Menuju konten utama

Sejarah Masjid Kubah Emas & Wafatnya Sang Pendiri, Dian Al Mahri

Sejarah pembangunan Masjid Kubah Emas yang didirikan oleh Dian Al Mahir dimulai sejak 2001. Ini disebut-sebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara.

Sejarah Masjid Kubah Emas & Wafatnya Sang Pendiri, Dian Al Mahri
Umat muslim berkunjung ke Masjid Dian Al Mahri atau yang dikenal dengan Masjid Kubah Emas di Jalan Meruyung, Limo, Depok, Jawa Barat, Senin (21/5/2018). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Dian Djuriah Rais binti Muhammad Rais atau yang lebih dikenal sebagai Dian Al Mahri wafat pada Jumat (29/3/2019) pukul 02.15 WIB dini hari di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Dian Al Mahir adalah pendiri sekaligus pemilik Masjid Kubah Emas. Sejarah pembangunan masjid megah yang didirikan di Depok, Jawa Barat, ini dimulai sejak 2001.

Bersama suaminya, Maimun Al Rasyid, Dian Al Mahri membeli lahan di Kecamatan Limo, Depok, pada 1996, inilah yang nantinya menjadi tempat dibangunnya Masjid Kubah Emas. Dian Al Mahri adalah seorang pengusaha asal Banten yang memiliki beberapa sektor bisnis, termasuk tambang minyak bumi di Brunei Darussalam.

Dikutip dari Suara Hidayatullah (2008), proses pembangunan Masjid Kubah Emas memakan waktu 7 tahun. Pengerjaan pembangunan masjid ini mulai dilakukan sejak 2001 dan diresmikan pada 31 Desember 2006, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Penggunaan pertama Masjid Kubah Emas adalah untuk melaksanakan Salat Ied tahun 1427 Hijriah saat itu.

Bangunan Masjid Kubah Emas didirikan di atas tanah berukuran 8.000 meter persegi dengan luas total lahan 50 hektare dan dapat menampung sekitar 20.000 jamaah. Halamannya saja, yang berukuran 45 x 57 meter, bisa memuat 8.000 orang.

Termegah di Asia Tenggara

Masjid yang dibangun dengan gaya arsitektur khas Timur Tengah ini juga sering disebut sebagai Masjid Dian Al Mahri, sesuai nama pemiliknya. Masjid ini disebut-sebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara. Penyebutan ini tentunya bukan tanpa alasan.

Yuswohady dalam buku Marketing to the Middle Class Muslim (2014) mengungkapkan, Masjid Kubah Emas memiliki 5 kubah utama dan 4 kubah kecil. Kubah-kubahnya itu konon dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter, dengan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal di India atau kubah-kubah masjid khas Persia.

Logam emas memang menjadi daya tarik Masjid Dian Al Mahri. Tak hanya pada kubah, emas juga dijadikan ornamen untuk beberapa bagian masjid. Salah satunya di mimbar tempat imam memimpin salat terdapat relief hiasan yang terbuat dari emas 18 karat. Begitu pula dengan pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid.

Lampu yang tergantung di ruang tengah bangunan utama, dilansir Pikiran Rakyat (November 2007), terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton. Dian Al Mahri mendatangkan ahli khusus dari Italia untuk mengerjakan bagian ini. Tak hanya itu. Prada atau serbuk-serbuk emas digunakan untuk melapis mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah.

Enam menara, melambangkan rukun iman, yang terdapat di luar bangunan masjid dibalut dengan batu granit dari Italia dengan ornamen melingkar. Di puncak keenam menara itu diletakkan kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sebagian besar bahan untuk membangun masjid ini diimpor dari Italia dan Turki.

Hingga kini, kompleks Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri, dikutip dari Majalah Akses (2014) terbitan Direktorat Jenderal Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri RI, juga menjadi salah satu destinasi wisata religi yang dikunjungi lebih dari 50 ribu orang setiap akhir pekan, selain tentu saja sebagai tempat ibadah dan untuk melaksanakan berbagai aktivitas keagamaan.

Baca juga artikel terkait TOKOH MENINGGAL atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Ivan Aulia Ahsan