Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Hari Konferensi Asia Afrika & Tema Peringatan KAA 2022

Apa tema peringatan sejarah hari Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke-67 tahun 2022? 

Sejarah Hari Konferensi Asia Afrika & Tema Peringatan KAA 2022
Peringatan KAA tahun 2016 di Kawasan Asia-Afrika, Bandung, Jawa Barat, Antara Foto/agus bebeng/foc/16.

tirto.id - Sejarah peringatan Hari Konferensi Asia Afrika (KAA) dirayakan setiap tanggal 18 April. KAA dilaksanakan pada 18-25 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, yang menghasilkan Dasasila Bandung. Lantas, apa tema peringatan sejarah hari KAA ke-67 tahun 2022 ini?

KAA diikuti oleh 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia. Forum ini dimotori oleh para tokoh pemerintahan dari negara-negara yang belum lama merdeka, termasuk Ali Sastroamidjojo (Indonesia), Mohammad Ali Bogra (Pakistan), Jawaharlal Nehru (India), Sir John Kotelawala (Sri Lanka), dan U Nu (Burma/Myanmar).

Dikutip dari artikel Daily News bertajuk "Bandung Conference of 1955 and the Resurgence of Asia and Africa" (2012), KAA bertujuan untuk mempererat kerja sama ekonomi dan kebudayaan negara-negara Asia dan Afrika, juga untuk melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

Sejarah Konferensi Asia Afrika: Latar Belakang dan Tujuan KAA

Dikutip dari laman Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, latar belakang diadakannya KAA ini adalah kesamaan nasib negara-negara di Asia dan Afrika setelah Perang Dunia II.

Selain itu, KAA juga mendukung perjuangan dan mendorong terwujudnya kemerdekaan untuk negara-negara yang masih di bawah penjajahan usai Perang Dunia II. Negara-negara berkembang pun terdorong untuk membantu meredakan ketegangan dan menciptakan perdamaian dunia.

Usai Perang Dunia II, ketegangan belum selesai karena terjadi persaingan antara Blok Barat yang dimotori oleh Amerika Serikat melawan Blok Timur yang digawangi oleh Uni Soviet. Persaingan ini kemudian dikenal sebagai Perang Dingin (Cold War).

Situasi inilah yang kemudian mendorong digelarnya KAA. Gagasan KAA bermula saat Perdana Menteri Indonesia kala itu, Ali Sastroamidjojo, menghadiri pertemuan bersama dengan para pemimpin negara-negara Asia dan Afrika untuk memenuhi undangan dari Perdana Menteri Sri Lanka, Sir John Kotelawala.

Dari sinilah terlontar gagasan untuk mengadakan pertemuan antara negara-negara Asia dan Afrika untuk menciptakan solidaritas serta menjalin persatuan di tengah persaingan dua idealisme besar yakni Blok Barat dan Blok Timur.

Kronologi Konferensi Asia-Afrika: Lokasi, Negara Peserta, dan Hasil KAA Dasa Sila Bandung

Tanggal 28-29 Desember 1954, para pemimpin negara-negara Asia dan Afrika berkumpul di Bogor, Jawa Barat, untuk menyusun kerja sama yang sifatnya netral dan tidak memihak blok mana pun. Maka, disepakati bahwa akan digelar Konferensi Asia-Afrika dan Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah.

Selanjutnya, Kota Bandung dipilih sebagai tempat diselenggarakannya KAA. Gubernur Jawa Barat saat itu, Samsi Hardjadinata, lantas membentuk panitia persiapan KAA pada 5 Januari 1955.

Indonesia juga membentuk Panitia Interdepartemental pada 11 Januari 1955 dan menyiapkan Hotel Preanger, Hotel Homman, serta 12 hotel lainnya untuk tempat menginap para peserta KAA.

