Menuju konten utama

Sejarah Mobil Pick Up dan Legenda Suzuki Carry

Suzuki Carry generasi pertama adalah model Carry ST10 dirancang sebagai kendaraan kecil angkutan hasil pertanian.

Sejarah Mobil Pick Up dan Legenda Suzuki Carry
Suzuki New Carry Pick Up. tirto.id/Dio Dananjaya

tirto.id - Nama Suzuki Carry cukup melekat sebagai kendaraan "bandel" yang digunakan untuk angkutan kota (angkot) hingga pick up atau pikap. Wajah Suzuki Carry sering mengiasi di jalan-jalan trayek angkot sekitar Jabodetabek. Khusus Suzuki Carry pikap juga punya nama besar sebagai kendaraan komersial dan transportasi barang yang mumpuni.

Generasi Suzuki Carry pertama sudah hadir di Indonesia sejak 1976. Kini pada ajang IIMS 2019, Suzuki merilis penyegaran dari seri Carry yang legendaris, dengan nama New Suzuki Carry Pikap.

New Suzuki Carry hadir dengan desain lebih segar dan dimensi yang lebih besar dari versi sebelumnya.

Selain dari sisi tampilan, penggunaan mesin terbaru berkode K15B yang mirip dengan mesin mobil Suzuki Ertiga memberikan performa yang lebih baik, dari sisi tenaga maupun efisiensi bahan bakar.

Dari data spesifikasi, mesin 1.500 cc yang diusungnya mampu menghasilkan tenaga 97 dk dan torsi 135 Nm. Memang tak sebesar Suzuki Ertiga, tapi Suzuki mengklaim tenaga yang dihasilkan ini merupakan racikan paling pas, karena Carry lebih difungsikan sebagai kendaraan komersial.

Kemampuan New Suzuki Carry lebih ditonjolkan dalam hal mengangkut barang. Apalagi Suzuki mengklaim, mesin ini sanggup memberikan konsumsi bahan bakar yang lebih hemat 15 persen ketimbang mesin G15A yang digunakan pada generasi sebelumnya.

Petani dan Suzuki Carry

Seiji Itayama, President Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), mengatakan New Suzuki Carry sudah jadi bagian dari sejarah pikap di Indonesia.

Suzuki Carry generasi pertama adalah model Carry ST10 yang sejak awal dirancang sebagai kendaraan kecil dan bertenaga untuk mengangkut beban berat. Model pertama Suzuki Carry ini langsung diimpor utuh dari Jepang untuk kebutuhan sektor pertanian pada era 1970-an.

"Carry pick up adalah kisah sukses jutaan pengusaha di Indonesia, kualitas mobil ini telah teruji karena ikut berperan mendistribusikan beragam komoditas penting ke seluruh negeri sejak 1976," kata Itayama.

Soebronto Laras, President of Commisioner PT SIS, sempat menceritakan Suzuki Carry ST10 jadi tonggak penting kehadiran mobil Suzuki di Indonesia. Sebab saat itu PT SIS hanya memproduksi kendaraan roda dua.

“Jadi saat itu pemerintah Indonesia juga tengah memikirkan untuk memproduksi mobil juga, agar menjadi komoditas yang dikembangkan di dalam negeri. Maka tahun 1976 datanglah Carry ST10 CBU Jepang dengan mesin 550 cc 2-tak, dan setahun kemudian ST20 yang langsung diproduksi secara lokal,” katanya.

Suzuki Carry yang diperuntukkan sebagai kendaraan komersial ini memang langsung populer sejak awal meluncur. Kombinasi bentuk kompak, tenaga mumpuni, dan harga bersahabat jadi salah satu daya tariknya.

Ia mengatakan saat itu Kota Manado, Sulawesi Utara menjadi tempat di mana Carry laku keras. Sebelum Suzuki Carry mengaspal, sejumlah kendaraan komersial memang sudah hadir di Indonesia, tapi masih terbatas pada jenis truk besar. Kendaraan ini memang bisa mengangkut banyak barang, namun sulit menjangkau beberapa daerah, terutama daerah pegunungan yang aksesnya terbatas.

“Waktu itu ada cerita, mobil yang kecil ini bisa mengangkut beban hingga 1 ton cengkeh dari perkampungan di atas menuju ke kota. Ya sudah akhirnya diganderungi masyarakat setempat, sampai-sampai petani cengkeh itu kalau sudah panen langsung beli Carry dan kulkas. Bukan cuma satu, tapi dua atau tiga, sebagai bukti kalau sudah sukses,” kata Soebronto Laras.

Perjalanan dan Pasar Mobil Pikap

Perjalanan kendaraan niaga di Indonesia sudah dimulai sebelum Suzuki Carry hadir pada 1976. Dalam buku "Sejarah Mobil & Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini" (2012), James Luhulima menuliskan bahwa awal mula kehadiran mobil niaga bermula dari aturan pemerintah yang mengharuskan siapa saja yang ingin memasarkan produk di Indonesia harus mendirikan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM).

Pada 1969 aturan ini langsung direspons, salah satunya oleh PT Astra Internasional yang didirikan William Soeryadjaja. Bisnis Astra dalam bidang otomotif dimulai dengan menyuntikkan dana di eks pabrik GM (General Motors) yang diakuisisi pemerintah, dan namanya diganti menjadi Gaya Motor.

Mobil pertama yang dirakit di sana adalah truk-truk lansiran Chevrolet. Baru kemudian Astra memasarkan beberapa jenis truk hingga SUV dari merek Toyota di bawah naungan PT Toyota Astra Motor pada 1970.

Pada tahun itu juga, Sjarnoebi Said menandatangani perjanjian dengan Mitsubishi Corporation, untuk mendirikan industri kendaraan bermotor yang menunjang pembangunan Indonesia dalam bidang ekonomi dan transportasi.

Pada 1971, mobil pikap Mitsubishi Colt T100 yang masuk dalam segmen kendaraan niaga ringan mulai dipasarkan di Tanah Air. Setahun berselang, model Colt T120 ikut dipasarkan juga. Pada awalnya keduanya masuk sebagai kendaraan umum mendampingi opelet dan bemo.

Tahun 1973, ATPM dari Mitsubishi yaitu PT Krama Yudha Tiga Berlian akhirnya resmi hadir di Indonesia. Momentum ini sekaligus menandai gencarnya Mitsubishi Colt dalam menyingkirkan opelet yang sebelumnya didominasi merek Chevrolet, Ford, Dodge, De Soto, dan Fargo. Semenjak itu banyak angkutan umum di sejumlah daerah menggunakan Mitsubishi Colt T120 dalam bentuk mobil minivan atau yang kita kenal sekarang sebagai mobil MPV.

Infografik Carry

undefined

Kehadiran mobil pikap memang tak bisa dipandang sebelah mata, ia bisa menjadi penyelamat bagi agen pemegang merek kala mobil penumpang tak begitu mendorong penjualan di pasar. Melihat data penjualan mobil dari situs resmi Gaikindo, penjualan mobil komersial khususnya di kategori Gross Vehicle Weight di bawah 5 ton atau kendaraan niaga ringan memang mencatatkan angka yang menjanjikan.

Saat segmen mobil penumpang dalam beberapa tahun terakhir tumbuh stagnan, lain hal pada mobil pikap. Dalam kurun tiga tahun terakhir, penjualannya terus menanjak. Pada 2016 misalnya, segmen ini berhasil mengumpulkan wholesales sebanyak 120.652 unit. Tahun berikutnya tumbuh jadi 128.278 unit. Pada 2018 lalu melonjak hingga 143.473 unit.

Suzuki Carry dan Mega Carry menjadi pikap terlaris di Indonesia dengan pangsa pasar mencapai 51 persen di kategori kendaraan niaga ringan. Raihan kedua pikap Suzuki ini juga berkontribusi sebanyak 47 persen dari penjualan Suzuki secara nasional.

Larisnya kendaraan niaga seperti pikap tak hanya dirasakan Suzuki, Daihatsu sebagai salah satu produsen mobil komersial turut memetik buah dari larisnya model Gran Max seri pikap. Pada penjualan secara wholesales 2018 lalu, Gran Max model pikap berhasil meraih pangsa pasar sebanyak 21 persen untuk penjualan Daihatsu atau sebanyak 42.389 unit.

Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra, kepada Tirto mengatakan kendaraan niaga sering kali menjadi segmen terlaris dari penjualan Daihatsu dalam satu bulan. “Gran Max kadang-kadang bisa di atas Xenia atau Sigra. Dia memang cukup besar, dalam sebulan yang pikap bisa 3.500-an unit, minibus 1.500-an unit, totalnya bisa 5.000-an unit sendiri,” jelasnya.

Baca juga artikel terkait MOBIL atau tulisan lainnya dari Dio Dananjaya

tirto.id - Otomotif
Penulis: Dio Dananjaya
Editor: Suhendra