Menuju konten utama

Ideologi Sosialisme: Tujuan, Tokoh, Ciri, dan Latar Belakang

Sosialisme adalah salah satu ideologi berpengaruh sangat luas di dunia. Tokoh-tokohnya adalah Simonde de Sismondi, Lauderdale, hingga Karl Marx

Ideologi Sosialisme: Tujuan, Tokoh, Ciri, dan Latar Belakang
Karl Marx, salah satu tokoh sosialisme komunis. FOTO/commons.wikimedia.org

tirto.id - Sosialisme adalah salah satu ideologi berpengaruh sangat luas di dunia. Sosialisme lahir sebagai kritik atas kapitalisme yang berkembang di Eropa pada akhir abad 18. Tokoh-tokoh terkenalnya meliputi Simonde de Sismondi, Lauderdale, hingga Karl Marx.

Secara definitif, sosialisme adalah sistem ekonomi-sosial yang ditandai dengan kepemilikan sosial atas alat-alat produksi dan manajemen mandiri pekerja. Ideologi sosialisme mencakup teori-teori dan gerakan politik yang terkait dengannya

Pemikiran sosialisme bertumpu pada perbedaan kelas antara borjuis dan proletar—dua istilah yang merujuk pada pemilik kapital beserta institusi yang melindunginya seperti korporasi dan pemerintah (borjuis), serta kaum buruh (proletar).

Sosialisme menilai bahwa sistem ekonomi kapitalis hanya membuat kaum proletar dieksploitasi oleh kaum borjuis.

Mohammad Hatta, wakil presiden Indonesia pertama, dalam buku Beberapa Pokok Pikiran (1992), menjelaskan sosialisme sebagai sistem yang “...menghendaki suatu pergaulan hidup, di mana tidak ada lagi penindasan dan penghisapan, dan dijamin bagi rakyat, tiap-tiap orang, kemakmuran dan kepastian penghidupan serta perkembangan kepribadian.”

Pemikiran sosialisme mulai muncul dan berkembang pada abad 18 hingga abad 19. Yuliani dalam Hubungan Perkembangan Paham-Paham Besar: Demokrasi hingga Pan-Islamisme dengan Gerakan Nasionalisme di Asia-Afrika (2020) menyebutkan bahwa kata “sosialisme” pertama kali digunakan oleh Alexander Vinet, seorang teolog Protestan berkebangaan Perancis di dalam artikelnya yang ditulis dalam surat kabar Le Semeur (terjemahan bebasnya: Penabur) pada 1831.

Revolusi industri yang terjadi pada abad 18 berdampak besar pada sistem ekonomi Eropa. Penggunaan mesin mempercepat pertumbuhan industri. Lewat mesin-mesin uap, para pemilik pabrik dijanjikan peningkatan efektivitas dan produktivitas.

Sektor industri kemudian berkembang pesat, lowongan pekerjaan sebagai buruh pabrik dibuka lebar. Orang-orang Eropa yang tadinya petani, berbondong-bondong menjadi buruh pabrik.

Namun, pertumbuhan ekonomi pasca revolusi industri tersebut lambat laun menunjukkan bopeng. Bertambahnya beban dan jam kerja tak masuk akal, serta sistem pengupahan yang tidak adil. Hal itu menjadi masalah para buruh pasca revolusi industri.

Beratnya beban kerja buruh pabrik tersebut berbanding terbalik dengan kondisi pemilik pabrik. Mereka justru meraup lebih banyak keuntungan karena jumlah produksi meningkat dan buruh tetap diupah rendah. Kesenjangan tersebut kemudian menjadi dasar pemikiran sosialisme.

Para pemikir awal sosialisme, seperti Simonde de Sismondi, Lauderdale, Adam Muller, Henry Charles Carey, dan Friedrich List, mencoba menelaah mengapa kesenjangan dapat terjadi dan bagaimana roda ekonomi mesti dijalankan.

Latar Belakang Sosialisme: Kritik atas Kepemilikan Modal

Dalam kajian sosialisme, modal menjadi alasan utama mengapa penindasan terhadap kaum proletar terjadi. Modal yang dimiliki secara pribadi cenderung menghasilkan pemerasan atas kelas pekerja atau buruh.

Modal dalam kajian sosialisme dipahami sebagai segala sumber daya yang dapat menghasilkan komoditas, menghasilkan barang atau jasa yang diperjual-belikan.

Dengan begitu, modal tidak hanya dipahami sebagai uang, tetapi juga alat, mesin, dan fasilitas yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Dalam kajian sosialisme, alat-alat tersebut disebut sebagai "alat produksi".

Dalam konteks kemunculan sosialisme, kepemilikan modal menjadi “senjata utama” untuk memeras buruh. Kaum borjuis memiliki nilai tawar tinggi atas kepemilikan modal, sedangkan proletar tidak.

Perbedaan nilai tawar tersebut terlihat dari pembagian upah yang ditentukan oleh kepemilikan modal. Si pemilik alat produksi mendapat bagian paling banyak, sedang kaum proletar yang beban kerjanya sangat berat dapat upah yang sedikit karena tidak punya alat produksi.

Para pemikir sosialisme berpendapat bahwa kepemilikan pribadi atas modal perlu dihilangkan. Modal harus dimiliki secara bersama-sama dan diolah secara bersama pula, sehingga hasil yang didapatkan dapat dibagi secara adil dan merata.

Teori-teori tentang bagaimana cara mencapai kondisi adil dan merata itu pun bermunculan.

Pemikir sosialisme seperti Robert Owen dan Charles Fourier berpendapat sosialisme dapat tercapai dengan membentuk komunitas-komunitas kecil di mana modal dimiliki secara bersama.

Pada 1825, Robert Owen membeli sebuah kota di Indiana, Amerika Serikat (AS) yang diberi nama New Harmony. Kota tersebut menjadi eksperimen sosialnya untuk menerapkan pemikiran Owen tentang sosialisme.

Pemikiran tentang komunitas kecil inilah yang kemudian menjadi cikal bakal konsep koperasi yang kita kenal sekarang ini.

Beberapa pemikir lain seperti Karl Marx, Friedrich Engels, dan Etienne Cabet, berpendapat lain. Mereka berpendapat bahwa modal mesti dimiliki oleh sebuah institusi milik bersama, yakni negara. Oleh karenanya, para pemikir ini beranggapan bahwa sosialisme dapat dicapai lewat jalur politik.

Marx dan Engels berpendapat bahwa sosialisme dapat terwujud jika melalui cara pertentangan kelas. Baginya, sosialisme akan tercipta jika terjadi konfrontasi kaum proletar untuk merebut modal dan alat produksi milik borjuis.

Sosialisme ala Marx ini kemudian disebut sebagai komunis, yang merupakan cabang sosialisme yang progresif.

Salah satu tonggak awal penerapan sosialisme ala Marx terlihat pada Komune Paris, sebuah pemerintahan provisional yang digerakkan oleh kaum buruh.

Dalam Komune Paris, kelas borjuis ditiadakan, yang ada hanya kelas pekerja. Seluruh modal yang ada dimiliki oleh pemerintahan kelas pekerja.

Komune Paris ini kemudian menjadi cetak biru bagi terlaksananya pemerintahan kelas pekerja.

Karl Marx, dalam Civil War in France (1971), menyebutkan bahwa keberhasilan kaum proletar membentuk Komune Paris ini sebagai “awal mula revolusi sosial abad ke-19”.

Perkembangan Sosialisme: Ciri & Varian Pemikirannya

Sebagaimana kapitalisme yang berkembang dari waktu ke waktu, sosialisme pun demikian. Dalam periode abad 18 hingga 19, muncul beragam varian pemikiran sosialisme, seperti sosialis demokrat, komunisme, anarkisme, sosialisme utopis, marxisme, sindikalisme dan sosialisme ilmiah.

Ubaid Al Faruq dan Edy Mulyanto dalam Sejarah Teori-teori Ekonomi (2017) membagi perkembangan sosialisme menjadi dua kutub, yakni sosialisme utopis dan sosialisme ilmiah, untuk mempermudah memahami perkembangan sosialisme.

Pertama, sosialisme utopis dijelaskan sebagai istilah untuk menyebut perkembangan sosialisme modern.

Istilah sosialis utopis ini mulanya merupakan sebutan Karl Marx untuk pemikir sosialisme yang hanya memikirkan cita-cita sosialisme tanpa memikirkan cara menuju cita-cita tersebut.

Pemikiran dan argumentasi para sosialis utopis ini berkutat pada kritik atas kapitalisme, bahwa kepemilikan pribadi atas alat produksi merupakan sumber utama penindasan kelas pekerja.

Tokoh-tokoh terkenal sosialis utopis ini antara lain, Comte Henri de Saint Simon, Charles Fourier, Robert Owen, dan Louis Blanc.

Kedua, sosialisme ilmiah merupakan istilah untuk menyebut pemikiran sosialisme dengan pendekatan ilmiah. Sosialisme ilmiah ini dipelopori oleh pemikir sosialisme paling terkenal, Karl Marx.

Mulanya, sosialisme ilmiah merupakan istilah Friedrich Engels untuk merujuk teori sosial-politik-ekonomi yang dipelopori oleh Karl Marx.

Jika sosialisme utopis berhenti pada ranah filosofis sosialisme, Marx menentangnya dengan membuat konsepsi cara mencapai sosialisme.

Dalam membuat konsepsi mencapai sosialisme, Marx menggunakan pendekatan sains, seperti misalnya, ilmu politik, filsafat, sosiologi, dan ekonomi.

Konsepsi Marx tentang sosialisme ini merupakan sumbangsih besar dalam sains, seperti konsep materialisme dialektika historis dalam ilmu filsafat serta teori nilai kerja dan teori nilai surplus dalam ilmu ekonomi.

Puncak pemikiran Marx tentang sosialisme ilmiah ini adalah buku Das Capital yang ia terbitkan pada 1867. Melalui buku tersebut, Marx menjelaskan secara ilmiah di mana persisnya letak kecacatan sistem ekonomi kapitalis.

Karl Marx dan Friedrich Engels merupakan dua tokoh pemikir sosialisme ilmiah yang populer.

Kepopuleran dua tokoh tersebut terutama terjadi setelah menerbitkan Das Manifest der Kommunistischen Partei atau Manifesto Partai Komunis pada 1948.

Buku tersebut berisikan refleksi tentang kesulitan-kesulitan yang dialami kelas pekerja serta seruan untuk terus bersatu dan berjuang.

Tokoh-Tokoh Sosialisme

Paham Sosialisme dipelopori oleh beberapa tokoh besar yang berpengaruh pada pemikiran masyarakat pada saat itu. Berikut merupakan tokoh-tokoh pendukung sosialisme:

1. Robert Owen

Robert Owen merupakan tokoh sosialisme berkebangsaan Inggris. Kontribusinya pada dunia sosialisme berupa pandangan bahwa perilaku manusia tidak abadi atau dapat berubah-ubah dan mereka memiliki keinginan bebas untuk mengorganisir apapun yang mereka inginkan.

2. Saint Simon dan Charles Fourier

Negara Prancis juga memiliki tokoh pendukung sosialisme yaitu Saint Simon dan Charles Fourier. Charles terkenal dengan asosiasmenya yaitu sosialis utopis yang berpengaruh pada pandangan masyarakat pada saat itu.

3. Karl Marx dan Friedrich Engels

Kedua tokoh tersebut merupakan tokoh yang sangat terkenal karena perjuangan mereka melawan kapitalis melalui tulisan pad buku dengan judul das Capital.

Karl Marx menyatakan bahwa sejarah pada masyarakat berupa perjuangan terhadap kelas antarmanusia, sehingga Ia menginginkan kehidupan tanpa adanya kelas.

Menurutnya dengan adanya sosialisme dapat menjadi langkah penentu menuju masyarakat sosialis yang sempurna dengan mencapai pengembangan diri.

Baca juga artikel terkait SOSIALISME atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Abdul Hadi
Penyelaras: Yulaika Ramadhani