Menuju konten utama

Seks yang Tetap Membara Saat Usia Bertambah

Seiring bertambahnya usia, kualitas seks tidak akan cukup ditakar dengan berpatok pada intensitas orgasme saja.

Seks yang Tetap Membara Saat Usia Bertambah
Ilustrasi keintiman di usia lanjut. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Diane Harman, seorang guru Bahasa Inggris yang sudah 32 tahun mengajar di L.A, bercerita tentang kehidupan seksnya, yang semakin menarik. Perempuan berusia 65 tahun tidak merasa tua.

"Ketika saya masih muda, saya menyukai seks, saya tetap melakukannya sampai hari ini,” kata Harman, yang secara rutin mengunggah video hip hop di YouTube.

Ia bercerita tentang perubahan pandangan orang-orang terhadap seks dari waktu ke waktu. Harman, yang terlahir di keluarga Yahudi, dibesarkan bersama orang tua yang sangat protektif. Pengalaman seks pertamanya adalah ketika memasuki tahun kedua di perguruan tinggi. Ia selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia masih muda dalam menikmati cinta dan seks. Menurutnya yang diperlukan adalah sikap yang terbuka, kemauan untuk bereksperimen, dan berkomunikasi dengan pasangan.

"Saya benar-benar menyukai seks seiring bertambahnya usia. Saat pertama kali berhubungan seks, saat Anda masih perawan, Anda benar-benar tidak tahu banyak. Anda mendapatkan lebih banyak pengalaman seiring bertambahnya usia. Seperti anggur yang bagus, seiring bertambahnya usia, Anda tahu lebih banyak. Anda berkomunikasi dengan pasangan Anda lebih banyak, saya suka ini, Anda menyukai ini ... ini jauh lebih baik,” cerita Harman.

Ia merasa berada di tubuh perempuan berusia 65 tahun, tapi pikirannya masih seperti perempuan berusia 20-an tahun. Pengalamannya membaca orang-orang yang masih memiliki kehidupan seksual yang baik di usia 90 tahun, menambah semangatnya soal hubungan seks di usia senja. "Pada usia 60-an saya lebih bebas bebas, terbuka, fleksibel, bebas dari penilaian," kata Harman.

Baca juga:

Merindukan Seks Setelah Ditinggal Pasangan

Rahasia Di Balik Kenikmatan Perempuan

Apakah yang dialami Diane Harman juga dialami oleh orang lain? Kisah Diane Harman ternyata sejalan dengan hasil survei pada 2015 yang dilakukan oleh Nils Beckman, peneliti doktoral dari University of Gothenburg, Swedia yang menyebutkan, mayoritas orang berusia di atas 70 tahun mengatakan sangat puas dengan kehidupan seks mereka. Dalam tesis doktoralnya, Nils Beckman menemukan bahwa enam dari sepuluh wanita, dan tujuh dari sepuluh pria berusia di atas 70 tahun sangat puas dengan kehidupan seksnya.

Selain lebih puas, survei lainnya yang lebih dulu ada mengungkapkan soal aktivitas hubungan seks bagi mereka yang berusia senja. Berdasarkan laporan dari The New England Journal of Medicine, dari 3.005 responden di Amerika Serikat mencatat sebanyak 73 persen responden usia 57-64 tahun, 53 persen responden dari 65-74 tahun, dan 26 persen responden berumur 75-85 tahun masih aktif berkegiatan seks dan menikmatinya dengan pasangan.

Laporan ini tentu di luar anggapan kebanyakan orang bahwa usia renta jauh dari masalah kepuasan lahir, termasuk seks. Sebuah penelitian lain yang dipublikasikan dalam Journal of Sex Research menyatakan bahwa kalangan usia lanjut cenderung memiliki kualitas seks yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang lebih muda.

Penelitian yang dilakukan terhadap 6.278 responden dalam rentang usia 20-93 tahun selama periode 1995-2013 menyimpulkan bahwa kepuasan seks berubah dari waktu ke waktu. Seiring dengan bertambahnya usia, responden merasakan tingkat kenyamanan yang tinggi, kontrol emosi, pikiran, usaha, dan seks menjadi lebih berkualitas. Lagi-lagi ini memunculkan pertanyaan baru, dengan fisik yang tak lagi prima apakah seks bisa lebih berkualitas?

Baca juga:

Yang Menanti Wanita di Masa Tua: Menopause

Apakah Durasi Bercinta Sebaiknya Sampai 44 Menit?

