Menuju konten utama

Sejarah Gempa Tasikmalaya: Antara Laut Selatan & Gunung Galunggung

Sejarah mencatat, wilayah Tasikmalaya beberapa kali terkena bencana alam, dari letusan gunung, gempa bumi, hingga tsunami.

Sejarah Gempa Tasikmalaya: Antara Laut Selatan & Gunung Galunggung
Pemandangan Gunung Galunggung di Tasikmalaya, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

tirto.id - Tasikmalaya dan sebagian wilayah Jawa Barat lainnya diguncang gempa bumi tektonik bermagnitudo 4,8 pada Senin (7/1/2019) malam sekitar pukul 22.04 WIB. Dalam riwayat sejarahnya, Tasikmalaya memang beberapa kali diterpa gempa karena daerah ini terletak di antara Samudera Hindia atau Laut Selatan dan Gunung Galunggung.

Penamaan Tasikmalaya sendiri ada beberapa versi. Salah satunya bahkan dikait-kaitkan dengan tragedi, sebagaimana penafsiran pakar geologi M.M. Purbo Hadiwijoyo, dikutip dari tulisan Atep Kurnia berjudul “Asal Usul Nama Kota Tasikmalaya: Mengungkap Bencana Maha Dahsyat di Tatar Sunda” yang terhimpun dalam Jurnal GeoMagz, No. 1, Maret 2013.

Tasikmalaya, sebut Purbo yang dituliskan ulang oleh Atep, berasal dari kata “tasik” yang berarti “danau” dan “laya” yang artinya “mati”. Awalan kata kerja “ma” terselip sebelum kata “laya”. Jadi, menurut Purbo, Tasikmalaya dapat diartikan sebagai danau yang di dalamnya banyak mayat yang terapung-apung.

Letak wilayah Tasikmalaya yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan Gunung Galunggung memang menjadikan kawasan ini cukup akrab dengan bencana alam, dari gempa bumi, erupsi gunung, hingga gelombang besar dari laut atau tsunami.

Dari Gunung dan Lautan

Sejarah gempa bumi, baik vulkanik maupun vulkanik, tercatat pernah melanda Tasikmalaya, dan seringkali berkaitan dengan aktivitas Gunung Galunggung maupun berpusat dari Laut Selatan, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.

Galunggung beberapa kali meletus, seperti pada 1822, 1894, 1918, dan 1982. Erupsi tahun 1822, tulis Adjat Sudradjat dalam Prahara Gunung Galunggung (2013), menghancurkan lebih dari 114 desa dan menewaskan sekitar 4.0011 orang.

Sempat erupsi lagi tahun 1894 dan meleburkan 50 desa, Galunggung kembali beraksi pada 6 Juli 1918. Diawali dengan gempa bumi, letusan kali ini menurunkan hujan abu setebal 2-5 mm dan memunculkan kubah lava baru.

Aktivitas Gunung Galunggung terakhir yang berdampak cukup parah terjadi pada 5 April 1982. Erupsi ini mengakibatkan ribuan hektar lahan pertanian musnah, kerugian diperkirakan mencapai 29,6 miliar rupiah, dan lebih dari 20 ribu warga harus mengungsi.

Selain bersifat vulkanik, gempa bumi di Tasikmalaya dan sekitarnya juga ada yang berupa gempa tektonik. Misalnya pada 17 Juli 2006, terjadi gempa bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter dengan pusat di Samudera Hindia dan menghantam sepanjang pesisir Jawa Barat.

Dikutip dari tulisan Nurul Amin dan kawan-kawan yang terangkum dalam Travelnatic Magazine edisi Desember 2014, gempa bumi pada pukul 08.19 WIB itu menyebabkan tsunami setinggi 2 meter dan menghancurkan permukiman warga di sepanjang pesisir selatan Jawa, termasuk Tasikmalaya.

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2007 mencatat, musibah ini menelan korban jiwa sedikitnya 668 orang, 65 orang hilang (diasumsikan meninggal dunia), dan 9.299 lainnya luka-luka.

Tanggal 12 September 2009, pesisir selatan Jawa Barat kembali diguncang gempa bumi, kali ini berkekuatan 7,3 Skala Richter berpusat di laut sekitar 142 kilometer barat daya Tasikmalaya. Tsunami kecil dengan tinggi maksimal 100 centimeter sempat terpantau di sejumlah titik.

Gempa ini mengakibatkan puluhan orang tewas dan 1.254 orang luka-luka. Sebanyak 63.717 unit rumah rusak berat dan 131.275 unit rumah rusak ringan. Selain itu, ribuan unit bangunan lainnya termasuk sekolah, madrasah, kantor, pondok pesantren, juga mengalami kerusakan.

Baca juga artikel terkait GEMPA TASIKMALAYA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Iswara N Raditya