Menuju konten utama

Sejarah Hari Pahlawan: Dicetuskan Soemarsono yang Terlupakan

Sejarah Hari Pahlawan 10 November, tercetus berkat Soemarsono, saksi sejarah Pertempuran Surabaya. Berikut ini kisahnya.

Sejarah Hari Pahlawan: Dicetuskan Soemarsono yang Terlupakan
Ilustrasi Soemarsono, pengusul Hari Pahlawan. tirto.id/Sabit

tirto.id - Sejarah Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November, barangkali tidak akan ada jika Soemarsono tidak mengusulkannya. Ia adalah sosok pencetus peringatan Hari Pahlawan sekaligus saksi sejarah Pertempuran Surabaya yang ikut berjuang pada 10 November 1945. Berikut ini sejarah 10 November yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan.

Soemarsono belum lama ini menutup mata untuk selama-lamanya, tepatnya pada 8 Januari 2019 lalu dalam usia 97 tahun. Sosok kelahiran Kutoarjo, Jawa Tengah, tanggal 22 September 1921, ini berandil besar dalam Pertempuran Surabaya. Ia juga sering disebut-sebut dalam Peristiwa PKI Madiun 1948.

Dahlan Iskan pernah mendengar langsung kesaksian Soemarsono. “Hampir lima jam saya bicara dengan Soemarsono,” tulisnya dalam artikel panjang yang dimuat Jawa Pos edisi Agustus 2009.

“Tentu, saya menanyakan banyak hal. Mulai Pertempuran Surabaya sampai ke soal Peristiwa Madiun yang menewaskan banyak sekali keluarga saya,” lanjut pengusaha media asli Jawa Timur yang pernah menjabat sebagai Menteri BUMN dan Direktur Utama PLN ini.

Pejuang yang Enggan Dipahlawankan

Tidak lama setelah Indonesia merdeka pada 18 Agustus 1945, pasukan Sekutu datang untuk melucuti senjata para serdadu Jepang usai Perang Asia Timur Raya yang menjadi rangkaian Perang Dunia Kedua. Di dalam pasukan gabungan ini, terdapat Inggris dan Belanda.

Tanggal 25 Oktober 1945, rombongan pasukan Sekutu, termasuk Inggris dan Belanda, mulai memasuki Kota Surabaya tanggal 25 Oktober 1945. Dari sinilah mulai terjadi gesekan antara orang-orang asing dengan para pejuang dan rakyat Surabaya.

Soemarsono turut bertempur bersama arek-arek Surabaya, termasuk dalam perang besar tanggal 10 November 1945. Namun, kiprahnya seolah tenggelam. Soemarsono, sebut Dahlan, masih ingat secara rinci tentang pertempuran itu. Namun, ia enggan menonjolkan diri.

”Saya tidak ingin ada orang yang dipahlawankan dalam pertempuran Surabaya itu. Pahlawan sebenarnya adalah rakyat,” ujar Ketua Pemuda Republik Indonesia ini seperti yang diceritakannya kepada Dahlan.

Pencetus Hari Pahlawan yang Terlupakan

Dalam Rapat Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia (BPKRI) pada 4 Oktober 1946, Soemarsono mengusulkan agar setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Soemarsono menilai Pertempuran Surabaya sangat perlu untuk selalu dikenang karena heroiknya perjuangan arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

Usulan Soemarsono kemudian disetujui oleh forum dan direstui Presiden Sukarno. Maka, pada 10 November 1946 di Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota sementara RI, untuk pertama kalinya Hari Pahlawan diperingati dan terus dilakukan oleh segenap bangsa Indonesia hingga detik ini.

Andil Soemarsono dalam perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan RI, termasuk lewat Pertempuran Surabaya 10 November 1945, patut diapresiasi.

Sejarawan andalan Orde Baru, Nugroho Notosusanto, juga mengakui hal itu dalam buku Pertempuran Surabaya terbitan tahun 1985.

Namun, pamor Soemarsono justru tenggelam alih-alih menjadi pahlawan nasional. Terlebih setelah ia dikait-kaitkan dengan Peristiwa Madiun 1948 yang melibatkan orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI).

Soemarsono yang menjabat sebagai Gubernur Militer Madiun dituding terlibat dalam peristiwa yang kerap disebut upaya pemberontakan itu namun lolos dari penangkapan. Ia menyelamatkan diri ke Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Usai tragedi Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang sekaligus menandai berakhirnya Orde Lama, Soemarsono ditangkap dan dipenjara selama 9 tahun dalam masa-masa awal kepemimpinan Soeharto selaku penguasa Orde Baru.

Setelah bebas, Soemarsono memutuskan pindah ke Australia. Nama mantan pejuang dan penggagas Hari Pahlawan ini semakin samar-samar hingga mengembuskan napas penghabisan di negeri seberang pada 8 Januari 2019 lalu.

Fakta-Fakta Hari Pahlawan 10 November

1. Dipicu tewasnya Jenderal Mallaby

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dipicu oleh tewasnya perwira kerajaan Inggris Jenderal Mallaby.

2. Serangan darat, laut dan udara

Pada 10 November 1945 pukul 06.00 pagi, Inggris menggempur Kota Surabaya dari berbagai penjuru. Untuk menghancurkan Surabaya, Inggris mengerahkan segenap daya dan upayanya, dari darat, laut, dan udara. Serangan pertama ini menimbulkan korban yang sangat besar, terutama dari kalangan rakyat biasa.

Warga dari berbagai lapisan masyarakat langsung merespons. Tokoh-tokoh masyarakat yang bukan berasal dari kalangan militer, salah satunya K.H. Hasyim Asy'ari, menggelorakan perlawanan rakyat untuk menghadapi kekejaman Inggris. Para pemuda, pedagang, petani, santri, serta berbagai kalangan lainnya menyatukan nyali demi mempertahankan kemerdekaan bangsa.

3. Melibatkan banyak sipil daripada militer

Dalam perang Surabaya itu, sebagaimana menurut penelitian Lorenzo Yauwerissa yang dibukukan dalam 65 Tahun Kepahlawanan Surabaya (2011), setidaknya melibatkan 20 ribu tentara dari Indonesia, sementara unsur warga sipil yang terlibat mencapai 100 ribu orang.

4. Modal dengkul melawan Inggris

“Perlawanan Indonesia berlangsung dalam dua tahap. Pertama pengorbanan diri secara fanatik, dengan orang-orang yang hanya bersenjatakan pisau-pisau belati menyerang tank-tank Sherman, dan kemudian dengan cara yang lebih terorganisir dan efektif, mengikuti dengan cermat buku-buku petunjuk militer Jepang,” tulis David Wehl dalam Birth of Indonesia (1949) seperti di kutip Ben Anderson dalam Revoloesi Pemoeda.

5. Bung Tomo pengobar semangat

Dalam peristiwa 10 November 1945, nama Bung Tomo begitu legendaris karena dikenal sebagai pengobar semangat tempur yang bersenjatakan mikrofon. Selain itu, dia juga salah satu pemimpin laskar yang kemudian ditarik ke Kementerian Pertahanan.

_______________________

Referensi

  • Ben Anderson, Revoloesi Pemoeda, 2018.
  • Hersri Setiawan, Negara Madiun? Kesaksian Soemarsono, Pelaku Perjuangan, 2002.
  • Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 1985.
  • Frank Palmos, Surabaya 1945: Sakral Tanahku, 2016.
  • Jawa Pos, 4 September 2009

Baca juga artikel terkait HARI PAHLAWAN atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Agung DH
Penyelaras: Ibnu Azis & Yulaika Ramadhani