Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Runtuhnya Kerajaan Singasari dan Pemberontakan Jayakatwang

Penyebab utama sejarah runtuhnya Kerajaan Singasari adalah pemberontakan Jayakatwang yang menewaskan Raja Kertanegara.

Sejarah Runtuhnya Kerajaan Singasari dan Pemberontakan Jayakatwang
Candi peninggalan sejarah Kerajaan Singosari. wikimedia commons/fair use

tirto.id - Sejarah runtuhnya Kerajaan Singasari terjadi menjelang berakhirnya abad ke-13 Masehi, tepatnya tahun 1292. Penyebab utama keruntuhan kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Jawa Timur pendahulu Majapahit ini adalah adanya pemberontakan Jayakatwang yang menewaskan Raja Kertanegara.

Kertanagara merupakan raja yang membawa Singasari ke masa kejayaan sekaligus penguasa terakhir Kerajaan Singasari yang berpusat di sekitar Malang. Menurut Kitab Pararaton, Kertanegara bertakhta sejak tahun 1254 Masehi, sedangkan Negarakertagama menyebut tahun penobatan sang raja adalah pada 1272 Masehi.

Nama sebenarnya dari Kerajaan Singasari adalah Tumapel yang beribukota di Kutaraja. Asal-usul penamaan Singasari bermula Kertanegara ditunjuk sebagai putra mahkota oleh ayahnya, Raja Wisnudwardhana, sekaligus mengganti nama pusat kerajaan menjadi Singasari.

Dikutip dari Neo Patriotisme: Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa (2008) karya H.M. Nasruddin Anshoriy, Ch., lokasi kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok atau Sri Rajasa pada 1222 Masehi ini diperkirakan berada di daerah yang sekarang menjadi wilayah Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Singasari yang sebenarnya merupakan nama ibu kota justru lebih terkenal ketimbang nama kerajaannya yakni Tumapel. Pada akhirnya, orang terbiasa menyebut Kerajaan Tumapel dengan nama Kerajaan Singasari.

Penyebab Keruntuhan Kerajaan Singasari

Kertanegara adalah raja yang membawa Singasari ke masa keemasan sekaligus menutup riwayat kerajaan ini. Penyebab runtuhnya Kerajaan Singasari adalah tewasnya Raja Kertanegara dalam peristiwa pemberontakan Jayakatwang pada 1292.

Jayakatwang menjabat Bupati Gelanggelang (kini wilayah Madiun) yang merupakan bagian dari Kadiri (Kediri). Kadiri saat itu termasuk daerah taklukan Kerajaan Singasari di bawah pimpinan Kertanegara. Raka Revolta dalam Konflik Berdarah di Tanah Jawa (2008) menguraikan bahwa antara Jayakatwang dan Kertanegara masih berkerabat.

Selain itu, menurut Prasasti Kudadu, putra Jayakatwang yang bernama Ardharaja menikah dengan salah satu putri Kertanegara. Dengan demikian, selain masih terjalin tali kekerabatan, Jayakatwang dan Kertanegara adalah besan.

Berdasarkan catatan Pararaton, Jayakatwang menyimpan dendam masa lalu terhadap leluhur Kertanegara. Jayakatwang adalah keturunan dari Kertajaya yang pernah dikalahkan raja pendiri Singasari, Ken Arok.

Keputusan Jayakatwang memberontak terhadap Kertanegara merupakan hasil hasutan Aria Wiraraja. Dikutip dari Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan (1965), Wiraraja diduga kuat sebagai aktor intelektual terjadinya pemberontakan yang mengakhiri sejarah Kerajaan Singasari tersebut.

Aria Wiraraja sebenarnya mantan pejabat tinggi di Kerajaan Singasari. Namun, oleh Kertanegara ia dimutasi ke Sumenep, Madura, lantaran sering menentang kebijakan raja. Maka, tak heran jika Aria Wiraraja juga menyimpan kekesalan terhadap Kertanegara.

Pemberontakan Jayakatwang

Tahun 1292 itu, Aria Wiraraja menyampaikan kepada Jayakatwang bahwa ini adalah saat yang tepat untuk memberontak terhadap Kertanegara. Alasannya, kekuatan militer Kerajaan Singasari belum sepenuhnya lengkap karena sebagian masih dalam perjalanan pulang dari operasi penaklukan Ekspedisi Pamalayu di Sumatera.

Bujukan tersebut dilakukan oleh Jayakatwang. Atas saran Aria Wiraraja pula, demikan dikisahkan oleh Paraton, Jayakatwang mengirim pasukan yang dinamakan Jaran Guyang untuk menyerbu Singasari dari arah utara.

Raja Kertanegara yang mendengar rencana itu segera memerintahkan menantunya, yakni Raden Wijaya, untuk memimpin pasukan Singasari guna menangkal serangan pasukan Jayakatwang. Ternyata, pergerakan Jaran Guyang hanya taktik Jayakatwang semata.

Sebagai catatan, selain menikahkan salah satu putrinya dengan anak Jayakatwang, Kertanegara juga mengawinkan putri-putrinya yang lain dengan Raden Wijaya.

Menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara (1989), nama asli Raden Wijaya adalah Sang Nararya Sanggramawijaya yang merupakan pangeran dari Kerajaan Sunda Galuh sekaligus cicit Ken Arok.

Raden Wijaya memang berhasil mengalahkan pasukan Jaran Guyang. Namun, Jaran Guyang ternyata hanya pasukan kecil yang dikirim sebagai pengalihan agar pertahanan di ibu kota Singasari tempat Raja Kertanegara bersemayam kosong.

Jayakatwang segera mengirimkan pasukan yang jauh lebih besar ke Singasari. Lantaran sebagian besar kekuatan militer Singasari yang dipimpin Raden Wijaya belum kembali, pasukan Jayakatwang berhasil menduduki istana, bahkan Raja Kertanegara terbunuh dalam insiden itu.

Wafatnya Kertanegara berarti tamat pula riwayat Kerajaan Singasari. Jayakatwang kemudian menjadi raja di Kadiri yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Singasari, namun itu bertahan tidak terlalu lama.

Kekuasaan Jayanegara pada akhirnya dirubuhkan oleh Raden Wijaya berkat strategi yang jitu. Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara, kemudian mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Majapahit di Mojokerto pada 1293 sebagai penerus Kerajaan Singasari.

Baca juga artikel terkait KERAJAAN SINGASARI atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Agung DH