Menuju konten utama

Sejarah Angklung, Alat Musik Tradisional dari Jawa Barat

Angklung adalah alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Berikut sejarah dan asal mulanya.

Sejarah Angklung, Alat Musik Tradisional dari Jawa Barat
Sejumlah pasien COVID-19 memainkan angklung di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (23/3/2021). Sebanyak 1.500 tenaga kesehatan bersama pasien COVID-19 memainkan angklung untuk memperingati satu tahun beroperasinya wisma atlet dalam penanganan pasien COVID-19. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.

tirto.id - Indonesia memiliki banyak sekali alat musik tradisional yang berasal dari berbagai daerah dan kebudayaan yang ada di Indonesia. Salah satu alat musik tradisional dari Indonesia adalah Angklung yang berasal dari Jawa Barat.

Menurut laman Rumah Belajar Kemdikbud, angklung merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari tabung-tabung bambu. Alat musik ini kemudian dimainkan dengan cara digoyangkan.

Sejarah angklung telah tercatat oleh orang-orang Eropa yang datang ke Tanah Sunda pada abad ke-19 ketika mereka sering melihat permainan angklung oleh warga setempat. Berikut sejarah selengkapnya.

Sejarah Angklung Alat Musik Tradisional dari Jawa Barat

Infografik Saung Angklung Udjo

Infografik Saung Angklung Udjo. tirto.id/Quita

Dilansir dari laman Indonesia Kaya, angklung biasanya terdiri dari 2 hingga 4 batang bambu yang dirangkai oleh tali rotan menjadi satu kerangka. Tabung-tabung bambu tersebut diukir secara detail dan dipotong sedemikian rupa untuk bisa menghasilkan nada tertentu ketika bingkai bambu tersebut digoyangkan.

Menurut laman Kota Bandung, bambu yang digunakan untuk alat musik ini biasanya adalah jenis bambu hitam (awi wulung) atau bambu ater (awi temen) yang mempunyai ciri khas berwarna kuning keputihan ketika mengering.

Di masa lampau, alat musik ini digunakan sebagai bentuk pemanggilan kepada Dewi Sri atau Dewi Kesuburan agar bisa turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada tanaman padi. Oleh karena itu, alat musik ini paling sering digunakan ketika perayaan bercocok tanam.

Kata Angklung sendiri berasal dari bahasa Sunda ‘angkleung-angkluengan’ yang berarti gerakan pemain dengan mengikuti irama dan menghasillkan bunyi ‘klung’ dari alat musik tersebut. Sementara menurut laman Kebudayaan Kemdikbud, kata angklung berasal dari kata ‘angka’ yang berarti nada dan kata ‘lung’ yang berarti pecah. Dengan kata lain, angklung berarti nada yang terpecah.

Pada satu alat musik angklung biasanya mewakili 2 sampai 4 nada berdasarkan ukurannya dari yang paling kecil hingga ke yang paling besar. Alat musik ini bisa dimainkan secara berkelompok maupun individu.

Pada November 2010, angklung telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia (The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity). Sementara pada 16 Januari 2011, angklung telah dideklarasikan sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia.

Meskipun alat musik ini juga dikenal berada di daerah-daerah lain di Pulau Jawa, tetapi angklung dari Jawa Barat lebih populer. Angklung tertua telah dimainkan sejak abad ke-7, seperti dari orang-orang Baduy dari Desa Kanekes yang memainkan angklung untuk upacara tradisional mereka.

Baca juga artikel terkait ANGKLUNG atau tulisan lainnya dari Muhammad Iqbal Iskandar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Yulaika Ramadhani