Menuju konten utama
14 Mei 1948

Sejarah Deklarasi Israel: Tilang Polisi hingga Opsi Nama Negara

Deklarasi Israel hampir gagal karena mobil yang ditumpangi pembawa deklarasi ditilang polisi. Sejak deklarasi dibacakan, wajah Timur Tengah tak lagi sama.

Sejarah Deklarasi Israel: Tilang Polisi hingga Opsi Nama Negara
Israel coat of arms. tirto.id/Nauval

tirto.id - Gerakan Zionisme tak akan solid tanpa kebaikan hati Inggris. Inggris merealisasikan dukungannya sejak Deklarasi Balfour pada 2 November 1917. Imigrasi orang-orang Yahudi ke Palestina pun menguat pasca-Perang Dunia I atau saat wilayah Transyordan dikontrol Inggris atas nama Mandat untuk Palestina.

Mengingat legalitas mandat akan berakhir pada pertengahan Mei 1948, orang-orang Yahudi kemudian menginisiasi manuver yang telah dicita-citakan sejak akhir abad ke-19: pembentukan negara baru.

Bekal mereka adalah kebijakan PBB, lembaga yang saat itu usianya baru tiga tahun dan dipasrahi Inggris untuk menstabilkan kawasan pasca-Perang Dunia II. PBB memutuskan untuk memecah Palestina menjadi dua negara: satu untuk Arab dan satu untuk Yahudi. Pembagian teritorinya kurang lebih setengah-setengah.

Rencana itu diterima mayoritas warga Yahudi, tapi ditolak mayoritas warga Arab. Negara-negara Arab mengajukan peninjuan kembali ke Pengadilan Internasional mengenai kompetensi Majelis Umum PBB dalam memutuskan pembagian wilayah negara. Permintaan tersebut ditolak.

Tuvia Frilling dan S. Ilan Troen dalam Proclaiming Independence: Five Days in May from Ben-Gurion's Diary (1998) mencatat prosesnya bermula dari pembentukan Minhelet HaAm.

Minhelet HaAm adalah badan legislatif sementara komunitas Yahudi yang diketuai David Ben-Gurion. Ben-Gurion menjelma sebagai sosok penting sejak menjabat sebagai Kepala Eksekutif Organisasi Zionis Dunia. Ia dan anggota lain di Minhelet HaAm bertugas menyusun rancangan deklarasi.

Hasil final tidak menyebutkan di mana batas-batas wilayah negara baru. Awalnya akan didasarkan pada keputusan pembagian dua negara oleh PBB. Tapi Ben-Gurion sukses memengaruhi forum untuk menolaknya sebab keputusan itu ditolak komunitas Arab.

Memilih Israel daripada Zion

Keputusan penting lain adalah perkara nama. Pada April 2013 Times of Israel melaporkan publikasi dokumen sejarah oleh pemerintah Israel yang menyebutkan tiga nama negara baru yang didiskusikan oleh Minhelet HaAm. Ketiganya adalah Palestina atau Filastin, Zion atau Sayoun, dan Israel atay Eesra’il.

Dasar pokok pemilahannya ada dua. Pertama, sesuai keputusan PBB, akan ada negara Arab yang berdiri berdampingan dengan negara Yahudi. Kedua, negara Yahudi baru turut mencakup minoritas Arab yang perlu dipertimbangkan perasaannya.

Mereka menyisihkan nama Palestina sebab "sangat mungkin bahwa negara Arab yang akan didirikan di Tanah Israel juga akan disebut Palestina di masa depan, yang dapat menyebabkan kebingungan.”

Forum juga menolak nama Zion sebab istilah “Zion” mengandung makna peyoratif atau merendahkan di dunia Arab. Menyebut negara sebagai “Zion” juga dipandang akan menyulitkan warga Arab yang tinggal di negara baru tersebut.

Sumber berbeda menyebut ada beberapa alternatif lain. Antara lain Eretz Yisrael (Tanah Israel), Ever (dari nama Eber, leluhur bangsa Israel), dan Judea. Semuanya turut tersingkir. Pada akhirnya forum memilih Eesra’il atau Israel.

Hampir Tertunda Gara-Gara Ditilang

Arsip Kementerian Luar Negeri Israel yang ditulis Shelley Kleiman mencatat detik-detik upacara deklarasi yang digelar pada tanggal 14 Mei 1948, tepat hari ini 71 tahun lalu, di Museum Tel Aviv.

Undangan deklarasi baru disebar pada pagi hari di tanggal yang sama. Panitia meminta agar tamu hadir di lokasi pada pukul 15.30 secara diam-diam. Acara dijadwalkan akan dimulai pukul 16.00 dan disiarkan hanya melalui stasiun radio Kol Yisrael.

Acaranya tidak dipublikasikan secara luas sebab panitia khawatir akan dibubarkan otoritas Inggris. Mereka juga sedang berusaha menghindari kemungkinan invasi pasukan Arab.

Beberapa tahun sebelumnya, pada 1936-1939, pasukan Arab memberontak kepada otoritas Inggris karena menolak Mandat atas Palestina. Mereka juga menuntut kemerdekaan Arab dan mendesak penghentian imigrasi orang-orang Yahudi. Pemberontakan ini bisa dipadamkan otoritas Inggris.

Rancangan final deklarasi diketik di gedung Jewish National Fund pada satu hari setelah disahkan oleh Minhelet HaAm. Mantan aktivis Yahudi muda, Zeev Sharef, tinggal di gedung yang sama karena ditugaskan untuk mengantarkan rancangan final ke Museum Tel Aviv.

Sayangnya, pada hari H ia lupa memesan kendaraan pribadi.

Sharef akhirnya mengusahakan agar bisa menumpang mobil orang lain dengan cara menyetopnya dari pinggir jalan. Salah satu mobil yang berhasil ia cegat menolak untuk membawanya. Supir kemudian menuruti permintaan Sharef setelah Sharet berkata:

“Jika kau tak membawaku ke museum secepatnya, kamu tidak akan mendengar deklarasi (kemerdekaan) karena deklarasinya sekarang sedang kupegang.”

Perjalanan mobil sempat dihentikan polisi karena melampaui batas kecepatan maksimum. Di momen itu Sharef baru mengetahui bahwa mobil berstatus pinjaman tanpa disertai surat-surat kepemilikan resmi.

Sharef kemudian mempersuasi polisi lewat dua argumen. Pertama, bahwa polisi tidak lagi memiliki otoritas karena pemerintahan mandat Inggris sudah tidak ada.

Kedua, jika Sharef dan supir mobil ditahan, negara Israel tidak akan terwujud. Polisi akhirnya melunak. Mobil tidak jadi ditilang. Sharef melanjutkan perjalanan dan tiba di lokasi pada pukul 15.59.

Ben-Gurion memulai upacara tepat satu menit berikutnya. Palu ia pukul ke meja, yang secara spontan membuat 250 hadirin menyanyikan Hatikvah.

Lirik lagu Hatikvah diambill dari puisi lawas Naftali Herz Imber, seorang penyair Yahudi asal Zolochiv, Ukraina. Samuel Cohen mengomposisikannya sebagai nyanyian pada 1888, dan pada Agustus 1897 diadopsi sebagai lagu resmi Kongres Zionis Pertama.

Ben-Gurion berdiri membelakangi dua dekorasi penting. Pertama, foto raksasa pendiri zionisme modern, Theodor Herl. Kedua, sepasang bendera bercorak dua garis yang memanjang di sisi atas-bawah dan bintang heksagram di tengah-tengah. Dekorasi berwarna putih-biru ini kelak akan dijadikan bendera resmi Israel.

“Sekarang saya akan membacakan kepada Anda gulungan Pendirian Negara, yang telah melewati pembacaan pertama oleh Dewan Nasional,” kata Ben-Gurion.

Ia kemudian membacakan deklarasi selama kurang lebih 16 menit. Tepat di kalimat peresmian berdirinya Israel, hadirin bertepuk tangan keras.

Ben-Gurion mengakhiri pembacaan deklarasi dengan berkata “mari kita menerima Gulungan Dasar Negara Yahudi dengan berdiri” dan meminta Rabbi Fishman untuk melafalkan doa Shehecheyanu.

Infografik Mozaik Deklarasi Pembentukan Negara Israel

Infografik Mozaik Deklarasi Pembentukan Negara Israel

Ke-37 anggota Moetzet HaAm seharusnya menandatangani deklarasi, namun yang hadir hanya 25 orang. Sebelas anggota lain ada yang sedang terjebak di dalam Yerusalem sementara satu lainnya tengah berada di luar negeri.

Ben-Gurion menjadi penandatangan pertama. Ia juga meminta penandatangan lain untuk menggunakan nama Ibrani mereka. Beberapa ada yang sepakat, lainnya tidak. Herzl Rosenblum adalah editor koran Yediot Aharonot yang menuruti ajakan Ben-Gurion, namun belakangan ia menyesalinya.

Saat aktivis Moshe Shertok membubuhkan namanya sebagai penandatangan terakhir, seluruh hadirin bertepuk tangan meriah. Philharmonic Orchestra kembali memainkan Hatikvah. Setelah lagu berhenti, Ben-Guiron kembali ke meja untuk mengetuk palu dan berseru:

“Negara Israel telah didirikan. Pertemuan ini resmi ditunda."

Para sejarawan mencatat bagaimana deklarasi tersebut membuat Pasukan Arab melancarkan serangan dan memulai perang yang berakhir pada 1949.

Konflik-konflik susulan timbul dan tenggelam. Ratusan ribu nyawa jatuh, lebih banyak lagi dipaksa mengungsi. Wajah Timur Tengah tak lagi sama hingga berdekade-dekade setelahnya.

Baca juga artikel terkait KONFLIK ISRAEL PALESTINA atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Politik
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Ivan Aulia Ahsan