Menuju konten utama

Sejarah Hari Bhakti TNI Angkatan Udara yang Diperingati 29 Juli

Berikut sejarah Hari Bhakti TNI Angkatan Udara dan alasan mengapa diperingati setiap 29 Juli.

Sejarah Hari Bhakti TNI Angkatan Udara yang Diperingati 29 Juli
Pesawat tempur jenis F-16 dari Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru melintas di wilayah udara Banda Aceh, Aceh, Senin (10/7). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

tirto.id - Hari Bhakti TNI Angkatan Udara (AU) akan diperingati pada tanggal 29 Juli 2021. Hari Bhakti TNI AU beririsan dengan peristiwa heroik TNI AU saat melakukan serangan udara ke beberapa tempat pendudukan Belanda di wilayah Indonesia. Selain itu, juga untuk mengenang wafatnya 3 (tiga) perintis dan pelopor TNI AU dalam jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA karena serangan Belanda.

Pembentukan TNI AU berawal dari diresmikannya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 23 Agustus 1945. Pada awalnya, Angkatan Udara tidak memiliki fasilitas dan pesawat terbang yang memadai.

Pada tanggal 5 Oktober 1945, BKR mengalami pergantian nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Otomatis perubahan nama itu mempengaruhi BKR bidang penerbangan yang juga berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawata Penerbangan di bawah Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.

Dalam sejarahnya, TNI AU beberapa kali mengalami perubahan nama, seperti TRI jawatan penerbangan pada tanggal 23 Januari 1946. Kemudian, pada tanggal 9 April 1946, berubah menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Hari lahir TNI AU diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI), demikian dikutip laman tni-au.mil.id.

Sejarah Hari Bhakti TNI AU

Sejarah Hari Bhakti TNI AU dilatarbelakangi sikap Belanda yang mengingkari Perjanjian Linggarjati, sekaligus memutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesia. Pada tanggal 21 Juli 1946, Belanda melakukan serangan militer ke beberapa pangkalan udara TNI AU. Sebenarnya, sasaran utama Belanda adalah Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta, namun gagal karena cuaca yang tidak mendukung (buruk).

Belanda akhirnya mengalihkan penyerangan pada pangkalan lain seperti Pangkalan Udara Panasan Solo, Maospati Madiun, Bugis Malang, Pandanwangi, Lumajang, dan Gordan Banten.

Serangan militer dari Belanda ini membuat marah TNI AU dan berujung pada serangan balasan. Dikutip dari laman TNI AU, pada tanggal 29 Juli 1946 (dini hari menjelang subuh), dua buah pesawat TNI AU yaitu Churen dan Guntei melakukan serangan udara ke daerah pendudukan Belanda.

Beberapa daerah pendudukan Belanda yang diserang yaitu Ambarawa, Salatiga, dan Semarang. Penyerangan dilakukan oleh Kadet Penerbangan Sutardjo Sigit, Suharmoko Harbani, dan Mulyono dibantu tiga penembak jitu yang merangkap teknisi, yaitu Sutardjo, Kaput, dan Dulrachman.

Pada sore hari tanggal 29 Juli 1946, Belanda kmelakukan serangan balasan terhadap pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan dari Palang Merah Malaya menggunakan pesawat P-40 Kittyhawk.

Aksi tersebut menyebabkan pesawat Dakota jatuh di Desa Ngoto (daerah selatan Yogyakarta). Kejadian penyerangan menewaskan tiga pelopor TNI AU yaitu Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulracman Saleh, Komodor Muda Udara Adisucipto, dan Opsir Muda Udara Adisumarmo.

Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan latar belakang ditetapkannya Hari Peringatan Bhakti TNI AU dirayakan setiap tanggal 29 Juli.

Dalam rangka memperingati Hari Bhakti TNI Angkatan Udara Tahun 2021, TNI AU yang diwakili Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopsau) II, Marsda TNI Minggit Tribowo memberikan perhatian dan terima kasih dalam bentuk tali asih kepada 239 purnawiraman TNI AU Makassar yang tergabung dalam Organisasi PPAU Cabang 50.

Baca juga artikel terkait HARI BHAKTI TNI ANGKATAN UDARA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Alexander Haryanto