Menuju konten utama
Pertahanan dan Keamanan

Sejarah Perkembangan Batalyon Kavaleri Militer di Indonesia

Di Indonesia, cikal-bakal Batalyon Kavaleri (Yonkav) bermula dari sejarah Pertempuran Surabaya pada November 1945.

Sejarah Perkembangan Batalyon Kavaleri Militer di Indonesia
Pasukan kavaleri Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjaga keamanan di sekitar Jembatan Teluk Kendari sebelum kunjungan kerja Presiden Jokowi di sekitar Jembatan Teluk Kendari, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (21/10/2020). ANTARA FOTO/Jojon/foc.

tirto.id - Kavaleri semula merupakan istilah untuk menyebut pasukan khusus berkuda dalam kemiliteran. Kavaleri berasal dari bahasa Latin caballus serta bahasa Perancis chevalier yang berarti "kuda".

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi militer, kuda semakin jarang digunakan untuk bertempur dan digantikan dengan kendaraan lapis baja seperti tank. Maka, konteks penyebutan kavaleri pun ikut bergeser.

Di Indonesia, cikal-bakal Batalyon Kavaleri (Yonkav) diawali saat pertempuran yang terjadi di Surabaya pada November 1945 antara para pejuang republik melawan Sekutu atau Inggris.

Salah satu pejuang yang terlibat dalam Pertempuran Surabaya itu adalah Soebiantoro yang nantinya menjabat sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Danpussenkav) periode 1963-1966.

Sejarah Kavaleri di Indonesia

Para pejuang yang berperang dalam Pertempuran Surabaya pada November 1945 telah memakai beberapa Ranpur Panser rampasan dari Jepang, Belanda, maupun Inggris.

Jenis kendaraan tempur ini juga digunakan di beberapa lokasi lainnya pada 1949 hingga awal tahun 1950.

Dikutip dari laman Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD), setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia pada akhir 1949, Kepala Staf TNI-AD mengeluarkan surat keputusan mengenai pembentukan organisasi satuan lapis baja.

Surat Keputusan tersebut bernomor 5/KSAD/Pntp/50 tanggal 9 Februari 1950 tentang pembentukan Satuan Berlapis Baja. Maka dari itu, tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai Hari Jadi Kavaleri.

Satuan Kavaleri dibentuk dengan nama Komando Pasukan Berlapis Baja di bawah pimpinan Letkol Kav. KGPH Soerjo Soejarso yang saat itu membawahi empat ekskadron kavaleri, yaitu di Bandung, Magelang, Palembang, dan Medan.

Terdapat beberapa kendaraan tempur yang digunakan sebagai alat tempur utama eskadron kavaleri, seperti Ford Link, Humber Scout, Otter Body Car, Universal Carrier, dan Stuart

Hingga pada 21 April 1952, ditetapkan berdirinya Inspektorat Kavaleri yang akhirnya berkembang pada 1954 dengan terbentuknya 7 Ekskadron Kavaleri, antara lain:

  1. Eskadron Kavaleri 1 di Padalarang di bawah Panglima III / Siliwangi
  2. Eskadron Kavaleri III di Magelang di bawah Panglima IV / Diponegoro
  3. Eskadron Kavaleri IV di Palembang di bawah Panglima II / Sriwijaya
  4. Eskadron Kavaleri V di Medan dibawah Pimpinan Panglima I / Bukit Barisan
  5. Eskadron Kavaleri A di Malang di bawah Panglima V / Brawijaya
  6. Eskadron Kavaleri B di Bandung di bawah Panglima III / Siliwangi
  7. Eskadron Kavaleri Berkuda di Parongpong.

Pada 7 Juni 1956, terjadi perubahan organisasi dari Inspektorat Kavaleri menjadi Pusat Kavaleri berdasarkan surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat.

Sebagai catatan, bukan hanya TNI-AD saja yang memiliki kavaleri. Korps Marinir dari TNI-AL juga punya satuan kavaleri.

Baca juga artikel terkait KAVALERI atau tulisan lainnya dari Endah Murniaseh

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Endah Murniaseh
Penulis: Endah Murniaseh
Editor: Iswara N Raditya