Menuju konten utama
Sejarah Hari Ini

Sejarah Hari Anak Nasional & Alasan Diperingati Setiap 23 Juli

Bagaimana sejarah Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli? Cari tahu jawabannya di sini.

Peringatan Hari Anak Nasional. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin

tirto.id - Hari Anak Nasional (HAN) diperingati setiap tanggal 23 Juli. Ada sejarah dan alasan yang mendasari hal ini. Bermula pencetusan Hari Kanak-Kanak Indonesia di era Presiden Sukarno (Orde Lama) yang berproses cukup rumit, hingga nantinya diganti oleh Presiden RI ke-2 Soeharto pada 1984.

Menurut Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI), peringatan Hari Anak Nasional dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa terhadap perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Caranya adalah dengan mendorong keluarga menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, dan cinta tanah air.

Hingga saat ini, peringatan HAN dirayakan dengan berbagai kegiatan. Bahkan, KPPAI telah menyediakan pedoman penyelenggarakan peringatan HAN dengan dukungan penuh dari pemerintah.

Dalam laman resminya, KPPAI menyampaikan bahwa masyarakat dari tingkat daerah hingga provinsi bebas mengadakan kegiatan seperti seminar, menonton film bersama, bakti sosial, jalan sehat gembira, berbagai jenis perlombaan, dan lain-lain, dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanda Negara (APBN).

HAN juga dijadikan sebagai pengingat bagi rakyat Indonesia untuk menggencarkan gerakan Internasional World Fit for Children. Gerakan ini direalisasikan dengan Kota Layak Anak di sejumlah kota di Indonesia. Tujuan akhir dari gerakan ini tentu saja mewujudkan Indonesia Layak Anak.

Sejarah Hari Anak Nasional

Peringatan hari anak di tanah air merupakan gagasan Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Kowani adalah organisasi kaum perempuan Indonesia yang embrionya tercetus sejak Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 Desember 1928, atau beberapa pekan setelah Sumpah Pemuda.

Kowani, yang diresmikan tahun 1946, dalam sidangnya pada 1951 memutuskan beberapa kesepakatan. Salah satunya, menurut artikel dalam Majalah Rona (1988), adalah mengupayakan penetapan Hari Kanak-Kanak Nasional.

Upaya tersebut ditindaklanjuti dengan digelarnya Pekan Kanak-Kanak pada 1952. Dalam kegiatan ini, anak-anak berpawai di Istana Merdeka dan disambut langsung oleh Presiden Sukarno.

Dalam Sidang Kowani di Bandung yang dihelat pada 1953, Pekan Kanak-kanak Indonesia dirumuskan lebih serius lagi. Kegiatan itu akan rutin dilaksanakan setiap pekan kedua bulan Juli, atau saat liburan kenaikan kelas. Rekomendasi ini disetujui oleh pemerintah.

Namun, penetapan itu dinilai tidak memiliki makna dan nilai historisnya karena tidak merujuk kepada tanggal atau momen tertentu. Maka, dalam Sidang Kowani di Jakarta pada 24-28 Juli 1964, muncul berbagai usulan mengenai kapan tepatnya peringatan untuk hari anak-anak di Indonesia.

Pada 1959, dikutip dari artikel “Mencari Jejak Hari Anak” tulisan Budi Setiyono dalam Historia.id (22 Juli 2018), pemerintah akhirnya menetapkan tanggal 1-3 Juni untuk memperingati hari anak di Indonesia, bersamaan dengan rangkaian peringatan Hari Anak Internasional pada 1 Juni.

Presiden Sukarno seringkali hadir dalam perayaan hari anak ini. Maka, atas usulan Kowani, tanggal 6 Juni ditetapkan sebagai Hari Kanak-Kanak Indonesia. Alasannya, selain bertepatan dengan hari lahir Bung Karno (1 Juni 1901), tanggal ini juga berdekatan dengan perayaan Hari Anak Internasional.

Persoalan timbul lagi setelah runtuhnya Orde Lama dan usainya kekuasaan Sukarno. Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto berusaha menghapus semua kebijakan yang lekat dengan rezim sebelumnya, termasuk mengenai peringatan Hari Kanak-Kanak Indonesia yang memang bertepatan dengan hari lahir Sukarno.

Dalam prosesnya, tanggal peringatan hari anak di Indonesia sempat beberapa kali mengalami perubahan. Hingga akhirnya, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 44/1984 yang memutuskan bahwa Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli.

Mengapa 23 Juli? Pemilihan tanggal ini diselaraskan dengan pengesahan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979. Peringatan HAN diselenggarakan dari tingkat pusat hingga daerah untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara yang ramah anak.

Ucapan Hari Anak Nasional

Beberapa ucapan Hari Anak Nasional yang bisa Anda bagikan di media sosial adalah sebagai berikut, seperti dilansir Times of India dan WishesMsg.

1. Salam hangat untuk semua anak di seluruh dunia pada hari istimewa ini. Selamat Hari Anak!

A warm wishes for all the children worldwide on this special day. Happy Children’s Day!

2. Selamat Hari Anak! Semoga kamu tumbuh menjadi manusia yang lebih baik dari kami. Doa terbaik untukmu pada hari ini!

Happy Children Day! May you grow up to be a better human being than us. Best wishes to you on this day!

3. Anak-anak adalah bunga dari surga. Mari jadikan dunia ini tempat yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak kita. Selamat Hari Anak!

Children are the flowers from heaven. Let’s make this world a safe and enjoyable place for our kids. Happy children’s day!

4. Selamat Hari Anak untuk semua muridku tersayang. Saya merasa diberkati untuk menjadi bagian dari masa depan bangsa.

Happy Children’s Day to all my dear students. I feel blessed to serve the future of the nation.

5. Setiap anak harus tumbuh dengan cinta dan perhatian. Mari membuat hidup si kecil bahagia dan sehat.

Every child should grow with love and care. Let’s make the lives of the little one’s happy and healthy.

6. Dari seorang anak kita belajar bahagia, tertawa, dan bermain. Mari kita terus merayakan hari anak-anak. Selamat Hari Anak!

From a child we learn giggling, laughing and playing. Let us continue to celebrate the day of children. Happy children’s Day!

7. Anak adalah anugerah Tuhan bagi kita. Selamat Hari Anak!

Children are the gift of God to us. Happy Children’s Day!

Baca juga artikel terkait HARI ANAK NASIONAL atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy & Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy & Iswara N Raditya
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani
-->