Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Giri Kedaton: Kerajaan Ulama Merdeka dari Majapahit

Sejarah awal Giri Kedaton dimulai pada abad ke-15 dan merdeka dari Kerajaan Majapahit.

Sejarah Giri Kedaton: Kerajaan Ulama Merdeka dari Majapahit
Gapura makam Sunan Giri. wikimedia commons/free

tirto.id - Kedatuan Giri atau Giri Kedaton adalah kerajaan Islam sekaligus pesantren yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Sejarah kerajaan yang didirikan oleh anggota Wali Songo, yakni Sunan Giri (1481-1506 M), ini dimulai pada abad ke-15 dan merdeka dari Majapahit.

Wali Songo adalah majelis ulama yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Nusantara, seiring berdirinya Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa serta mulai runtuhnya Kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Buddha.

Sunan Giri yang merupakan anggota Wali Songo yang juga murid Sunan Ampel, pendiri pondok pesantren Ampeldenta di Surabaya. Sunan Giri dikenal pula dengan beberapa nama lain, seperti Raden Paku, Joko Samudro, atau Muhammad Ainul Yaqin.

Ibunda Sunan Giri adalah Dewi Sekardadu, putri bangsawan Menak Sembuyu dari Kerajaan Blambangan atau Banyuwangi. Sedangkan ayahnya bernama Syekh Maulana Ishak, seorang ulama dari Asia Tengah.

Menurut Hikayat Banjar, Sunan Giri atau Pangeran Giri masih punya garis keturunan dari Kesultanan Samudera Pasai, Kerajaan Majapahit, dan salah satu kerajaan di Bali, selain Kerajaan Blambangan dari garis sang ibunda.

Kisah Perjalanan Sunan Giri

M. Lutfi Ghozali dalam buku berjudul Nyarkub: Menyulam Silam (2020) memaparkan, Raden Paku atau yang nantinya dikenal sebagai Sunan Giri menghadap Sunan Ampel untuk meminta izin menunaikan ibadah haji ke tanah suci.

Oleh Sunan Ampel, muridnya tersebut diminta untuk menemui ayahnya dulu, Syekh Maulana Ishaq, yang kala itu bermukim di Malaka atau Pasai (Aceh).

Raden Paku pun akhirnya berguru dengan sang ayah. Syekh Maulana Ishaq tidak hanya membekalinya dengan ilmu agama, namun juga mengajarkan kepada Raden Paku mengenai ilmu politik atau pemerintahan.

Setelah beberapa waktu, Syekh Maulana Ishaq meminta Raden Paku untuk kembali ke Jawa. Ia memberikan segenggam tanah dan memerintahkan putranya itu untuk mendirikan pesantren di lokasi yang memiliki jenis tanah yang sama.

Ditemani dua orang utusan sang ayah, yakni Syekh Grigis dan Syekh Koja, Raden Paku kembali ke Jawa dan mencari lokasi yang dimaksud. Lokasi tersebut akhirnya ketemu, yakni di wilayah yang kini dikenal dengan nama Kebomas, di Gresik, Jawa Timur.

Raden Paku, Syekh Grigis, dan Syekh Koja membangun pesantren di daerah tersebut. Dukut Imam Widodo dalam Grissee Tempo Doeloe (2004) menyebut pesantren itu mulai dibangun pada 1481. Wilayah ini kemudian disebut sebagai Giri.

Merdeka dari Majapahit

Daerah Giri sebenarnya termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang saat itu beranjak redup dengan lepasnya satu per satu negeri taklukannya. Majapahit kemudian bahkan memberikan status otonom untuk daerah Giri.

Situasi ini membuat Raden Paku alias Sunan Giri berpeluang mendirikan pemerintahan kecil di pesantrennya, atau yang nantinya dikenal dengan nama Giri Kedaton, Kedatuan Giri, atau Kerajaan Giri.

Dikutip dari buku Mengenal Sejarah dan Budaya Masyarakat Gresik (2005) karya Mustakim, Kedatuan Giri pada akhirnya memisahkan diri dari Majapahit yang pengaruhnya semakin melemah.

Sunan Giri tampil sebagai penguasa Giri dengan gelar Prabu Satmata atau Sultan Abdul Faqih yang memimpin sejak tahun 1487 hingga 1506 Masehi.

Kerajaan Ulama ala Sunan Giri

Djoko Suryo via paparan bertajuk "Tradisi Santri dalam Historiografi Jawa: Pengaruh Islam di Jawa" yang disampaikan di Seminar Pengaruh Islam Terhadap Budaya Jawa (2000), mengungkapkan bahwa Babad ing Gresik menyebut Pesantren Giri sebagai Kerajaan Giri.

Kerajaan Giri, lanjutnya, dipimpin oleh Raden Paku yang mengangkat dirinya sebagai "raja pendhita" atau raja ulama. Dua sejarawan asal Belanda, H.J. de Graaf dan Samuel Wiselius, juga menyebut pesantren ini sebagai "kerajaan ulama".

Giri Kedaton tetap eksis sepeninggal Sunan Giri yang wafat pada 1506. Kepemimpinan kedatuan ini dilanjutkan secara turun-temurun hingga ditaklukkan Kesultanan Mataram Islam pada 1636.

Sejak takluk kepada Kesultanan Mataram Islam yang kala itu dipimpin oleh Sultan Agung (1613–1645), status Giri Kedaton bukan sebagai kerajaan mandiri lagi, melainkan berubah menjadi vasal atau wilayah taklukan.

Daftar Pemimpin Giri Kedaton

  • Sunan Giri/Prabu Satmata (1481–1506)
  • Sunan Dalem/Sunan Giri II (1506–1546)
  • Sunan Seda ing Margi/Sunan Giri III (1546–1548)
  • Sunan Prapen/R.M. Pratikal/Sunan Giri IV (1548–1605)
  • Sunan Kawis Guwa/Sunan Giri V (1605–1616)
  • Panembahan Ageng Giri (1616–1636)
  • Panembahan Mas Witana/Sideng Rana (1638–1660)
  • Pangeran Puspa Ita (1660–1680)

Baca juga artikel terkait SUNAN GIRI atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya