Menuju konten utama

Sejarah Umat Muslim di Selandia Baru

Umat Muslim sudah ada di Selandia Baru sejak 1855 dan terus berkembang, diperkirakan bakal 100.000 pada 2030.

Sejarah Umat Muslim di Selandia Baru
Polisi berdiri di luar sebuah masjid di Linwood, Christchurch, Selandia Baru, Jumat, 15 Maret 2019. Mark Baker / AP

tirto.id - Aksi penembakan brutal terjadi di Masjid Al-Noor dan Linwood di pusat Kota Christchurch, Selandia Baru. Sebuah video livestreaming yang disiarkan pelaku, tampak para korban di dalam Masjid Al-Noor diberondong tembakan secara membabi buta.

Serangan itu menewaskan sekitar 49 orang dan 20 lainnya luka-luka. Di antara korban luka-luka itu, terdapat dua warga negara Indonesia.

Kejadian di Kota Christchurch mendapat kecaman dari banyak pihak, dan jadi torehan kelam perjalanan sejarah umat Muslim di Selandia Baru. Umat Muslim hanya 1,1 persen dari total populasi Selandia Baru yang mencapai 4,25 juta jiwa pada 2013.

Kelompok Muslim mulai hadir di Selandia Baru sejak abad ke-19. Peter Lineham dari Massey University dalam tulisannya "Islam in New Zealand: Historical Demography" mengatakan umat Muslim sudah ada di Selandia Baru pada 1855.

Menurut data sensus, pada 1855 terdapat dua orang Muslim yang tercatat di Selandia Baru. Pada sensus 1861, tercatat empat orang Muslim tercatat di negara itu. Sensus pada 1867 menjadi salah satu titik terangm populasi Muslim di Selandia Baru. Saat itu pemerintah di wilayah Otago mengundang orang Cina atau Tionghoa untuk bekerja di tambang emas.

Warga Cina yang tertarik bekerja di Otago sebagian besar berasal dari Cina selatan, yang mana memiliki penduduk beragama Islam tetapi dalam jumlah kecil.

Pada 1871, jumlah warga Cina yang masuk di Otago meningkat. Hal ini diindikasi menjadi cikal bakal hadirnya beberapa Muslim dalam rombongan pekerja dari Cina Selatan ke Selandia Baru.

Sensus 1874 membuktikan dengan terdapat 15 warga Cina yang bekerja di Otago, Selandia Baru adalah Muslim. Sejak saat itu, Islam terus berkembang. Pada 1874 tercatat sejumlah Muslim berada di daerah lainnya di Selandia Baru. Satu warga Muslim tercatat di Ladang Hauraki di Auckland.

Penduduk Muslim pun terus meningkat menjadi 39 orang pada sensus 1878 di Selandia Baru. Populasinya makin bertambah seiring masuknya imigran lainnya.

Beberapa pria India Punjabi dan Gujarat bermigrasi ke Selandia Baru pada 1890-an dan 1900-an. Orang Gujarat mendiami kota-kota di Canterbury.

Mohammad Kara, seorang Gujarat pertama yang tercatat di Selandia Baru. Ia bermigrasi ke Afrika Selatan dan kemudian pada 1907 datang ke Selandia Baru. Ia menetap di Christchurch dan membuka sebuah toko kecil.

Putranya yang bernama Ismail datang ke Selandia Baru pada 1921. Kara, digambarkan oleh Leckie sebagai Muslim Gjarati pertama di Selandia Baru dan kemudian menjadi presiden Asosiasi Muslim Canterbury.

Pada 1950 organisasi Muslim pertama didirikan ketika "Asosiasi Muslim Selandia Baru" didirikan di Auckland. Ada sekitar 200 Muslim di seluruh Selandia Baru.

Pada 1959 Asosiasi mengakuisisi properti di Ponsonby dan menjadikannya Pusat Islam pertama. Pada tahun 1960 Imam pertama tiba di Selandia Baru - Maulana Ahmed Said Musa Patel (1937-2009) dari Gujarat.

Tibanya Imam pertama itu diikuti dengan pembentukan "Asosiasi Muslim Internasional Selandia Baru" yang berbasis di Wellington pada 1962 dan "Asosiasi Muslim Canterbury" pada tahun 1977.

Tercatat pada tahun 1979 terdapat 2.000 Muslim di seluruh Selandia Baru. Perwakilan dari tiga Asosiasi Muslim utama di negara itu lalu membentuk "Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru" pada bulan April 1979 dan menunjuk Mazhar Krasniqi, seorang kelahiran Kosovo, sebagai presiden asosiasi tersebut.

Pada 1982, Syekh Khalid Kamal Abdul Hafiz dari India tiba untuk melayani sebagai Imam di Wellington.

Ia kemudian menjadi penasihat spiritual senior untuk Federasi Islam di Selandia Baru. Selama tahun 1984 hingga 1985 Dr Hajji Ashraf Chaudhary menjabat sebagai presiden Federasi sebelum masuk Parlemen pada tahun 2002.

Sejak tahun 1980-an hingga periode saat ini terjadi peningkatan dalam jumlah migran Muslim, pengungsi dan pelajar dari Asia, Timur Tengah dan Afrika yang masuk Selandia Baru.

Organisasi Muslim yang didirikan juga terus meningkat, terutama di Auckland. Pendidikan Islam dan Dawah Trust didirikan pada tahun 1990 dan saat ini mengoperasikan Sekolah Al Madinah dan Al Zayad Girls College di Mangere, Auckland.

Menurut sensus terakhir, bahwa pada tahun 1996, ada 13.545 Muslim di Selandia Baru, mewakili 0,37 persen dari populasi di Selandia Baru. Jumlah Muslim di Selandia Baru menurut sensus 2013 mencapai 46.149 jiwa atau naik 28 persen dari 36.072 pada sensus 2006.

Mayoritas Muslim tinggal di daerah Auckland, sedangkan sisanya tinggal di Wellington, ibu kota negara, atau empat kota besar lainnya.

Muslim Selandia Baru diprediksi bakal mencapai 100.000 jiwa pada tahun 2030, menurut The Journal of Muslim Minority Affairs.

Baca juga artikel terkait PENEMBAKAN SELANDIA BARU atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra