Menuju konten utama
Sejarah Hari Ini

Sejarah 23 Januari: Lahirnya Siti Hardijanti Rukmana (Mbak Tutut)

Sejarah mencatat, Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut memiliki tanggal lahir yang sama dengan Megawati Soekarnoputri yang dua tahun lebih tua.

Sejarah 23 Januari: Lahirnya Siti Hardijanti Rukmana (Mbak Tutut)
Putri Presiden Kedua RI Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana (kanan) dan Siti Hediati Hariyadi menghadiri acara Syukuran dan Silaturahmi Nasional Partai Golkar di Jakarta (1/11/2015). ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Putri sulung Presiden RI ke-2 Soeharto, Siti Hardijanti atau yang juga akrab dengan sapaan Mbak Tutut, dilahirkan di Jakarta tanggal 23 Januari 1949, hari ini 69 tahun lalu. Menariknya, sejarah mencatat, dua tahun sebelum Mbak Tutut lahir, pada tanggal yang sama lahirlah putri Presiden RI pertama Sukarno, yakni Megawati Soekarnoputri.

Mbak Tutut menikah dengan seorang pengusaha bernama Indra Rukmana. Maka, ia kemudian juga dikenal dengan nama Siti Hardijanti Indra Rukmana. Berikut ini jejak-rekam kehidupan Mbak Tutut, dari masa Orde Baru ketika ayahnya masih berkuasa, hingga era reformasi sampai kini.

Lahir di Jakarta tanggal 23 Januari 1949. Siti Hardijanti adalah anak pertama dari pasangan Soeharto dan Siti Hartinah atau Ibu Tien. Keempat adik Tutut yaitu Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek, Hutomo Mandala Putra atau Tommy, dan Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek.

Pada era 1980-an, Siti Hardijanti mempelopori terbentuknya Kirab Remaja yang bertujuan untuk memupuk rasa cinta tanah air di kalangan anak-anak muda. Ia juga memperkenalkan organisasi berbasis agama seperti Rohani Islam (ROHIS) sebagai wadah untuk mencetak generasi beriman.

Selanjutnya, tahun 1991, ia mendirikan stasiun televisi nasional bernama Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Mbak Tutut menjabat Direktur Utama TPI sejak 1991 hingga 1998. Nantinya, ia berpolemik dengan Hary Tanoesoedibjo soal kepemilikan stasiun televisi ini.

Siti Hardijanti menjabat sebagai anggota MPR-RI dari Fraksi Golkar sejak . Jabatan ini diembannya hingga 14 Maret 1998 atau menjelang lengsernya Presiden Soeharto. Di tahun yang sama, Mbak Tutut menjadi Ketua Koordinator Bidang Pemberdayaan Wanita DPP Golkar sampai 1997, juga sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) hingga 1998.

Presiden Soeharto menunjuk Siti Hardijanti yang tidak lain adalah anaknya sendiri sebagai Menteri Sosial RI pada Kabinet Pembangunan VII sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998. Penunjukan ini memunculkan kontroversi dan menjadi salah satu penyebab semakin kuatnya rakyat mendesak Soeharto turun dari kursi kepresidenan.

Menjelang Pemilu 2004, Mbak Tutut menjadi calon presiden dan juru kampanye Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). Parpol baru ini memperoleh dukungan dari orang-orang dekat Soeharto meskipun tidak mampu mendulang cukup banyak suara dan akhirnya bubar.

Siti Hardijanti ternyata masih tercatat sebagai kader Golkar. Ia menjadi salah satu juru kampanye Partai Golkar menjelang Pemilu 2014. Partai Golkar saat itu mendukung pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang akhirnya kalah dari pasangan Joko Widodo- Jusuf Kalla.

Setelah keluar dari Partai Golkar, Siti Hardijanti bergabung dengan Partai Berkarya yang didirikan oleh adiknya, Tommy Soeharto. Partai Berkarya di Pemilu 2019 mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang akan berhadapan dengan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Baca juga artikel terkait SEJARAH HARI INI atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Politik
Penulis: Iswara N Raditya