Menuju konten utama
Sejarah Muhammadiyah

Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah di Yogyakarta

Sejarah singkat berdirinya Muhammadiyah di Yogyakarta pada 18 November 1912.

Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah di Yogyakarta
Muhammadiyah. wikimedia commons domain publik

tirto.id - Organisasi Islam atau Persyarikatan Muhammadiyah berdiri pertama kali di Yogyakarta pada 18 November 1912.

Nama pendirinya K.H. Ahmad Dahlan atau dikenal dengan nama kecilnya sebagai Muhammad Darwisy.

Muhammad Darwisy lahir di desa Kauman, Yogyakarta, pada 1 Agustus 1868. Ia merupakan anak dari Kyai Haji Abu Bakar bin Sulaiman, pejabat khatib Masjid Besar Kesutanan Yogyakarta. Sementara itu, nama ibunya adalah Siti Aminah.

M. Nasruddin Anshoriy dalam Matahari Pembaruan: Rekam Jejak K.H. Ahmad Dahlan (2010), menyebut bahwa Darwis atau Darwisy ini masih keturunan Walisanga, yakni sedarah dengan Maulana Malik Ibrahim.

Pada usia 15 tahun, ia tinggal di Makkah dan memperoleh nama baru ketika pulang ke Indonesia.

Nama orang yang memberikan sebutan baru itu adalah Sayyid Bakri Syatha (Adi Nugraha, Kyai Haji Ahmad Dahlan, 2009). Semenjak saat itu, Darwis dipanggil Ahmad Dahlan.

Lantas, bagaimana sejarah singkat pendirian organisasi Muhammadiyah?

Pendiri Muhammadiyah dan Pemikirannya

Saat berada di Makkah, Ahmad Dahlan berguru pada beberapa ulama Islam modernis. Di antaranya ada Syaikh Ahmad Khatib, Sayyid Bakri Syatha, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah, Rasyid Ridha, dan Syaikh Abdul Hadi, dan masih ada beberapa lagi.

Setelah pulang ke Indonesia, ia berangkat lagi ke tanah Arab tersebut pada 1903 untuk menunaikan Haji.

Menetap beberapa lama di sana, ia kembali memperoleh ajaran baru. Selain ulama yang di sebut di atas, ada guru lain yang memberi ilmu meliputi Kyai Nawawi, Kyai Mas Abdullah, dan Kyai Faqih.

Kala perjalanan keduanya usai, Ahmad Dahlan semakin dibekali pemikiran Islam modernis. Maksudnya, Islam yang ada di kepalanya adalah bentuk dari pembaharuan, bukan bentuk-bentuk yang sifatnya konservatif.

Terbentuknya Organisasi Muhammadiyah

Semenjak kembali ke tanah kelahirannya di Kampung Kauman, Muhammad Darwis mengajar orang-orang di sekitarnya.

Ajaran yang diberikan kala itu bukan hanya meliputi agama, tapi juga termasuk pengetahuan-pengetahuan umum lainnya.

Sebelum resmi mendirikan Muhammadiyah, Ahmad Dahlan terlebih dahulu membangun sekolah Islam bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Pendirian sekolah tersebut tepat terjadi kala 1911.

Dikutip catatan situs resmi Muhammadiyah, organisasi mereka lahir pada 18 November 1912. Pendiriannya terjadi di Yogyakarta dengan kalender Islam bertanggal 8 Dzulhijah 1330 Hijriah.

Pengajuan peresmian organisasi ini diajukan pada 20 Desember 1912. Akan tetapi, pihak Hindia Belanda baru meresmikan organisasi ini dua tahun berikutnya, 1914.

Pada awalnya, seperti yang ditulis laman resmi Muhammadiyah, tujuan pendirian mereka kala itu mencakup dua poin. Berikut ini poin-poin tersebut:

  1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama di Hindia Belanda.
  2. Memajukan dan menggembirakan kehidupan sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya.
Terlepas dari alih-alih tujuan pengesahan kala itu, kini Muhammadiyah hadir sebagai salah satu organisasi Islam yang cukup besar di Indonesia. Kata Muhammadiyah yang digunakan sebagai nama berarti “pengikut Nabi Muhammad SAW”.

Oleh sebab itu, tujuan organisasi ini adalah menjalankan kehidupan serta ajaran agama Islam sesuai ketentuan Nabi Muhammad SAW.

Dengan kata lain, organisasi hadir sebagai wujud penghubung ajaran dengan jejak perjuangan nabi.

Baca juga artikel terkait SEJARAH MUHAMMADIYAH atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno