Menuju konten utama

Sebut Ekonomi RI Masih Baik, Jokowi Bandingkan dengan Cina

Ekonomi RI pada kuartal I 2020 hanya tumbuh 2,97. Presiden Jokowi menyebutnya masih cukup baik.

Sebut Ekonomi RI Masih Baik, Jokowi Bandingkan dengan Cina
Presiden Joko Widodo mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB) secara virtual di Kompleks Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (4/5/2020). ANTARA FOTO/Setpres-Kris/wpa/pras.

tirto.id - Presiden Jokowi membanggakan pertumbuhan Indonesia yang masih positif dibanding negara lain, di tengah pandemi COVID-19. Namun, mantan Walikota Solo itu juga meminta jajarannya waspada terhadap sejumlah angka negatif di kuartal pertama.

Dalam sidang kabinet paripurna yang digelar Rabu (6/5/2020), Jokowi menyebut pertumbuhan ekonomi 2,97% pada kuartal I masih tergolong baik dibandingkan negara lain.

"Walaupun hanya tumbuh 2,97 persen tapi dibandingkan dengan negara lain yang telah merilis angka pertumbuhannya, kinerja ekonomi negara kita relatif masih baik. Coba kita lihat beberapa negara yang alami kontraksi, dan kontraksinya tentu saja masuk ke tumbuh negatif," kata Jokowi, Kamis.

Jokowi kemudian menyampaikan angka kontraksi ekonomi sejumlah negara berdasarkan penghitungan YoY seperti Cina yang sebelumnya pertumbuhan ekonomi 6 persen menjadi minus 6,8 persen atau berarti delta (selisih) hingga 12,8 persen. Kemudian ada juga negara yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi minus seperti Perancis dengan delta 6,25 persen, Hongkong 5,9 persen, Italia 4,95 persen, dan Spanyol 5,88 persen.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut, pandemi COVID-19 memang berdampak pada perekonomian Indonesia. Baik dari sisi penawaran maupun permintaan, dan juga produksi, sama-sama mengalami pukulan. Sektor manufaktur Indonesia juga mengalami tekanan yang cukup dalam, terefleksi dari Indeks Manufaktur Indonesia (PMI) yang turun menjadi 27,5. Dampak ini lebih dalam dibandingkan negara ASEAN dan negara lain seperti Malaysia (31,3), Vietnam (32,7), dan Filipina (31,6).

Selain itu, Jokowi juga memaparkan beberapa sektor yang berkontribusi negatif dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti pangan (-0,31), angkutan udara (-0,08), penyediaan akomodasi (-0,03), industri mesin dan perlengkapan (-0,03).

Dari sisi permintaan, angka inflasi April 2020 tercatat mencapai 0,08 persen. Angka ini, kata Jokowi, "Sangat rendah bila dibandingkan pada periode bulan Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya".

Kemudian, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga Indonesia mencapai 2,84 persen dan pengeluaran pemerintah 3,74 persen menjadi lokomotif pertumbuhan. Oleh karena itu, Jokowi ingin bansos dan program padat karya segera dijalankan.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi meminta menteri-menteri untuk memperhatikan angka tersebut. Ia meminta agar para menteri di sektor ekonomi mencarikan solusi agar sektor tersebut bisa pulih.

"Mana saja sektor, subsektor yang alami kontraksi terdalam, dilihat secara detail dan dicarikan stimulusnya sehingga program stimulus ekonomi betul-betul harus kita buat dan harus tepat sasaran dan bisa mulai merancang skenario recovery pemulihan di setiap sektor atau subsektor," kata Jokowi.

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q1 2020 hanya sebesar 2,97 persen, melambat dari posisi yang sama di tahun 2019 atau secara year on year (yoy) yang masih mencapai 5,07 persen.

Adapun angka yang diumumkan BPS ini jauh di bawah prediksi optimistis pemerintah di kisaran 4,5 persen. Prediksi ini diucapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat virtual bersama Badan Anggaran DPR RI, Senin (4/5/2020) lalu.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti