Menuju konten utama

Sejarah Kesultanan Banten dan Daftar Raja yang Pernah Berkuasa

Sejarah Kerajaan Banten dimulai sejak 1552, didirikan oleh Syarif Hidayatullah. Kerajaan ini berakhir sekitar tahun 1816.

Sejarah Kesultanan Banten dan Daftar Raja yang Pernah Berkuasa
Masjid Agung Kesultanan Banten di Kasemen, Serang, Banten, Sabtu (31/10/2020). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wsj.

tirto.id - Kerajaan Banten atau lebih dikenal sebagai Kesultanan Banten adalah kerajaan bercorak Islam. Kerajaan ini memiliki sejarah panjang semenjak didirikan pada 1552 oleh Syarif Hidayatullah.

Sebelum menjadi kesultanan Banten, di wilayah yang terdapat di paling barat pulau Jawa telah memiliki kerajaan kuno yang pusat pemerintahannya terletak di daerah Banten Girang.

Dalam buku Banten Sebelum Zaman Islam, Claude Guillot dan kawan-kawan, menjelaskan bahwa terdapat banyak petunjuk mengenai ibukota kerajaan kuno yang berdiri jauh sebelum kerajaan Pajajaran di Jawa Barat.

Salah satu bukti terdapat dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Rouffar dan Ijzermann pada 1915. Mereka menemukan fakta, pada akhir abad ke-16 ternyata terdapat sebuah desa yang bernama Sura dan letaknya di kaki Gunung Karang.

Di daerah yang masih dalam wilayah pajajaran dan akhirnya dalam lingkup Kesultanan Banten, ternyata dulunya terdapat sekelompok orang beragama Hindu yang tinggal atas izin dari Raja Banten Kuno.

Pendirian Kesultanan Banten

Dalam buku The Sultanate of Banten (1990), H.A. Ambary dan J.Dumarcay, mengungkapkan, Sultan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah menyebarkan pengaruh Islam ke Banten yang awalnya dikuasai oleh Kerajaan Pasundan (Pakuan-Pajajaran).

Aksi penyebaran Islam ini tidak dilakukannya seorang diri. Bersama dengan putranya yang bernama Maulana Hasanuddin, ia menyiarkan agama Islam di Banten untuk bisa menarik minat dan perhatian penduduk sekitar.

Pada 1552, Syarif Hidayatullah yang tengah memimpin wilayah kesultanan Cirebon yang juga menguasai sebagian wilayah Banten, menetapkan Maulana Hasanuddin untuk memimpin kerajaan Banten yang baru didirikan.

Dalam buku Menyegarkan Akidah Tauhid Insani: Mati di Era Klenik (2002), Prof. Dr. Tarmizi Taher, menerangkan, tahun 1552, putra pertama Sunan Gunung Jati menyatakan kenaikkan Pangeran Maulana Hasanuddin yang sebelumnya menduduki posisi Depati Banten atau Gubernur Kesultanan Cirebon untuk wilayah Banten menjadi Sultan Banten.

Menurut situs Kabupaten Serang, pernyataan yang disampaikan oleh Syarif Hidayatullah ini telah berhasil memindahkan pusat pemerintahan yang awalnya di Banten Girang ke Surosowan Banten Lama (Banten Lor). Pusat kepemimpinan ini kurang lebih sekitar 10 Km di sebelah utara kota Serang.

Raja-raja Kesultanan Banten

  • Sultan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakinking (1552-1570)
  • Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan (1570-1585)
  • Sultan Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana (1585-1596)
  • Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu (1596-1647)
  • Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad atau Pangeran Anom (1647-1651)
  • Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1683)
  • Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji (1683-1687)
  • Sultan Abu al-Fadhi Muhammad Yahya (1687-1690)
  • Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainulabidin atau Pangeran Adipadi (1690-1733)
  • Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin (1733-1750)
  • Sultan Syarifuddin Ratu Wakil atau Pangeran Syarifuddin (1750-1752)
  • Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi atau Pangeran Arya Adisantika (1752-1753)
  • Sultan Abu al-Nasr Muhammad Arif Zainulsyiqin (1753-1773)
  • Sultan Aliyuddin atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin (1773-1799)
  • Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799-1801)
  • Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin (1801-1802)
  • Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)
  • Sultan Aliyuddin II atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin (1803-1808)
  • Sultan Wakil Pangeran Suramenggala (1808-1809)
  • Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin atau Muhammad Bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1809-1816).

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Agung DH