Apa ukuran seks berkualitas? Sejumlah orang mengukur kualitas hubungan seksual pasangan adalah tingkat orgasme. Firliana Purwanti, feminis berusia 40 tahun yang juga menulis buku The O Project tersebut menyatakan bahwa orgasme sebagai fungsi tubuh adalah hak, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Firliana menegaskan bahwa perempuan yang mencapai orgasme dapat mengambil keputusan-keputusan yang mandiri atas tubuh mereka. Orgasme bagi segenap perempuan adalah penanda utama bahwa mereka berdaulat.

Bagaimana dengan perempuan yang telah mengalami menopause? Menopause adalah kondisi normal yang dialami seluruh wanita di usia tertentu. Umumnya terjadi saat wanita sudah berumur 45-50 tahun. Kondisi ini sering digambarkan sebagai berhentinya siklus menstruasi pada wanita, sekaligus berakhirnya masa reproduksi.

Lauren Streicher, seorang Direktur Medis di Northwestern Medicine Center for Sexual Health and Menopause di Chicago dan juga penulis buku Sex Rx: Hormones, Health, and Your Best Sex Ever menjelaskan bahwa menopause menyebabkan dinding vagina menjadi tipis, lebih kering, dan menurun tingkat elastisitasnya. Penyababnya karena penurunan hormon estrogen setelah fase menopause.

Yang menarik, Streicher juga mengatakan bahwa kurangnya estrogen yang berdampak pada vagina selama menopause tersebut tidak serta merta mempengaruhi kemampuan klimaks seorang perempuan. "Orgasme tidak bergantung pada estrogen, sehingga wanita bisa memiliki orgasme yang sehat dan kuat tanpa estrogen sama sekali, sama sekali!" jelasnya dalam ulasan Reader's Digest.

Ia menjelaskan bahwa perempuan mendapatkan keuntungan dari estrogen vagina lokal yang berasal dari peningkatan aliran darah dan pelumasan yang sengaja dilakukan pasangan. “Yang pada gilirannya dapat membantu meningkatkan kemampuan perempuan untuk memiliki orgasme," kata Streicher.

Baca juga:

Usia Pubertas Semakin Dini, Bisakah Kita Mencegahnya?

Seluk-Beluk Kejahatan Seksual Inses

infografik hubungan seks lansia

Kualitas Seks di Usia Senja

Berdasarkan studi populasi, para peneliti dari University of Gothenburg Center for Aging and Health (AgeCap), Swedia mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan orang-orang berusia senja masih aktif secara seksual. Pemahaman mereka terhadap esensi gender sangat berpengaruh terhadap seksualitas di usia yang sudah lanjut. Orang-orang yang tidak terpengaruh dengan stigma "seksualitas dikuasai oleh laki-laki" biasanya mempunyai kehidupan seksual yang lebih baik dibanding pasangan yang terlalu mempermasalahkan hal tersebut.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa hasrat wanita tidak menentukan seberapa aktif mereka [dalam menjalani hubungan seksual]," kata Dr Nils Beckman.

Dalam penelitian tersebut, Beckman menyebutkan bahwa aktivitas seksual orang yang berusia 70 tahun meningkat dari 12 persen menjadi 34 persen untuk wanita. Sedangkan untuk laki-laki dari 47 persen menjadi 66 persen. Penelitian ini mendapati alasan mengapa pasangan tetap bergairah meski lanjut usia, antara lain karena kepercayaan diri, kematangan fisik, dan emosional.

"Rasa sehat, keadaan nyaman, kondisi fisik dan kesehatan mental yang baik berkontribusi pada kepuasan seksual," kata Beckman.

"Pengalaman seksual sebelumnya dan kualitas hubungan juga berperan,” tambahnya.

Seiring bertambahnya usia, seseorang menjadi lebih berani mengekspresikan diri secara seksual dan lebih terbuka dalam menyampaikan kebutuhan seks pada pasangan. Kematangan fisik maupun emosional mendukung penurunan tingkat stres, sehingga lebih bisa menikmati kehidupan seks bersama pasangan.

Perkara kualitas hubungan seks terutama bagi mereka yang berusia senja pada akhirnya tidak cukup dipatok dengan kaidah-kaidah semacam intensitas berhubungan seks, seberapa kali orgasme, atau seberapa lama durasi bercinta. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman akan sebuah hubungan seksual, pasangan usia senja bisa saja mencapai kualitas seks yang sesungguhnya. Ini ibarat sebuah wine yang nilai dan rasa nikmatnya memuncak seiring bertambahnya usia.

Baca juga artikel terkait SEKS atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Suhendra