Menuju konten utama

Sejarah Perayaan Imlek: Tujuan dan Cara Rayakan di Berbagai Dinasti

Sejarah perayaan Imlek dari dinasti ke dinasti dan cara merayakannya.

Sejarah Perayaan Imlek: Tujuan dan Cara Rayakan di Berbagai Dinasti
Dalang memainkan sejumlah karakter Wayang Potehi pada pertunjukan di Mal Ciputra, Jakarta, Rabu (26/1/2022). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto.

tirto.id - Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi pertama kali dirayakan sekitar 3.500 tahun yang lalu. Dalam sejarah Imlek, terdapat mitos binatang Nian. Menurut legenda, adalah seekor makhluk raksasa dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin.

Makhluk ini dipercaya dapat memakan hasil panen, binatang ternak, tanaman, dan bahkan orang-orang pada malam pergantian tahun baru. Kemudian timbul kepercayaan masyarakat Tionghoa untuk menyediakan makanan di depan rumah mereka dengan tujuan untuk mengecoh Nian agar tidak menyerang orang-orang.

Terdapat juga mitos yang berkembang dalam masyarakat Tionghoa untuk menyalakan petasan dan menggunakan perlengkapan serba berwarna merah, karena Nian takut akan itu.

Mitos lainnya dalam perayaan Tahun Baru Cina, yaitu tidak boleh menggunting rambut, tidak boleh membersihkan rumah, dan menjauhkan benda tajam dari rumah.

Mitos-mitos tersebut tujuannya agar pada saat merayakan Imlek, masyarakat Tionghoa mendapatkan keberuntungan dan dijauhkan dari hal-hal buruk yang terjadi di tahun berikutnya.

Dilansir China Highlights, sejarah perayaan Imlek berbedar dari masa ke masa, berikut penjelasannya.

Tahun Baru Cina dalam Dinasti Zhou

Istilah Nian (tahun) pertama kali muncul di Dinasti Zhou (1046-256 SM). Mulanya, Imlek merupakan peristiwa alam yang menunjukkan perubahan cuaca dari musim dingin berganti menjadi musim semi.

Pada masa itu, terdapat perayaan untuk mempersembahkan pengorbanan kepada nenek moyang, dewa, dan untuk menyembah alam. Perayaan tersebut bertujuan untuk mensyukuri hasil panen pada pergantian tahun.

Tahun Baru Cina dalam Dinasti Han

Tanggal festival, hari pertama bulan pertama dalam kalender Cina, ditetapkan pada Dinasti Han (202 SM - 220 AD). Kegiatan perayaan tertentu menjadi populer, seperti membakar bambu hingga membuat suara retak keras seperti petasan.

Tahun Baru Cina dalam Dinasti Wei dan Jin

Dalam dinasti Wei dan Jin (220-420), selain menyembah dewa dan leluhur, orang-orang mulai menghibur diri mereka sendiri. Terdapat kebiasaan yang umum dilakukan pada saat tahun baru, yaitu berkumpul bersama keluarga untuk membersihkan rumah mereka, makan malam, dan begadang pada pergantian malam tahun baru.

Tahun Baru Cina dari Dinasti Tang ke Dinasti Qing

Kemakmuran ekonomi dan budaya selama dinasti Tang, Song, dan Qing mempercepat pengembangan Festival Musim Semi. Ritual yang dilakukan selama festival mirip dengan orang-orang zaman modern. Seperti menyalakan petasan, mengunjungi kerabat dan teman-teman, dan makan pangsit menjadi bagian penting dari perayaan.

Kegiatan lainnya yang juga dilakukan pada saat perayaan Ilmek, yaitu menonton tarian naga dan singa selama Temple Fair dan menikmati pertunjukan lampion.

Tahun Baru Cina Era Modern

Pada tahun 1912, pemerintah memutuskan untuk menghapuskan Tahun Baru Cina, dengan menggantinya menjadi kalender Gregorian dan menjadikan 1 Januari sebagai awal resmi tahun baru.

Setelah tahun 1949, Tahun Baru Cina berganti nama menjadi Festival Musim Semi. Kemudian hari tersebut ditetapkan sebagai hari libur umum nasional. Indonesia baru menetapkan perayaan Imlek sebagai hari libur nasional pada tahun 2002, ketika Presiden Megawati Soekarnoputri menjabat, dan mulai diberlakukan sejak 2003.

Baca juga artikel terkait IMLEK 2022 atau tulisan lainnya dari Chyntia Dyah Rahmadhani

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Chyntia Dyah Rahmadhani
Penulis: Chyntia Dyah Rahmadhani
Editor: Dipna Videlia Putsanra