Menuju konten utama

Sejarah Singkat Blood Moon dan Kisah Kristoforus Kolumbus

Kristoforus Kolumbus pernah menggunakan pengetahuannya tentang blood moon untuk mengelabuhi penduduk Jamaika.

Sejarah Singkat Blood Moon dan Kisah Kristoforus Kolumbus
Gerhana bulan total atau "Blood Moon" terlihat dari kawasan Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (28/7/2018). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id - Gerhana bulan total yang berkaitan dengan tiga fenomena lain, yaitu super moon, blood moon, dan wolf moon atau disebut super blood wolf moon dapat dilihat pada Senin (21/1/2019). Lalu, mengapa ada istilah blood moon dan bagaimana sejarahnya?

Super blood wolf moon dapat disaksikan oleh masyarakat Amerika Utara dan Selatan, sebagian Eropa, dan sebagian Afrika. Salah satu "unsur" dari tiga fenomena yang terjadi pada 21 Januari tersebut adalah blood moon.

Dalam fenomena blood moon, bulan tidak akan benar-benar berwarna merah. Hanya saja dari pandangan mata, bulan akan menjadi merah. Hal ini terjadi karena atmosfer bumi memantulkan sinar matahari, membuat bulan seakan berubah warna menjadi merah. Bumi sendiri dalam peristiwa gerhana bulan, berada di antara matahari dan bulan sehingga memantulkan sinar matahari ke bulan.

Dikutip dari National Geographic, jumlah debu di atmosfer bumi dapat menyebabkan warna merah ini. Sebagai contoh, gunung berapi aktif yang memuntahkan berton-ton abu ke atmosfer, misalnya, dapat memicu warna bulan seakan lebih "merah darah". Tapi tidak ada yang bisa memprediksi warna apa yang akan kita lihat sebelum blood moon ini terjadi.

Hal yang sama ditegaskan ilmuwan NASA, dikutip dari Space. Warna bulan saat blood moon tergantung pada jumlah debu dan awan di atmosfer. Jika ada partikel tambahan di atmosfer, dari letusan gunung berapi yang terjadi sebelum waktu blood moon, bulan akan muncul dengan warna warna merah gelap."

Berbicara tentang sejarah gerhana bulan total, menurut George Chambers dalam buku The Story of Eclipses (1899) catatan pertama dalam sejarah terkait fenomena ini ditemukan Cina. Menurut Chambers, peristiwa itu terjadi pada hari Ping-Tzu tahun ke-35 Wen-Wang atau 29 Januari 1136 S.M.

Namun, jika dilihat kembali, kitab yang dirujuk oleh Chambers, Sejarah Bambu (Zhúshū Jìnián), kronik tentang Tiongkok kuno, mengarah pada tahun yang berbeda. Gerhana bulan total yang pertama kali dicatat dalam sejarah Cina tersebut, lebih tepat jika disejajarkan dengan tahun 1059 S.M, pada masa pemerintahan raja terakhir Dinasti Shang.

Dalam teks tersebut, dinyatakan bahwa menghilangnya bulan dalam peristiwa gerhana bulan, dianggap sebagai pertanda penting bagi Raja Wen ---kelak disebut sebagai pendiri Dinasti Zhou---, bahwa sudah tiba waktunya untuk memberontak pada Raja Zhou dari Dinasti Shang.

Blood moon sendiri selama ini dikaitkan dengan dongeng-dongeng sihir, cerita para serigala bertransformasi, dan juga hal berbau mistis lainnya. Hal tersebut dikarenakan bentuk gerhana bulan yang berwarna darah dan terkesan seram. Salah satunya cerita Kristoforus Kolumbus yang pernah menggunakan gerhana bulan total ini untuk mengelabuhi masyarakat Jamaika tentang ‘Kemarahan Tuhan’.

Ditulis oleh observer.com, pada tahun 1504 Kristoforus Kolumbus melakukan ekspedisi untuk mencari wilayah baru bersama kru-nya. Sayangnya, perjalanan tersebut karena adanya epidemi cacing yang menyerang kapal mereka.

Sesampainya di Jamaika, para penduduk setempat menyambut kru Kolumbus dengan baik. Tetapi enam bulan kemudian, keramahan mereka mulai menghilang. Kolumbus mempunyai siasat dengan membacakan almanak yang dapat meramalkan gerhana bulan di masa depan kepada kepala suku setempat.

Ia berkata Tuhan orang Kristiani marah atas kebencian Jamaika terhadap Columbus dan krunya. Bulan yang berdarah akan muncul di langit sebagai tanda kemarahan Tuhan.

Ketika gerhana benar-benar terjadi, penduduk pulau begitu ketakutan sehingga mereka berbondong-bondong membawa perbekalan untuk Kolumbus sembari memohon pengampunan. Sang penjelajah kemudian mengatakan mereka diampuni saat gerhana berakhir dan bulan kembali seperti sedia kala.

Saat ini persepsi umat manusia tentang hal-hal spiritual yang berbau mistis terkait blood moon sudah mulai berubah. Jika sebelumnya fenomena ini ditakuti, kini berkat pengetahuan, blood moon justru dirayakan sebagai fenomena yang "tidak bisa" dilewatkan.

Baca juga artikel terkait GERHANA BULAN atau tulisan lainnya dari Alifa Justisia

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Alifa Justisia
Penulis: Alifa Justisia
Editor: Fitra Firdaus