Menuju konten utama
23 Juli 1973

Sejarah KNPI: Lahir Karena Obsesi Ali Moertopo pada Wadah Tunggal

KNPI dijadikan wadah tunggal organisasi pemuda di zaman Orde Baru. Kelahirannya dibidani Ali Moertopo.

Sejarah KNPI: Lahir Karena Obsesi Ali Moertopo pada Wadah Tunggal
Ilustrasi logo Komite Nasional Pemuda Indonesia. tirto.id/Nauval

tirto.id - Sudah jadi pekerjaan Mayor Jenderal Ali Moertopo untuk menjalin persatuan dan kesatuan semua golongan, tentu saja demi stabilitas daripada kepresidenan Soeharto. Pentolan organ intel legendaris bernama Operasi Khusus (Opsus) ini juga tak ragu mendekatkan diri kepada pemuda-pemuda terpilih.

Para pemuda yang dekat dengan Ali antara lain berasal dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Mereka suka diskusi dan Ali suka mereka.

Menurut M. Ali Akbar dalam Biografi Politikus dan Budayawan Ridwan Saidi (2018: 5), diskusi-diskusi itu berlangsung di Cipayung, Bogor.

"Sehingga kelompok ini disebut kelompok Cipayung," tulis Ali Akbar.

Cipayung sendiri bukan tempat asing bagi orang intelijen. Seperti dicatat Ken Conboy dalam Intel: Menguak Tabir Intelijen Indonesia (2007: 64), ada sebuah tempat liburan Ratna Sari Dewi (istri Presiden Sukarno) di Cipayung yang dijadikan tempat latihan intel Indonesia. Seorang intel Israel bahkan pernah melatih intel Indonesia di sana. Tentu dulu tak banyak yang tahu Cipayung sering dipakai sebagai tempat latihan intel. Namun pemuda melek politik dari masa lalu tentu tahu kelompok Cipayung dan apa saja kegiatan yang sering dilakukan di sana.

Karena banyaknya organ pemuda dari berbagai latar belakang, muncul ide untuk membuat induk dari kelompok-kelompok ini. Ali Moertopo beruntung punya kolega bernama Midian Sirait. Pada 1973 mantan pejabat kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotongroyong (DPRGR). Bekas tentara pelajar di Sumatra Utara ini yang kemudian punya usul pembentukan induk dari semua organiasi pemuda.

“Yang kami inginkan adalah suatu organisasi yang menampung kader-kader dari masing-masing partai atau masing-masing organiasi pemuda dan mahasiswa yang ada," tulis Midian dalam autobiografinya yang disusun Ramadhan K.H. dan kawan-kawan, Demi Bangsa: Liku-Liku Pengabdian Prof. Dr. Midian Sirait: Dari Guru SR Porsea sampai Guru Besar ITB (1999: 198).

Ali Moertopo suka dengan ide Midian itu. Menurut Ali Akbar (hlm. 22), sebagai Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelejen Negara (Bakin) merangkap kepala Opsus, Moertopo punya kehendak organisasi yang dimaksud haruslah menjadi “wadah tunggal” bagi organisasi kepemudaan.

Akhirnya para tokoh pemuda seperti Akbar Tandjung, David Napitupulu, dan lainnnya berkumpul. Maka, pada 23 Juli 1973, tepat hari ini 47 tahun lalu, terbentuklah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Ketua pertamanya adalah David Napitupulu.

“Ali Moertopo dapat disebut sebagai 'bidan' lahirnya KNPI. Dia menungguinya ketika KNPI lahir dan selalu memberi pengarahan yang dibutuhkan,” tulis Krissantono dalam buku Di Atas Panggung Sejarah: Dari Sultan ke Ali Moertopo (1991: 154).

KNPI bukan satu-satunya contoh "obsesi" Ali Moertopo soal wadah tunggal. Di luar kelompok pemuda, ada Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) di dunia kaum buruh, di dunia usaha ada Kamar Dagang dan Industri (Kadin), di dunia pertanian ada Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), dan di wilayah gerakan perempuan ada Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Menurut Cosmas Batubara, dalam Panjangnya Jalan Politik, Ali Moertopo adalah inspirasi dari wadah tunggal.

Di hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1974, KNPI menyelenggarakan kongres pertama mereka. Di momen itu pula, AD/ART mereka tersusun. “Sejak itu KNPI menjadi wadah tunggal organisasi pemuda, dan ormas mahasiswa terserap di dalamnya,” tulis Didik Supriyanto dalam Perlawanan Pers Mahasiswa: Protes Sepanjang NKK/BKK (1998:37). Jadi semua organisasi “baik-baik” zaman itu haruslah ikut dalam KNPI.

Sebagai anak kandung Orde Baru, KNPI jelas dekat dengan pemerintahan Soeharto. Ketika muncul isu pemberian gelar kepada Jenderal Soeharto sebagai Bapak Pembangunan pada 1981, KNPI ada. Kala itu Ketua KNPI adalah Akbar Tanjung dan Ali Moertopo bukan lagi kepala Opsus—karena sudah bubar—melainkan sebagai Menteri Penerangan.

Infografik Mozaik KNPI

Infografik Mozaik Komite Nasional Pemuda Indonesia. tirto.id/Nauval

Akbar Tanjung yang jadi orang penting di KNPI punya nasib baik sama seperti David Napitupulu. Mereka jadi orang penting di Golkar, lalu pemerintahan. David pernah menjadi ketua sayap pemuda Golkar, Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), lalu Duta Besar Meksiko. Sementara Akbar Tanjung, yang pernah jadi Wakil Sekjen Golkar, menjabat Menteri Negara Perumahan Rakyat.

Tokoh KNPI terkenal lainnya adalah Cosmas Batubara dan Abdul Gafur. Cosmas pernah jadi anggota DPR dan jadi Menteri Negara Perumahan Rakyat. Selain itu ada juga mantan dokter Angkatan Udara bernama Abdul Gafur, yang pernah jadi Menteri Pemuda dan Olahraga zaman Soeharto.

Jajaran pemimpin KNPI memang kebanyakan berasal dari Angkatan 1966 yang sukses mendongkel Sukarno dari kursi presiden. Mereka bukan sekadar jadi parlemen jalanan, melainkan pemimpin organisasi mahasiswa. Di era 1980-an banyak pemuda Angkatan 1966 yang naik taraf hidupnya. Setelah jadi orang partai atau ormas mereka jadi pejabat negara, seperti halnya bidan KNPI sendiri, Ali Moertopo.

Ketika Ali Moertopo tutup usia pada 15 Mei 1984, KNPI tidak lantas bubar. KNPI terus jaya sepanjang Orde Baru. Bahkan ketika Soeharto tumbang dan menandai berakhirnya era Orde Baru, KNPI masih tetap berdiri. Sekarang, usia KNPI tentu tak bisa dibilang muda lagi.

“Sebagai organisasi tua, KNPI menganggap diri sebagai bagian penerus Generasi Sumpah Pemuda,” tulis Hafriadi Hamid dalam Manajemen Merah Putih: Kumpulan Esai yang Mulanya Berserakan (2018: 96).

KNPI telah membuktikan diri sebagai organ penting dalam sejarah sebagai wadah tunggal organisasi pemuda era Orde Baru.

==========

Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 23 Juli 2019. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Politik
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Nuran Wibisono & Ivan Aulia Ahsan