Menuju konten utama

Sejarah Hari Nol Diskriminasi yang Diperingati Setiap 1 Maret

Hari Nol Diskriminasi diperingati sebagai upaya mempromosikan gerakan solidaritas global untuk mengakhiri segala bentuk diskriminasi.

Sejarah Hari Nol Diskriminasi yang Diperingati Setiap 1 Maret
Zero Discrimination Day. foto/istockphoto

tirto.id - Zero Discrimination Day atau Hari Nol Diskriminasi dirayakan di seluruh dunia setiap tanggal 1 Maret. Berdasarkan sejarah, tahun ini adalah peringatan Hari Nol Diskriminasi yang ke-8.

Hari peringatan tersebut dicetuskan oleh program gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang HIV/AIDS bernama UNAIDS. Hari Nol Diskriminasi diperingati sebagai upaya mempromosikan gerakan solidaritas global untuk mengakhiri segala bentuk diskriminasi.

Diskriminasi masih terjadi di berbagai belahan dunia. Menurut UNAIDS, ketidaksetaraan seputar pendapatan, gender, usia, status, kesehatan, pekerjaan, kecacatan, orientasi seksual, penggunaan narkoba, etins, ras, kelas, suku, dan agama masih menjadi masalah hingga saat ini.

Ketidaksetaraan tersebut tumbuh lebih dari 70 persen dari populasi global yang memicu risiko perpecahan serta menghambat pembangunan ekonomi dan sosial. UNAIDS juga mengklaim bahwa baru-baru ini bentuk diskriminasi juga menyerang di masa pandemi COVID-19.

Kondisi ini dibuktikan dari peristiwa vaksin apartheid dimana adanya ketimpangan perolehan vaksin COVID-19 di sejumlah negara. Misalnya, berdasarkan riset yang dilakukan UNAIDS, Uganda dan Afrika Selatan membayar biaya vaksin AsrtraZeneca dua kali lebih mahal dari yang dibayarkan oleh Uni Eropa.

Oleh karena itu, Hari Nol Diskriminasi menjadi penting untuk diperingati oleh komunitas dunia sebagai upaya menghapuskan ketidaksetaraan.

Sejarah Hari Nol Diskriminasi 1 Maret

Dikutip dari laman PBB, Hari Nol Diskriminasi pertama kali dicetuskan oleh UNAIDS pada kampanye Nol Diskriminasi yang diserukan pada Hari AIDS Sedunia, tepatnya Desember 2013.

Satu tahun kemudian, pada 2014, pesan kampanye tersebut kemudian dijadikan momentum tersendiri yang diperingati setiap tanggal 1 Maret dengan simbol kupu-kupu. Awalnya,Hari Nol Diskriminasi diperuntukkan spesifik bagi para penderita HIV/AIDS yang kerap memperoleh diskriminasi oleh masyarakat sekitar.

Hari Nol Diskriminasi memunculkan agenda utama di UNAIDS dan PBB, yaitu dengan mengakhiri diskriminasi sebagai langkah untuk mengakhiri AIDS pada 2030.

Kemudian, pesan "nol-diskriminasi" meluas kepada pengguna narkoba dan narapidana yang tidak lepas dari stigma negatif. Kondisi tersebut menyebabkan mereka sulit memperoleh pekerjaan, kehidupan sosial, serta layanan kesehatan fisik ataupun mental.

Lalu, seiring berjalannya waktu, banyak pihak yang menyerukan bahwa diskriminasi tidak hanya terjadi pada satu sektor kesehatan saja, tetapi juga ekonomi dan sosial. Misalnya, di tahun 2014, Forum Pemuda Eropa (European Youth Forum) menemukan adanya diskriminasi usia yang terjadi pada ranah pekerjaan formal.

Organisasi pelajar Eropa, AEGEE menyebutkan bahwa para pemuda mengalami diskriminasi mencari pekerjaan yang dibayar dan menghadapi kesulitan mengakses layanan di bank.

Selain itu, survey pada tahun yang sama turut menemukan bahwa 53,8 persen anak muda di Eropa mengalami diskriminasi pendidikan, 42,4 persen di tempat kerja, 29,9 persen saat mencari akomodasi, dan 26,6 persen dalam perawatan kesehatan.

Diskriminasi tersebut terjadi karena berbagai alasan, mulai dari gender, orientasi seksual, etnis, kondisi disabilitas, dan banyak lagi. Hal ini kemudian semakin memperluas pesan Hari Nol Diskriminasi sebagai hari untuk mempromosikan penghapusan diskriminasi di segala bidang.

Aksi yang Bisa Dilakukan untuk Mendukung Hari Nol Diskriminasi

Menurut UNAIDS terdapat lima aksi yang bisa dilakukan individu untuk mendukung Hari Nol Diskriminasi dan penghapusan ketidaksetaraan yang ada di sekitar, yaitu:

  1. Sorot ketidaksetaraan yang ada di sekitar melalui sosial media agar orang-orang dapat mengadvokasi perubahan.
  2. Mendukung gerakan anti-diskriminasi dan laporkan ketidaksetaraan jika melihat suatu kasus diskriminasi.
  3. Tuntut perubahan dari pemerintah, anggota parlemen, atau ombudsman dalam rangka menghilangkan diskriminasi.
  4. Memulai atau berpartisipasi dalam petisi untuk mengubah undang-undang yang mengandung stigmatisasi dan diskriminasi.
  5. Mendukung kampanye atau organisasi yang berupaya menjadikan dunia tempat yang lebih adil dan setara.

Baca juga artikel terkait SEJARAH HARI NOL DISKRIMINASI atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yonada Nancy