Menuju konten utama

Imlek 2022: Sejarah Tarian Barongsai & Maknanya di Tahun Baru Cina

Arti makna dan sejarah barongsai, salah satu tarian tradisional Cina, yang biasanya ditampilkan pada hari raya besar, seperti Imlek.

Imlek 2022: Sejarah Tarian Barongsai & Maknanya di Tahun Baru Cina
Atraksi barongsai Patok Besi Kong Ha Hong di Mal Ciputra menyambut untuk Tahun Baru Imlek 2570, Jakarta, Jumat (25/1/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Kapan libur Tahun Baru China Imlek 2022? Imlek tahun ini jatuh pada hari Selasa, tanggal 1 Februari 2022. Tahun Baru Imlek 2022 adalah tahun Macan Air dalam astrologi China. Macan Air memiliki makna filosofi tersendiri.

Dari sisi simbol Macan, memberikan perlambang kekuatan, agresif, kepercayaan diri, keberanian, dan memiliki sifat kepemimpinan. Sementara itu, mengutip situs The Chinese Zodiac, tahun Macan kali ini berada di bawah pengaruh Air. Air melambangkan kekayaan, kelimpahan, dan kemakmuran.

Tanggal 1 Februari 2022 sebagai hari Imlek ini berbeda setiap tahunnya. Sebelumnya, Tahun Baru Imlek 2021 jatuh pada 12 Februari. Penetapan ini didasarkan pada kalender lunisolar. Setiap tahun, Imlek akan jatuh antara tanggal 21 Januari dan 20 Februari, bertepatan dengan siklus bulan di tahun tersebut.

Perayaan Imlek, tidak hanya selalu identik dengan warna merah, atau kue keranjang. Namun juga dengan tarian yang sangat terkenal, yaitu Barongsai. Pertunjukan tarian singa ini selalu menjadi daya tarik tersendiri.

Dilansir dari laman China Highlight, Barongsai adalah tarian kebudayaan Cina yang biasanya dipertunjukkan pada acara-acara besar. Singa melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan keunggulan.

Singa dipercaya sebagai binatang yang baik. Orang-orang melakukan tarian Barongsai untuk membawa keberuntungan dan mengusir roh-roh jahat.

Barongsai juga merupakan cara untuk menciptakan suasana meriah dan membawa kebahagiaan.

Arti Makna Barongsai dalam Perayaan Imlek

Tarian Barongsai biasanya dilakukan oleh dua "penari" dalam kostum singa. Para penari akan menjadi tubuh singa.

Penari yang berada di posisi depan akan menjadi bagian depan tubub singa, sementara penari dibelakang akan menjadi bagian tubuh belakang singa,

Kepala singa biasanya berukuran lebih besar menyerupai naga, seperti kebanyakan singa batu di Cina.

Warna-warna pada kostum Barongsai juga memiliki makna. Kuning melambangkan bumi (pusat), hitam melambangkan air (utara), hijau melambangkan kayu (timur), merah melambangkan api (selatan), dan putih melambangkan logam (barat).

Pada bagian kepala Barongsai, ada tanduk yang merupakan simbol untuk hidup dan regenerasi, serta mewakili unsur perempuan.

Telinga dan ekor berbentuk makhluk mistis yang mewakili kebijaksanaan dan keberuntungan. semenyata itu, tulang belakang (ular) merupakan simbol pesona dan kekayaan.

Selanjutnya dahi dan jenggot berasal dari naga yang berarti simbol kekuatan, kepemimpinan dan mewakili unsur laki-laki.

Terakhir, bagian punuk belakang kepala merupakan kura-kura yang berarti simbol umur panjang.

Asal Muasal Barongsai

Dalam budaya Cina tradisional, singa, seperti naga Cina, hanyalah binatang yang ada dalam mitos, dan sebenarnya singa tidak ada di Cina.

Sebelum Dinasti Han (202 SM – 220 M), hanya ada beberapa singa yang mencapai Dataran Tengah dari wilayah barat Cina kuno (sekarang Xinjiang), karena perdagangan Jalur Sutra.

Pada saat itu, orang-orang menirukan penampilan dan tindakan singa yang baru tiba dalam sebuah pertunjukan, yang kemudian berkembang menjadi tarian Barongsai di periode tiga Kerajaan (220-280).

Kemudian, tarian tersebut menjadi populer dengan munculnya agama Buddha di Dinasti Utara dan Selatan (420–589). Pada Dinasti Tang (618–907), tarian Barongsai adalah salah satu tarian istana.

Tarian Barongsai adalah salah satu contoh budaya Cina yang berkembang dengan sangat luar biasa, hingga telah menyebar ke seluruh dunia.

Saat ini, hampir di seluruh dunia telah banyak klub-klub khusus tarian Barongsai, yang selalu menjadi pertunjukkan menarik, terutama di Tahun Baru Cina.

Baca juga artikel terkait HARI RAYA IMLEK atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani