Menuju konten utama
Manusia Purba di Indonesia

Sejarah Fosil Pithecanthropus Soloensis: Penemu, Lokasi, Ciri-ciri

Sejarah ditemukannya fosil manusia purba Pithecanthropus soloensis bermula dari awal dekade 1890-an.

Sejarah Fosil Pithecanthropus Soloensis: Penemu, Lokasi, Ciri-ciri
Museum Manusia Purba di Ningxia, Cina. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

tirto.id - Pithecanthropus soloensis adalah salah satu jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia. Sejarah ditemukannya fosil yang memiliki arti “manusia kera dari Solo” ini bermula dari awal dekade 1890-an.

Fosil Pithecanthropus sebenarnya banyak ditemukan di berbagai belahan dunia dan sebutannya berbeda-beda. Menurut buku Sejarah Indonesia X (2020:5) karya Mariana, di Indonesia, fosil tersebut yang paling banyak dijumpai oleh para peneliti dan ilmuwan.

Beberapa puluh tahun sebelum penemuan Pithecantropus soloensis, ditemukan terlebih dahulu kerangka atas kepala dan paha Pithecanthropus erectus.

Pada 1891, seorang arkeolog Belanda bernama Eugene Dubois menemukannya di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Arti nama tersebut adalah “manusia kera yang berjalan tegak”.

Oleh karena itu, beberapa fosil yang diklaim sejenis (salah satunya Pithecantropus soloensis) serta memiliki ciri sama dengannya diberikan sebutan pertama "Pithecanthropus". Lalu, nama belakangnya diberi lokasi penemuannya.

Penemu dan Lokasi

Berdasarkan tulisan di website Kabupaten Blora, Desa Ngandong terletak di tepi Sungai Bengawan Solo, lengkapnya di Keradenan, Blora, Jawa Tengah. Daerah ini terkenal dengan berbagai penemuan fosil, mulai dari hewan-hewan mamalia hingga dua jenis manusia purba, salah satunya Pithecanthropus soloensis.

Mengutip catatan Kemendikbud, penemu Pithecanthropus soloensis adalah von Koenigswald, Oppernorth, dan Ter Haar. Pada 1931 hingga 1933, di Desa Ngandong, mereka memulai proyek penggalian tanah endapan Bengawan Solo yang di dalamnya terdapat fosil-fosil bekas kehidupan masa lalu.

Fosil yang mengambarkan Pithecanthropus soloensis ketika itu berupa tengkorak dan bagian tulang kering. Disebutkan pula, bagian wajahnya memiliki hidung yang lebar, tulang kering dibilang tebal dan menonjol, lalu memiliki tinggi mulai dari 165 hingga 180 sentimeter.

Penyebutan nama Soloensis hanya berlaku bagi jenis Pithecanthropus erectus yang ditemukan di sekitar Ngandong. Oleh karena itu, ciri mereka pun sebenarnya mirip, mulai dari Pithecanthropus mojokertensis (ditemukan di Mojokerto) sampai Soloensis (di tepi sungai Bengawan Solo).

Namun, ciri Pithecanthropus Soloensis ada beberapa tambahan, yakni bagian kepala disebut lonjong, tebal, dan padat. Lalu, bagian rongga mata dikatakan sangat panjang.

Ciri-ciri Pithecanthropus Soloensis

  • Hidup di zaman Pleistosen awal dan tengah (sekitar 1-1,5 juta tahun yang lalu).
  • Tinggi berkisar 168-180 cm dan memiliki berat badan 80-100 kilogram.
  • Ketika berjalan tubuhnya tegak.
  • Volume otak 775-975 cc.
  • Alat pengunyah sangat kuat.
  • Kening menonjol tebal.
  • Hidung tebal.
  • Tidak memiliki dagu.
  • Kepala bagian belakang menonjol.

Baca juga artikel terkait JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya