemmy Kilmister memungkinkan jadi rujukan nama untuk unsur bernomor 115 itu.

Siapapun bisa Jadi Penemu

Seorang guru kimia salah satu SMA negeri di Karawang, Zaini Ahmad, melihat penemuan itu tak akan terlalu banyak memengaruhi pembelajaran di sekolah. Tapi tentu saja, Zaini akan menginformasikan soal empat unsur baru ini pada murid-muridnya.

Seperti unsur-unsur radioaktif buatan yang telah ditemukan sebelumnya, nihonium dkk adalah unsur superberat dengan waktu-paro sangat pendek sehingga mudah meluruh. Nihonium-286, isotopnya yang paling stabil, punya waktu-paro sekitar 20 detik, dan akan meluruh menjadi roentgenium-282. Bandingkan dengan carbon-14 yang waktu-paronya sangat lama: 5.730 tahun.

Pada murid-muridnya, Zaini akan lebih menekankan pada sisi penemuan unsur-unsur itu. Siapapun dapat menjadi penemu unsur radioaktif buatan seperti halnya orang-orang Jepang di bawah pimpinan Profesor Morita. Hal ini, menurut Zaini, bisa menjadi motivasi bagi murid-muridnya agar antusias dengan ilmu kimia. “Saya akan bilang pada murid-murid saya, bahwa mereka bisa jadi penemu unsur baru juga,” tandasnya.

Bagaimana, sudah bisa membayangkan unsur kimia bernama indonesium?

Baca juga artikel terkait NIHONIUM atau tulisan lainnya dari Maulida Sri Handayani

tirto.id - Teknologi
Reporter: Maulida Sri Handayani
Penulis: Maulida Sri Handayani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti