Menuju konten utama
9 November 1989

Sejarah Keluarga Sarwo Edhie, Keluarga Tentara dan Partai Demokrat

Dulu keluarga Sarwo Edhie Wibowo dikenal sebagai keluarga tentara. Lima belas tahun belakangan, anak, menantu, juga cucunya ramai-ramai jadi politikus.

Sejarah Keluarga Sarwo Edhie, Keluarga Tentara dan Partai Demokrat
Sarwo Edhie Wibowo. tirto.id/Sabit

tirto.id - Usianya belum 20 ketika masuk tentara. Pertama-tama, Sarwo Edhiee Wibowo, putra Raden Kartowilogo yang pernah jadi kepala kantor pajak di Purworejo ini, masuk Heiho lalu PETA.

Kata Ani Yudhoyono, putri Sarwo, dalam Kepak Sayap Putri Prajurit (2013: 34), “papi lahir dalam kondisi serba sederhana di Purworejo 25 Juli 1927.”

Sebagai sesama pemuda berdarah Bagelen, Sarwo Edhie mengenal Ahmad Yani. Mereka berdua kemudian merintis karier di Tentara Nasional Indonesia (TNI), tepatnya di infanteri Angkatan Darat. Semula mereka berdinas di Jawa Tengah, di mana Sarwo Edhie yang lebih muda kerap jadi bawahan Ahmad Yani. Pada 1965, ketika Yani jadi Menteri/Panglima Angkatan Darat (Menpangad), Sarwo Edhie adalah komandan pasukan khusus baret merah, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

G30S membuat Sarwo Edhie merasa kehilangan besar karena atasan dan sahabat lawasnya, Ahmad Yani, terbunuh. Sarwo Edhie yang berpangkat kolonel itu menjadi tokoh kunci dalam pemberantasan G30S. Meski begitu kariernya kemudian tidaklah istimewa. Dia hanya dijadikan Panglima Kodam Cendrawasih lalu Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).

Sebagai orang berjasa, Soeharto seharusnya memberi jabatan strategis macam Panglima Kostrad, dan jika perlu menjadikannya Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad). Tapi itu tidak terjadi. Pangkat Sarwo di Angkatan Darat mentok di letnan jenderal. Sarwo meninggal pada 9 November 1989, tepat hari ini 31 tahun lalu.

Ketika pangkatnya belum kolonel, Sarwo Edhie menikahi Sunarti Sri Hadiyah dan kemudian memiliki beberapa anak, yakni: Wijiasih Cahyasasi, Wrahasti Cendrawasih, Kristiani Herrawati, Mastuti Rahayu, Pramono Edhie Wibowo, dan Retno Cahyaningtyas. Anak-anaknya sedari kecil hidup berpindah-pindah sebagai anak tentara.

Anak dan Menantu Jadi Tentara

Di antara anaknya itu, Pramono adalah yang berpotensi meneruskan jejak Sarwo Edhie di ketentaraan. Pramono muda sering diajak latihan fisik lari 2.500 meter, yang selalu diujikan untuk masuk Akabri. Pramono pernah tinggal di Korea Selatan, karena Sarwo Edhie didutabesarkan di sana.

Sepulang dari Korea, Sarwo Edhie menikahkan ketiga putrinya dengan alumni Akabri. Wrahasti Cendrawasih dinikahi Erwin Sudjono (Akabri 1975), Kristiani Herrawati dinikahi Susilo Bambang Yudhoyono (Akabri 1973), dan Mastuti Rahayu dinikahi Hadi Utomo (Akabri 1970). Resepsi pernikahan mereka dilakukan di Hotel Indonesia.

Para mantu ini kebanyakan berdinas di Kostrad. SBY, seperti dicatat Usamah Hisyam dalam SBY Sang Demokrat (2004: 227), pernah ditugaskan ke Timor Timur sebagai anggota Batalyon Lintas Udara 330.

Di masa-masa itu, Pramono mendaftar ke Akabri. Pramono masuk Akabri ketika Sarwo Edhie bukan lagi Gubernur Akabri. Pramono diterima dan mulai Pendidikan pada 1976 dan diangkat jadi letnan dua pada 1980. Setelah lulus, Pramono memilih bergabung dengan korps baret merah, yang sudah bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).

Dari ayahnya, Pramono tahu dunia baret merah. Seperti ayahnya, Pramono tentu merasakan kerasnya pendidikan di Batujajar. “Waktu masih anak-anak, dia tinggal di sana (Batujajar) mengikuti ayahandanya, Mayor Infanteri Sarwo Edhie Wibowo yang menjadi komandan sekolah para RPKAD. Kelak saat pangkatnya mayor pada 1993, Edhie (Pramono Edhie) juga menduduki jabatan ayahandanya itu: Komandan Kursus Para Grup 3 Kopassus,” tulis Rajab Ritonga dalam Pramono Edhie Wibowo: Cetak Biru Indonesia Ke Depan (2014: 31).

Karier para ipar Pramono di baret hijau Kostrad berkembang. Meski tak satu pun mencapai posisi puncak TNI pada 1990-an. Karier para menantu Sarwo Edhie itu, meski ada yang pernah jadi panglima brigade di Kostrad, terhitung tidak begitu cemerlang. Setidaknya jika dibandingkan dengan Prabowo Subianto, menantu daripada Soeharto.

Ketika Soeharto lengser, SBY sempat menjadi Kepala Staf Sosial Politik ABRI lalu Kepala Staf Teritorial TNI. Pangkat SBY waktu itu sudah sama dengan pangkat terakhir mertuanya, letnan jenderal. Meski karier militernya mentok, SBY kemudian masuk kabinet pada 1999 sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, yang dia jabat hingga 2000. Setelahnya, SBY sempat dijadikan Menteri Koordinator Bidang Politik Sosial dan Keamanan hingga 2001. Pada Pilpres 2004 SBY adalah orang pertama yang terpilih secara langsung sebagai Presiden RI.

Anak, Menantu, dan Cucu Jadi Politikus

Saat jadi presiden, SBY semakin berpengaruh di Partai Demokrat. Keluarga besar Sarwo Edhie pun tidak hanya merambahi Angkatan Darat, tapi juga terlibat aktif dalam dunia politik lewat Partai Demokrat. Beberapa anggota keluarga Sarwo Edhie pun masuk partai itu.

Hadi Utomo pernah menjadi Wakil Sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dari 2001 hingga 2005. Dia pernah terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2004-2009. Kemudian dia terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat periode 2005-2010.

Selain Hadi Utomo yang ipar Ani, anak Ani, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, juga masuk Partai Demokrat. Lewat Demokrat dia menjadi anggota DPR dengan suara terbanyak di daerah pemilihan Pacitan, yang merupakan daerah asal SBY. Ibas yang kini menjadi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat dikenal pula sebagai menantu Hatta Rajasa, bekas pimpinan Partai Amanat Nasional (PAN).

Infografik Mozaik Sarwo Edhi Wibowo

Infografik Mozaik Sarwo Edhi Wibowo. tirto.id/Sabit

Ketika SBY menjadi presiden, karier militer Pramono dan Erwin Sudjono jalan terus. Hanya Hadi Utomo yang pangkatnya mentok sampai kolonel saja. Erwin yang sempat jadi Panglima Kodam Tanjungpura kemudian menjadi Panglima Kostrad pada 2006, meski hanya sekitar satu tahun. Setelahnya, dia menjadi Kepala Staf Umum TNI. Sementara Pramono kemudian merasakan jabatan seperti ayahnya, Komandan Jenderal Kopassus, lalu Panglima Kostrad pada 2010 dan Kasad pada 2011.

Tak hanya para menantu dan putra Sarwo Edhie yang jadi tentara. Salah satu cucunya, Agus Harimurti Yudhoyono, juga tentara. “Agus Harimurti akhirnya mengikuti jejak sang ayah. Lulus dari SMU Taruna Nusantara, ia melanjutkan studinya di Akmil,” tulis Usamah Hisyam (hlm. 896). Kala itu Akabri di Magelang sudah berubah jadi Akademi Militer (Akmil).

Agus lulus pada 2000. Seperti ayahnya, Agus juga lulusan terbaik. Agus mengikuti jejak ayahnya dengan masuk Kostrad. Agus tampak bersinar di militer. Sebagai putra SBY, dia tentu jadi sorotan. Apalagi ketika dia menjadi komandan Batalyon Infanteri Mekanis 200 Kostrad. Namun, ketika masih berpangkat mayor, Agus kemudian meninggalkan karier militernya dan terjun ke dunia politik.

Agus mengikuti jejak ayah dan pamannya, Pramono Edhie, yang meninggal pada 13 Juni 2020, masuk Partai Demokrat. Pengaruh ayah Agus memang teramat besar di sana. Ujian politik pertama bagi Agus adalah bertarung dalam Pilgub Jakarta 2017. Dia kalah, tapi mendulang suara yang lumayan besar untuk ukuran pemula.

Lelaki kelahiran 10 Agustus 1978 itu hendak dijadikan pengganti SBY di Partai Demokrat. Agus juga rupanya disiapkan untuk meneruskan kejayaan trah Sarwo Edhie di panggung politik nasional.

==========

Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 17 Juli 2019. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca juga artikel terkait SARWO EDHIE WIBOWO atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Politik
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Ivan Aulia Ahsan