Tanggal 7 April 1955, Presiden RI, Ir. Sukarno, mengubah nama dua gedung di Bandung yang akan digunakan sebagai tempat KAA. Gedung Dana Pensiun diganti menjadi Gedung Dwiwarna, lalu Gedung Concordia berubah nama menjadi Gedung Merdeka.

Pertemuan selama 8 hari itu menghasilkan beberapa keputusan yang cukup penting, seperti memajukan kerja sama negara-negara Asia-Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan budaya, membantu perjuangan melawan imperialisme, menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan ikut aktif dalam menciptakan perdamaian dunia.

Selain itu, KAA juga melahirkan 10 prinsip yang tercantum ke dalam Declaration on The Promotion of World Peace and Coorporation atau yang lebih dikenal dengan istilah Dasasila Bandung, yang di dalamnya berisi prinsip penyelenggaraan kerja sama internasional.

Laman kemenlu.go.id menyebutkan, ada 29 negara dari Asia dan Afrika yang menjadi peserta KAA, termasuk Afganistan, Arab Saudi, Burma (Myanmar), Ceylon (Sri Lanka), Cina, Ethiopia, India, Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Kamboja, Laos, juga Lebanon.

Ada pula Liberia, Libya, Mesir, Nepal, Pakistan, Filipina, Sudan, Suriah, Thailand, Turki Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara), Republik Vietnam (Vietnam Selatan), Yaman, Yordania, serta Siprus.

Peran Indonesia di Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan Isi Dasa Sila Bandung

Keberhasilan KAA di Bandung mengangkat nama Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari pesan Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika.

Dede Yusuf melalui risetnya berjudul "Peranan Indonesia dalam Konferensi Pers Asia Afrika" menyebutkan bahwa Indonesia selain sebagai salah satu pelopor dan pemrakarsa KAA juga menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan KAA.

KAA disebut sebagai salah satu capaian Kabinet Ali Sastroamidjojo yang berhasil menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat internasional.

Disebutkan pula gagasan untuk memperluas gerakan Asia-Afrika sudah dicetuskan Sukarno sejak 1928, tahun yang sama dengan momentum Sumpah Pemuda. Pada intinya, KAA membuktikan Indonesia mampu turut aktif dalam upaya menciptakan perdamaian dunia.

Adapun isi Dasa Sila Bandung yang menjadi hasil Konferensi Asia-Afrika antara lain:

  1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB.
  2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
  3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa besar maupun kecil.
  4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri negara lain.
  5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri.
  6. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
  7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekuasaan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
  8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, ataupun lain-lain cara damai menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan yang sesuai dengan Piagam PBB.
  9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
  10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

Tema Peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) 2022 di Bandung: Asia-Africa Festival

Sebagai peringatan sejarah hari Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke-67, Pemerintah Kota Bandung bekerjasama dengan Museum Konferensi Asia-Afrika (MKAA) menyelenggarakan Asia Africa Festival mulai tanggal 18 April 2022.

“Insyallah kegiatan ini jadi energi positif untuk Museum KAA dan Kota Bandung untuk bangkit dari pandemi,” ucap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Kenny Kaniasari, dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Bandung.

Peringatan Konferensi Asia-Afrika ke-67 tahun 2022 mengusung tema "Pulih Bersama Bangkit Perkasa" atau "Recover Together, Recover Stronger".

Kepala Museum Konferensi Asia-Afrika, Dahlia Kusuma Dewi, memaparkan bahwa tema ini hadir sebagai pengenalan kepada publik tentang peringatan KAA sekaligus komitmen dari Museum KAA dalam mengemban visi untuk melestarikan nilai-nilai KAA.

Nilai-nilai KAA bersumber dari Dasasila Bandung yang merupakan hasil kesepakatan para pemimpin Asia dan Afrika pada 1955 silam di Kota Bandung.

Baca juga artikel terkait KONFERENSI ASIA AFRIKA atau tulisan lainnya dari Nirmala Eka Maharani

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Nirmala Eka Maharani
Penulis: Nirmala Eka Maharani
Editor: Iswara N Raditya