Menuju konten utama

Sejarah Hari Bahasa Isyarat Internasional 23 September & Tujuan

Sejarah Hari Bahasa Isyarat Internasional yang diperingati setiap 23 September.

Sejarah Hari Bahasa Isyarat Internasional 23 September & Tujuan
Anggota Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Solo memberikan pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) kepada warga di lokasi kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day (CFD) Solo, Jawa Tengah, Minggu (22/12/2019). ANTARA FOTO/Maulana Surya.

tirto.id - Hari Bahasa Isyarat Internasional diperingati pada 23 September setiap tahunnya. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya bahasa isyarat dalam mewujudkan hak asasi manusia bagi semua kalangan, khususnya bagi kalangan teman tuli atau penyandang disabilitas rungu.

Hari Bahasa Isyarat Internasional dirayakan pertama kali pada 2018. Penetapan Hari Bahasa Isyarat Internasional pada 23 September ini berdasarkan nilai sejarah berdirinya Federasi Tuli Sedunia (World Federation of The Deaf/WFD) yang didirikan pada tanggal sama pada 1951.

Perayaan Hari Bahasa Isyarat Internasional memupuk harapan terhadap meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendukung identitas linguistik dan keragaman budaya bagi penyandang disabilitas rungu maupun pengguna bahasa isyarat lainnya secara global.

Berdasarkan data Federasi Tuli Sedunia, saat ini, terdapat sekitar 70 juta penduduk mengalami tuli di seluruh dunia. Lebih dari 80 persennya tinggal di negara berkembang dan menggunakan bahasa isyarat beragam.

Secara definitif, bahasa isyarat adalah bahasa non-lisan yang sebagian besar digunakan orang-orang tuli untuk berkomunikasi. Bahasa isyarat ini berbeda secara struktural dari bahasa lisan. Sebagaimana halnya bahasa lisan, bahasa isyarat terbentuk secara alami sesuai dengan kebudayaan masyarakat masing-masing.

Sebagai misal, isyarat menggeleng-gelengkan kepala dapat bermakna setuju (iya) di suatu komunitas masyarakat. Pada saat bersamaan, ia juga dapat berarti penolakan (tidak setuju) di komunitas yang lain.

Dilansir laman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini terdapat lebih dari 300 bahasa isyarat yang berbeda di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, ada dua jenis bahasa isyarat yang sering digunakan berkomunikasi di kalangan teman tuli, yaitu Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

Penerapan SIBI ini dibakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) melalui SK No. 0161/U/2994 tanggal 30 Juni 1994 tentang Pembakuan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Hingga sekarang, SIBI masih digunakan sebagai bahasa pengantar komunikasi di kurikulum Sekolah Luar Biasa (SLB).

Pentingnya mempromosikan bahasa isyarat ini juga merupakan rekomendasi dari Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas dari PBB. Kendati terdapat beraneka ragam bahasa isyarat di seluruh dunia, ada juga bahasa isyarat internasional, yang diakui secara global oleh komunitas penyandang disabilitas rungu di seluruh dunia.

Bahasa isyarat internasional ini biasanya digunakan oleh teman tuli dalam pertemuan internasional dan secara informal saat bepergian dan bersosialisasi.

Sejarah Hari Bahasa Isyarat Internasional

Gagasan untuk memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional berasal dari Federasi Tuli Sedunia. Federasi ini merupakan perserikatan 135 asosiasi penyandang disabilitas rungu di seluruh dunia. Federasi Tuli Sedunia ini mewakili sekitar 70 juta hak asasi penyandang disabilitas rungu di seluruh dunia.

Hari Bahasa Isyarat Internasional diakui PBB berdasarkan Resolusi A/RES/72/161 yang disponsori oleh Permanent Mission of Antigua and Barbuda untuk PBB, bersama 97 Negara Anggota PBB dan diadopsi berdasarkan konsensus pada 19 Desember 2017.

Hari Bahasa Isyarat Internasional merupakan pengakuan bahwa bahasa isyarat tidak berbeda dari bahasa lisan. Hal ini juga merupakan upaya untuk menghargai dan mengakomodasi hak asasi semua manusia, termasuk juga kalangan tunarungu.

"Perayaan ini mengakui pentingnya bahasa isyarat untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan memenuhi janji tanpa meninggalkan siapa pun, juga menawarkan kesempatan untuk mendukung dan melindungi identitas linguistik dan keanekaragaman budaya semua pengguna bahasa isyarat," ujar António Guterres, Sekretaris Jenderal PBB di laman UN.

Baca juga artikel terkait HARI BAHASA ISYARAT INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dipna Videlia Putsanra