Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Awal Kerajaan Demak & Berdirinya Masjid Agung di Bintoro

Sejarah berdirinya Kesultanan Demak dan fungsi Masjid Agung Demak sebagai pusat dakwah Islam di Jawa.

Sejarah Awal Kerajaan Demak & Berdirinya Masjid Agung di Bintoro
Masjid Agung Demak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa dan beberapa peninggalan sejarahnya masih bisa ditemui, termasuk Masjid Agung yang dibangun di Bintoro dan berfungsi sebagai pusat dakwah.

Semula, Demak merupakan salah wilayah bawahan Kerajaan Majapahit. Menjelang keruntuhan kerajaan Hindu-Buddha tersebut, Demak melepaskan diri. Bahkan, salah satu faktor runtuhnya Majapahit disebabkan oleh serangan dari Demak seiring semakin kuatnya pengaruh Islam di Jawa.

Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah pada akhir abad ke-15 M. Dikutip dari Islamic States in Java 1500-1700 (1976) yang disusun oleh T. Pigeaud dan H.J. De Graaf, Raden Patah merupakan putra Raja Majapahit.

Sejarah Awal Kerajaan Demak

Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah diperkirakan adalah putra Brawijaya V, raja terakhir Majapahit dari selir Tionghoa yang telah memeluk Islam. Nama lain Raden Patah adalah Raden Bagus Kasan, Raden Hasan, Jin Bun (nama Tionghoa), dan bergelar Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah.

Demak bermula dari kawasan hutan bernama Glagahwangi. Raja Majapahit lantas mengangkat Raden Patah sebagai adipati di Glagahwangi. Hingga kemudian, Glagahwangi berganti nama menjadi Demak dengan pusatnya di Bintoro (sekarang salah satu nama kelurahan di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah).

Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak. FOTO/Istimewa

Lokasi wilayah Demak tidak terlalu jauh dari pesisir utara Jawa sehingga kawasan ini sering dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai bangsa, termasuk para saudagar muslim sejak abad ke-14 M.

Riset Heru Arif Pianto bertajuk "Keraton Demak Bintoro Membangun Tradisi Islam Maritim di Nusantara" dalam jurnal Sosio Humaniora (2017) menyebutkan bahwa aktivitas perdagangan tersebut memberikan kesempatan bagi para pedagang muslim untuk menyebarkan Islam.

Berdirinya Masjid Agung Demak di Bintoro

Di saat pengaruh Kerajaan Majapahit mulai melemah, Raden Patah dibantu oleh para Wali Songo kemudian mengembangkan Demak menjadi wilayah berdaulat. Kesultanan Demak pun berdiri dan menjadi kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa.

Sejumlah referensi menyebut Raden Patah memimpin Demak sejak 1478 M, namun ada juga yang menuliskan tahun 1500 M. Di bawah kepemimpinan Raden Patah yang dibantu Wali Songo, Kesultanan Demak memegang peranan penting dalam proses Islamisasi di Jawa kala itu.

Pada awal berdirinya Kesultanan Demak, dibangunlah masjid yang lalu dikenal sebagai Masjid Agung Demak. Masjid Agung berdiri ketika Islam mulai berkembang di Jawa seiring keruntuhan Majapahit yang pernah menjadi kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara.

Maka tidak mengherankan jika arsitektur Masjid Agung Demak mengandung unsur akulturasi budaya lokal Jawa, Hindu-Buddha dari India, dan Islam dari Arab, yang terlihat dari ciri khasnya, yaitu:

Pertama, atap tumpang mirip punden berundak, menunjukkan hasil budaya lokal prasejarah di Indonesia.

Kedua, atap tumpang ganjil, sama dengan tingkat bangunan pura Hindu berjumlah 3-11 tingkat. Selain itu, bentuk meru segitiga sebagai lambang persemayaman dewa dalam kepercayaan Hindu.

Ketiga, budaya Islam dilihat dari fungsinya sebagai tempat ibadah umat Islam dan beberapa ornamen yang disematkan di Masjid Agung Demak.

Penelitian Nancy K. Florida bertajuk "The Demak Mosque: A Construction of Authority" yang terhimpun dalam Babad Jaka Tingkir: Writing the Past, Inscribing The future, History as Prophesy in Colonial Java (1995) menyebutkan bahwa masjid ini diyakini dibangun oleh para Wali Songo pada masa pemerintahan Raden Patah.

Masjid Agung Demak dibangun pada abad 15 Masehi di Kampung Kauman yang saat ini termasuk wilayah administrasi Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah.

MASJID AGUNG DEMAK

Umat muslim beraktivitas di dalam Masjid Agung Demak, Bintoro, Demak, Jawa Tengah, Minggu (20/5). ANTARA FOTO/Aji Styawan

Tiang utama masjid atau saka guru dibuat Walisongo. Sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, barat daya oleh Sunan Gunungjati, tenggara oleh Sunan Ampel dan timur laut oleh Sunan Kalijaga.

Pintu masjid berjumlah lima berarti Rukun Islam. Jendela berjumlah enam buah bermakna Rukun Iman.

Keberadaan Masjid Agung telah meningkatkan aktivitas dan kehidupan Islam di Kerajaan Demak. Masjid Agung Demak juga digunakan sebagai aktivitas dakwah melalui seni dan budaya demi menarik simpati masyarakat sekitar untuk memeluk agama Islam.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Mohamad Ichsanudin Adnan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Mohamad Ichsanudin Adnan
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Iswara N Raditya