Menuju konten utama

Sejumlah Institusi Mengaku Dicatut Namanya oleh Kampanye CELUP

Detik.com, C2O Library hingga Aiola Eatery membantah terlibat dan mendukung kampanye CELUP.

Sejumlah Institusi Mengaku Dicatut Namanya oleh Kampanye CELUP
Ilustrasi CELUP (cekrek, lapor dan upload). Instagram/@cekrek.lapor.upload

tirto.id - Sebuah x-banner yang menggambarkan seorang laki-laki memotret orang yang sedang pacaran -- terlihat dari bubble logo love di tengah mereka -- beredar di media sosial. Di bagian tengah poster itu tertulis jelas "Pergokin Yuk! Biar Kapok!" dengan warna huruf putih dan latar merah muda, lengkap dengan logo official account (OA) Facebook, Instagram, dan LINE mereka.

Jawa Pos menyebut poster tersebut diinisiasi oleh Mahasiswa desain komunikasi visual (DKV) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur (UPN Jatim) dalam rangka "mencegah tindakan asusila". Nama kampanyenya: Celup, singkatan dari Cekrek, Lapor, Upload.

Dari akun Instagramnya, @cekrek.lapor.upload, disebutkan bahwa Celup adalah kampanye anti asusila yang ingin "menyelamatkan ruang publik". Caranya persis sama dengan kepanjangan nama kampanye.

Dalam salah satu unggahan, dijelaskan untuk mengikuti kampanye pertama-tama yang harus dilakukan adalah dengan menambahkan teman OA LINE Celup. Lalu yang kedua, "potret tindakan asusila di sekitarmu". Foto kemudian dikirim ke OA tadi.

Pengirim bahkan diiming-imingi hadiah berupa voucher pulsa, gantungan kunci, dan kaos. Makin banyak mengirim foto makin besar kemungkinan memperoleh hadiah.

Pada seluruh poster mereka, persis di bagian bawah tertera logo-logo institusi yang beberapa di antaranya sangat familiar seperti Detik.com, Perpustakaan C2O Surabaya, Radiogasm, dan Aiola Eatery. Gerakan ini diklaim "didukung oleh" institusi-institusi tersebut.

Karel Anderson, Marcomm Manager Detik.com, mengatakan tidak betul bahwa perusahaannya mendukung Celup. "Sangat-sangat tidak betul. Detik tidak merasa dihubungi sama sekali untuk kegiatan itu," katanya kepada Tirto, Rabu (27/12/2017).

Merasa dirugikan, Karel mengatakan bahwa mereka "sedang berusaha mencari tahu" inisiator gerakan dan motivasi mereka mencantumkan logo Detik.com.

Pun demikian dengan Jawa Pos. Corporate Communication Jawa Pos, Puspita, mengatakan bahwa mereka tidak pernah menjalin kerja sama apapun dengan Celup, meski pernah meliputnya.

"Mereka memang pernah kami liput. Sepertinya mereka asal saja mencantumkan logo kami karena pernah kami naikkan kegiatannya," katanya. Saat ini, kata Puspita, Jawa Pos mencoba mengkonfirmasi langsung ke Fadhli Zaky, koordinator Celup. "Tapi sampai sekarang ponselnya tidak aktif," katanya.

Uncle Jouw, pendiri Aiola Eatery, juga mengatakan hal serupa. Ia tidak pernah membaca atau menerima proposal kegiatan Celup, mekanisme yang telah dibakukan tiap ada kerja sama dengan pihak lain.

"Pada prinsipnya Aiola terbuka dengan segala bentuk kerja sama event, hanya saja mekanismenya harus selalu melalui prosedur yang sesuai dengan aturan Aiola. Untuk kegiatan tersebut di atas saya pribadi belum pernah tahu," katanya.

Atas pencatutan itu Uncle Jouw akan menghubungi panitia dan meminta penjelasan mengapa nama mereka dicatut.

Pendiri dan pengelola perpustakaan C2O Surabaya, Kathleen Azali, juga mengaku tidak tahu dengan kampanye ini. "Tidak, tidak pernah kami dihubungi untuk kampanye dan aplikasi ini," katanya.

Kathleen juga menyebut ia tidak mengenal Fadhli Zaky. Namun bisa jadi orang itu pernah datang ke C20, yang memang selalu terbuka bagi siapa pun.

"Bisa jadi mereka pernah ke C2O karena kami perpustakaan dan coworking [terbuka untuk] publik, tapi tidak ada persetujuan kami mendukung acara ini," katanya.

Kathleen mengatakan perpustakaan C2O akan merilis pernyataan di Twitter bahwa mereka tidak pernah dihubungi perkara aplikasi maupun kampanye Celup.

Tirto mencoba menghubungi Fadhli untuk konfirmasi lebih lanjut soal pencatutan logo sekaligus bertanya soal kampanye itu sendiri. Namun sampai berita ini ditulis komunikasi tidak bisa dilakukan. Nomor ponsel Fadhli tidak aktif.

Baca juga artikel terkait PERSEKUSI atau tulisan lainnya

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Rio Apinino & Arman Dhani
Editor: Rio Apinino