Menuju konten utama
Sosiologi

Contoh Akulturasi Budaya Masyarakat Nusantara dengan Ajaran Islam

Sejarah masuknya Islam di Indonesia tidak terlepas dari akulturasi budaya lokal. Berikut contoh akulturasi budaya masyarakat nusantara dengan ajaran Islam.

Contoh Akulturasi Budaya Masyarakat Nusantara dengan Ajaran Islam
Masjid Menara Kudus, salah satu bentuk akulturasi Islam dengan budaya Nusantara. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/aww.

tirto.id - Contoh akulturasi budaya islam dengan budaya lokal di Indonesia terlihat dalam bentuk kesenian, seni bangunan, tradisi, upacara adat, ritual, kalender, hingga sistem nilai yang dianut oleh masyarakat.

Sejumlah contoh akulturasi budaya masyarakat nusantara dengan ajaran Islam yang kini masih lestari adalah arsitektur bangunan Masjid Agung di Demak, seni ukir kayu kaligrafi, pagelaran wayang kulit, tradisi ritual bulan suro, penamaan bulan di dalam kalender Jawa, dan masih banyak lagi lainnya.

Sebagian besar contoh akulturasi budaya di Indonesia tersebut merupakan hasil proses interaksi antara budaya lokal dengan ajaran Islam selama berabad-abad.

Ketika dibawa masuk Nusantara, ajaran Islam bertemu dengan ragam budaya lokal yang sudah dipengaruhi oleh tradisi budaya Hindu dan Buddha. Alhasil, pertemuan lebih dari 2 jenis elemen kebudayaan dengan ajaran Islam pun terjadi di Indonesia.

Pengertian akulturasi menjadi penting dipahami dalam konteks ini. Selain itu, perlu juga dipahami bagaimana proses masuknya Islam di Nusantara yang pada akhirnya menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia saat ini.

Proses Akulturasi Budaya Islam di Nusantara

Akulturasi berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu acculturate yang artinya menyesuaikan diri. Di lingkup studi ilmu sosial, secara umum pengertian akulturasi adalah proses sosial yang terjadi ketika sekelompok manusia bertemu kebudayaan asing dan kemudian secara berangsur menerima unsur-unsurnya, tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya asli.

Mengutip ulasan karya Jhon W. Berry, "Acculturation: Living Successfully in Two Cultures" di International Journal of Intercultural Relations (2005), versi lain dari definisi akulturasi adalah "proses ganda dalam perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai hasil dari kontak antara 2 atau lebih kelompok budaya dan anggota-anggotanya."

Dengan demikian, akulturasi bisa dimaknai sebagai fenomena yang terjadi saat kelompok-kelompok individu dengan budaya berbeda terlibat lama dalam kontak langsung. Proses ini disertai perubahan terus-menerus pada unsur budaya asal atau dari kedua kelompok, tanpa ada elemen yang hilang sama sekali.

Akulturasi sering pula digambarkan sebagai perubahan dan adaptasi. Perubahan itu bisa terjadi sebagai konsekuensi dari proses persinggungan budaya secara langsung.

Di Nusantara, ajaran Islam mampu berkembang dan menyebar dengan cukup pesat pada kurun setidaknya 9 abad terakhir. Hitungan abad tadi didasarkan kepada waktu berdirinya kerajaan Samudera Pasai, yakni pada abad ke-13 M. Namun, banyak bukti menunjukkan Islam sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke-7 M.

Sejarah perkembangan masuknya agama Islam di Indonesia kemudian tidak terlepas dari akulturasi dengan budaya lokal nusantara. Penyebaran Islam di Nusantara bahkan tidak jarang disertai dengan pemanfaatan elemen budaya lokal yang dimodifikasi oleh ulama.

Kehadiran Islam di Nusantara relatif bisa diterima oleh masyarakat berkat gaya syiar yang tetap menghargai budaya atau tradisi lokal. Gaya dakwah seperti ini pernah dipakai oleh Walisongo di Jawa pada abad ke-15 M.

Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab bahwa pada abad ke-17 M, ajaran Islam sudah menyebar ke banyak wilayah Nusantara, tulis Agus Sunyoto di Atlas Walisongo (2012).

Di sisi lain, penyebaran Islam secara damai di Nusantara diikuti dengan proses akulturasi 2 kebudayaan, atau bahkan lebih. Sebabnya, sebelum Islam datang, telah terjadi proses akulturasi antara budaya lokal di Nusantara dengan ajaran Hindu-Buddha.

Hasil akulturasi budaya Islam di Indonesia itu faktanya menghasilkan sesuatu bentuk baru yang memuat perpaduan dari beragam kultur berbeda.

Contoh Akulturasi Budaya Masyarakat di Nusantara dengan Ajaran Islam

Beberapa contoh bentuk akulturasi Islam dengan budaya lokal di Nusantara, termasuk di Jawa, masih terus hidup di tengah masyarakat Indonesia sampai sekarang.

Di banyak daerah, hasil akulturasi budaya masyarakat di Nusantara dengan ajaran Islam itu bahkan sudah dianggap sebagai tradisi lokal warisan nenek moyang.

Contoh akulturasi budaya Islam di Indonesia bisa dibedakan beradasarkan beragam jenis bentuknya, mulai dari seni bangunan, kesenian, hingga sastra.

Berikut daftar contoh akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal Nusantara di berbagai bidang:

1. Contoh Akulturasi Budaya Islam dalam Seni Bangunan

Arsitektur sejumlah masjid kuno di Jawa dan Suamtera merupakan bentuk akulturasi budaya Islam dengan tradisi Hindu dan Buddha di Nusantara. Salah satu contohnya ialah arsitektur Masjid Agung Demak yang memiliki atap berlapis atau Ranggon.

Dalam tradisi Hindu-Buddha di Nusantara, atap berlapis atau Ranggon berakar dari konsep "Meru." Jika pada asalnya, konsep Meru terdiri atas 9 lapis, atap Masjid Agung Demak hanya terdiri atas 3 susun.

Tiga susun atap Masjid Demak berbentuk segitiga melambangkan 3 tahap perkembangan spiritual dalam Islam, yakni iman, Islam, dan ihsan. Contoh akulturasi budaya yang mirip juga terlihat pada arsitektur sejumlah masjid kuno di Aceh. Contoh lain juga terlihat di bangunan makam tokoh besar Islam di masa lalu.

Daftar contoh akulturasi budaya Islam di bidang seni bangunan adalah:

  • Atap Masjid Agung Demak
  • Atap Masjid Agung Banten
  • Atap Masjid Sunan Ampel
  • Atap dan Bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon
  • Atap dan Bangunan Masjid Indrapuri Aceh Besar
  • Bangunan Menara Masjid Kudus
  • Bangunan Pintu Masjid Kudus
  • Cungkup Makam Sunan Drajat
  • Cungkup Makam Sunan Giri
  • Cungkup Makam Sunan Kalijaga
  • Makam raja-raja Binamu di Jeneponto (Sulsel)
  • Makam Fatimah binti Maimum di Gresik (mirip candi)
  • Makam raja-raja Mataram di Imogiri
  • Makam Mahligai Barus (Sumatera Utara).

2. Contoh Akulturasi Budaya Islam dalam Seni Ukir

Seni ukir patung berbentuk manusia dan binatang di atas batu maju pesat pada era Hindu-Buddha kuno. Akan tetapi, dalam Islam, lukisan atau ukiran bergambar makhluk hidup tidak diperbolehkan.

Maka itu, setelah Islam masuk ke nusantara dan berpengaruh dominan, seni ukir di kayu dan batu berkembang dengan obyek tulisan arab (kaligrafi), dedaunan, bunga, hingga bentuk abstrak wujud manusia maupun binatang (stilir).

Berikut sejumlah contoh akulturas budaya Islam dalam Seni Ukir:

  • Ukiran ornamen Masjid Mantingan, Jepara (termasuk stilir Kera dan Ketam)
  • Ukiran di gapura makam Sunan Sendang, Paciran, Lamongan (Jatim)
  • Seni Ukir di dinding Masjid Kuno Lempur, Kerinci, Jambi
  • Seni Ukir di mimbar Masjid Nurul Huda Gelgel, Klungkung (Bali)
  • Seni Ukir Kaligrafi di Nisan Makam Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
  • Ukiran dan ornamen di kompleks Makam Sunan Kudus.

3. Contoh Akulturasi Budaya Islam dalam Kesenian

Ada banyak contoh akulturasi kebudayaan Islam dengan budaya lokal Nusantara di bidang kesenian. Salah satu yang paling populer adalah pagelaran wayang kulit.

Berikut contoh akulturasi budaya Islam di bidang kesenian:

  • Wayang kulit
  • Seni Kriya Kulit Tatah Sungging
  • Tari Seudati dari Aceh
  • Tari Saman dari Aceh
  • Tari Zapin dari Riau
  • Tari Glipang dari Probolinggo
  • Permainan debus di Banten
  • Seni vokal Beluk dari Sunda
  • Kesenian Koromong di Sumedang
  • Kesenian Jathilan di Yogyakarta dan Jawa Tengah
  • Penggunaan bedug di Masjid untuk penanda jadwal sholat.

4. Contoh Akulturasi Budaya Islam dalam Seni Sastra

Kesusastraan juga menjadi medan akulturasi budaya Islam dengan kebudayaan lokal di Indonesia. Bentuk akulturasi di bidang seni sastra ini tampak di berbagai naskah kuno bernapaskan Islam yang lahir di nusantara. Akulturasi budaya Islam dan pra-Islam itu terlihat dalam berbagai bentuk sastra, seperti babad, hikayat, syair, suluk, dan lainnya.

Berikut sejumlah contoh akulturasi budaya Islam dalam Seni Sastra:

  • Hikayat Iskandar Zulkarnain
  • Hikayat Raja-raja Pasai
  • Hikayat Khaidir
  • Hikayat si Miskin
  • Hikayat 1001 Malam
  • Hikayat Bayan Budiman
  • Hikayat Amir Hamzah
  • Hikayat Kalilah Wa Dimnah
  • Hikayat Perang Pandawa Jaya
  • Babad Tanah Jawi
  • Babad Cirebon
  • Babad Mataram
  • Suluk Sukarsa
  • Suluk Wujil
  • Suluk Malang Sumirang.

5. Contoh Akulturasi Budaya Islam dalam Kalender

Akulturasi budaya Islam dan kebudayaan lokal di Nusantara juga terjadi dalam penyusunan kalender atau penanggalan. Contoh akulturasi budaya Islam di Indonesia dalam kalender terdapat di penanggalan atau Kalender Jawa.

Di kalender Jawa, nama-nama bulan dan hari diadopsi dari penanggalan Hijriyah. Misalnya, nama bulan pertama dalam kalender Jawa adalah Suro, yang berasal dari kata Asyura sebagai istilah hari besar pada 10 Muharram. Nama harinya pun mirip dengan kalender Islam, seperti Isnain menjadi Senen, atau Jumat menjadi Jemuah. Meskipun begitu, budaya lokal masih hidup dalam penyematan nama pasaran hari (Pancawara), yakni: Paing, Pon, Wage, Kliwon, Legi.

Kalender Jawa yang saat ini berlaku merupakan sistem penanggalan gabungan Jawa (kalender Saka) dan Islam (Kalender Hijriyah) yang dibuat oleh Raja Mataram Islam, Sultan Agung. Kalender ini mulai resmi digunakan tanggal 1 Muharam 1043 H, atau 1 Sura tahun 1555 Jawa, tepatnya 8 Agustus 1633 M.

6. Contoh Akulturasi Budaya Islam dalam Tradisi Ritual dan Upacara Adat:

Banyak sekali contoh akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal maupun Hindu-Buddha yang masih hidup hingga kini di Indonesia. Salah satunya terlihat di tradisi kenduri atau selametan yang sampai sekarang masih rutin digelar di masyarakat Jawa dan suku-suku lainnya. Akulturasi budaya Islam dan lokal Nusantara juga terlihat di banyak upacara adat pernikahan.

Berikut sebagian contoh akulturasi budaya Islam dalam tradisi ritual dan upacara adat

  • Tradisi kenduri dan selametan
  • Tradisi ritual doa kematian 7 hari dan hari ke-40
  • Tradisi ritual kehamilan
  • Tradisi ritual kelahiran bayi
  • Upacara adat pernikahan di berbagai daerah Indonesia
  • Tradisi ziarah makam
  • Tradisi Megengan menyambut Ramadhan
  • Tradisi Padusan menyambut Ramadhan
  • Ritual mandi safar di Kalimantan Tengah
  • Ritual sedekah laut di sejumlah masyarakat pesisir
  • Upcara sedekah bumi di awal Muharram
  • Upacara dan ritual rebo wekasan
  • Ritual grebeg Suro di Yogya, Solo, dan daerah lain di Jawa.

Infografik SC Arsitektur Masjid

Infografik SC Arsitektur Masjid. tirto.id/Fuad

Bentuk-Bentuk Akulturasi Kebudayaan Islam di Indonesia

Indonesia banyak memiliki akulturasi kebudayaan Islam yang terjadi di masyarakat. Hal tersebut terjadi karena sebelum Islam masuk sudah banyak terdapat kebudayaan suku asli, agama Hindu-Budha, dan lainnya.

Dikutip dari Diktat Bernuansa Karakter Mata Kuliah Sejarah Indonesia Masa Islam dari UNY, beberapa jenis bentuk akulturasi kebudayaan Islam yang banyak berkembang di Indonesia adalah sebagai berikut:

  • Bangunan masjid dan makam
  • Kesusasteraaan kuno
  • Kesenian tradisional
  • Tata kota (seperti letak alun-alun dekat masjid)
  • Ritual
  • Upacara adat
  • Nilai-nilai kearifan lokal (falsafah kehidupan)
  • Sistem pemerintahan di kerajaan
  • Dan lain sebagainya.

Baca juga artikel terkait AKULTURASI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Addi M Idhom