Menuju konten utama

Sejarah Pompeii Kota yang Hancur karena Letusan Gunung Vesuvius

Sejarah Kota Pompeii yang hancur karena letusan Gunung Vesuvius.

Sejarah Pompeii Kota yang Hancur karena Letusan Gunung Vesuvius
Dalam foto ini diyakini sebagai orang kaya dan budak prianya yang melarikan diri dari letusan gunung berapi Vesuvius hampir 2.000 tahun yang lalu, terlihat di sebuah vila elegan di pinggiran kota Romawi kuno Pompeii yang dihancurkan oleh letusan di 79 M, di mana mereka ditemukan selama penggalian baru-baru ini, pejabat taman arkeologi Pompeii mengatakan Sabtu, 21 November 2020. (Parco Archeologico di Pompei via AP)

tirto.id - Publik dikejutkan dengan penemuan arkeolog Italia terkait dua jasad pria korban letusan Gunung Vesuvius sekitar 2.000 tahun lalu di Pompeii, Kota Romawi Kuno. Penemuan jasad tersebut diumumkan pada Sabtu (21/11/2020) lalu.

Kedua jasad tersebut diyakini sebagai tuan dan budaknya yang mencoba melarikan diri dari letusan gunung berapi Vesuvius yang terjadi pada 79 M.

Dua jasad tersebut ditemukan para arkeolog dalam posisi bersebelahan di sebuah ruang bawah tanah di vila, demikian seperti dikutip New York Post.

Para arkeolog percaya, kedua jasad itu sebenarnya lolos dari hujan abu awal. Namun, keduanya meninggal keesokan harinya karena terkubur material vulkanik dari ledakan kedua Gunung Vesuvius.

Sejarah Letusan Gunung Vesuvius di Pompeii

Pompeii adalah kota yang terletak di Italia, kota Romawi Kuno yang dilestarikan di Campania, Italia, 23 km dari Tenggara Napoli dan terletak di pangkalan tenggara Gunung Vesuvius.

Sekitar tengah hari pada 24 Agustus 79 M, letusan besar terjadi di Gunung Vesuvius membuat kota Pompeii dipenuhi dengan abu vulkanik. Keadaan semakin parah pada keesokan harinya usai muncul awan panas menyelimuti kota.

Akibatnya, bangunan hancur, penduduk tewas karena sesak napas, dan kota terkubur di bawah selimut abu dan batu apung.

Selama berabad-abad Pompeii tidur di bawah lapisan abu, yang dengan sempurna mengawetkan sisa-sisa kejadian di hari itu.

Ada laporan saksi mata terkait letusan Gunung Vusevius yang jelas disimpan dalam dua surat yang ditulis oleh Pliny the Younger kepada sejarawan Tacitus, yang menanyakan tentang kematian Pliny the Elder, komandan armada Romawi di Misenum.

Saat itu, Pliny the Elder bergegas dari Misenum untuk membantu populasi yang tertimpa musibah dan untuk melihat dari dekat fenomena vulkanik di Pompeii, dan dia meninggal di Stabiae.

Penggalian situs dan studi vulkanologi di kota itu, terutama pada akhir abad ke-20 telah memberikan rincian lebih lanjut tentang peristiwa letusan tersebut.

Tepat setelah tengah hari pada tanggal 24 Agustus, serpihan abu, batu apung, dan puing-puing vulkanik lainnya mulai menghujani Pompeii, dengan cepat menutupi kota hingga kedalaman lebih dari 9 kaki atau 3 meter dan menyebabkan banyak atap rumah runtuh.

Lonjakan material piroklastik dan gas panas yang dikenal sebagai nuées ardentes akhirnya mencapai tembok kota pada pagi hari tanggal 25 Agustus dan segera membuat penduduk yang tidak terbunuh oleh puing-puing yang berjatuhan semalam sesak napas.

Setelah itu, aliran piroklastik tambahan dan hujan abu menyusul, menambah setidaknya 9 kaki tumpukan abu dan mengawetkan tubuh penduduk yang tewas saat berlindung di rumah mereka atau mencoba melarikan diri ke arah pantai, atau pun di jalan menuju Stabiae dan Nuceria.

Saat itu, Pompeii terkubur di bawah lapisan batu apung dan abu vulkanik sedalam 19-23 kaki (6-7 meter).

Pada tahun 1700-an, dunia tercengang dengan penemuan kota Yunani-Romawi yang membeku dalam waktu. Saat itu, ditemukan bangunan megah, termasuk amfiteater, vila-vila mewah dan semua jenis rumah yang berasal dari abad ke-4 SM.

Di dalamnya ada beberapa jasad penduduk yang saat itu berlindung dari letusan, yang lainnya terkubur saat mereka berusaha melarikan diri. Bahkan, terdapat toko roti yang ditemukan dengan roti masih di dalam oven. Bangunan dan isinya mengungkapkan kehidupan sehari-hari di kota kuno itu.

Status Gunung Vesuvius

Sejak 1944, telah terjadi ratusan gempa bumi kecil di wilayah sekitar Gunung Vesuvius. Gempa paling parah mengguncang Napoli pada Oktober 1999, demikian seperti dikutip Live Science.

Gempa berkekuatan 3,6 skala richter dirasakan sejauh 15 mil (24 km) dari dasar gunung berapi dan memiliki kekuatan yang sama dengan gempa yang terjadi 17 tahun sebelumnya, yaitu ledakan besar yang menghancurkan Napoli pada tahun 1631.

Pada 2016, penggalian di pinggiran Pompeii mengungkapkan lebih banyak korban letusan gunung berapi yang terjadi di sana.

Para arkeolog menemukan sisa-sisa empat orang, termasuk seorang gadis remaja di reruntuhan sebuah toko, menurut pernyataan dari Soprintendenza Pompei, otoritas Italia yang bertugas mengelola situs kuno tersebut.

Pompeii sendiri ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1997.

Baca juga artikel terkait POMPEII atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Dipna Videlia Putsanra & Dipna Videlia Putsanra