Menuju konten utama
Sejarah Dunia

Sejarah Peradaban Lembah Sungai Kuning Hoang Ho Masa Cina Kuno

Sejarah kehidupan manusia di lembah Sungai Kuning (Hoang Ho) masa Cina Kuno merupakan salah satu peradaban besar di dunia.

Sejarah Peradaban Lembah Sungai Kuning Hoang Ho Masa Cina Kuno
Sejarah Peradaban Lembah Sungai Kuning Hoang Ho Cina Kuno. wikimedia commons/free

tirto.id - Sejarah kehidupan manusia di lembah Sungai Kuning masa Cina Kuno merupakan salah satu peradaban besar di dunia. Peradaban kuno di Tiongkok ini diduga sudah ada sejak tahun 3000 Sebelum Masehi (SM) dan muncul di lembah Sungai Kuning atau Hoang Ho (sekarang disebut Huang He).

Sejarah awal peradaban ini bermula dari sebuah sungai yang alirannya membawa lumpur kuning. Mulai dari hulu di Pegunungan Kwen-Lun (Tibet), melalui Pegunungan Cina Utara, hingga ke hilirnya di Teluk Tsii-Li (Laut Kuning), aliran lumpur tersebut kemudian membentuk kawasan dataran rendah.

Dikutip dari catatan Susiati dalam buku ajar Sejarah (2020:13), terungkap bahwa dataran rendah tersebut dikategorikan subur hingga akhirnya menjadi cikal bakal kebudayaan bangsa Cina Kuno tumbuh.

Di sisi lain, kawasan subur itu juga punya kendala. Menurut tulisan Rizem Aizid dalam Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia (2018:194), Lembah Sungai Kuning sering dilanda bencana pembekuan (saat musim dingin), banjir, bahkan air bah.

Albert Hyma, Mary Stanton, dan Michael Hugh dalam Streams of Civilization: Earliest Times to the Discovery of the New World (1992) mengungkapkan, orang-orang Cina Kuno akhirnya berhasil mengatasi masalah itu dengan cara membangun tanggul raksasa di sepanjang aliran Sungai Kuning.

Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Tanah di peradaban Lembah Sungai Kuning atau Hoang Ho amat subur. Oleh karena itu, seperti yang diungkapkan Yi-Fu Tuan dalam A Historical Geography of China (2008), kehidupan ekonomi peradaban Cina Kuno bertumpu kepada sektor pertanian atau agraris.

Masyarakat Cina Kuno di Lembah Sungai Hoang Ho kala itu menanam berbagai jenis tumbuhan pangan, seperti gandum, padi, teh, jagung, hingga kedelai.

Kegiatan ekonomi dalam peradaban Lembah Sungai Kuning terus berkembang. Ada yang kemudian berburu dan meramu, seperti menangkap hewan buruan atau ikan, kemudian mulai mengembangkan metode peternakan.

Pada zaman pemerintahan Dinasti Chou (1066 SM-221 SM) masyarakat Cina Kuno yang hidup di Lembah Sungai Hoang Ho sudah mulai berdagang, bahkan ada yang menjadi penenun, pengrajin, penebang kayu, buruh, dan lainnya.

Kehidupan sosial masyarakat Cina Kuno di Lembah Sungai Hoang Ho ini pada akhirnya diatur oleh sistem pemerintahan feodalisme. Mulai terdapat pengelompokan sosial, dari kaum bangsawan hingga rakyat biasa.

Sistem feodal kemudian digantikan dengan sistem pemerintahan lainnya yakni unitaris yang dijalankan di peradaban Lembah Sungai Kuning di Cina.

Sistem Pemerintahan

Terdapat 2 sistem pemerintahan dalam peradaban Lembah Sungai Kuning, yakni feodalisme dan unitaris. Pada sistem pemerintahan feodalisme, kedudukan Kaisar dianggap sakral sebagai utusan/anak Dewa Langit.

Kedudukan kaisar pada masa pemerintahan feodalisme hanya bertindak sebagai simbol dan tidak ikut campur dalam urusan politik dan pemerintahan.

Sebaliknya, sistem unitaris menempatkan kaisar sebagai titik pusat yang mengatur masalah politik dan negara. Oleh karena itu, kaisar punya hak dan kewajiban untuk menjalankan politik praktis serta menangani segala urusan kenegaraan.

Dalam catatan Susiati di buku Sejarah (2020:13), setidaknya ada enam dinasti yang memerintah peradaban masyarakat Cina masa Lembah Sungai Hoang Ho, di antaranya adalah Dinasti Shang, Chou, Chin, Han, Tang, dan Shung.

Filsafat dan Kepercayaan

Ilmu filsafat dalam peradaban Lembah Sungai Kuning yang masih bersinggungan dengan kepercayaan muncul sejak pemerintahan Dinasti Chou sejak 1066 SM hingga 221 SM. Pada masa ini, ada tiga ilmu filsafat atau kepercayaan, yakni Lao Tse, Kong Fu Tse, dan Meng Tse.

Berdasarkan ajaran Lao Tse, masyarakat Cina Kuno percaya bahwa ada semangat keadilan dan kesejahteraan yang sifatnya kekal dan abadi. Ajaran tersebut kemudian dikenal sebagai Tao atau Taoisme.

Filsafat peradaban Lembah Sungai Kuning kemudian berkembang dengan munculnya ajaran Kong Fu Tse atau Kong Hu Cu. Ajaran ini masih berlandaskan Tao dan mengajarkan kepercayaan bahwa ada kekuatan yang mengatur semua hal di alam semesta demi tercapainya keselarasan.

Ajaran Kong Fu Tse berkembang lagi menjadi Meng Tse. Ajaran tersebut dirintis oleh Meng Tse (Mensius), murid dari Kong Fu Tse. Mensius mengajarkan tentang watak sejati manusia.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, masyarakat Lembah Sungai Kuning membutuhkan pengetahuan serta teknologi. Hal tersebut ternyata membawa lahirnya pengetahuan berupa ilmu astronomi hingga penciptaan beberapa peralatan.

Ilmu astronomi atau ilmu perbintangan kala itu diciptakan untuk membuat penanggalan. Pengetahuan tersebut dapat membantu masyarakat dalam bidang pertanian, pelayaran, serta beberapa aktivitas lain yang membutuhkan perhitungan tanggal.

Selain pengetahuan, ada barang atau teknologi yang tercipta. Hal paling mencolok yang terlihat adalah barang-barang dagangan, mulai dari hasil olahan barang tambang, perabotan rumah tangga, senjata, perhiasan, hingga alat-alat yang digunakan untuk pertanian.

Pengetahuan dan teknologi ini membawa peradaban Lembah Sungai Kuning menciptakan beberapa bangunan penting, seperti Tembok Besar Cina untuk menahan serangan musuh, Kuil Dewa Langit untuk memuja dewa, dan Istana Kaisar yang berupa bangunan megah untuk tempat tinggal kaisar.

Baca juga artikel terkait SEJARAH PERADABAN atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya