Menuju konten utama

SBY Salat Jumat, Isi Khotbah Singgung Isu Politis

SBY salat Jumat bersama Habib Ali Abdurrahman Al-Habsy Kwitang, dalam khotbah salat Jumat tersebut isinya menyinggung persoalan politis yakni mengajak jemaah tetap memilih pemimpin Muslim.

SBY Salat Jumat, Isi Khotbah Singgung Isu Politis
Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-6 RI dan Ketua Umum Partai Demokrat. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf.

tirto.id - Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengunjungi kediaman Habib Ali Abdurrahman Al-Habsy Kwitang di Jalan Kembang VI, Kwitang, Jumat (10/2/2017). Keduanya beserta rombongan salat Jumat bersama di masjid Jamie Al Riyadh Kwitang dimana isi khotbah menyinggung persoalan politis yakni agar jemaah tetap memilih pemimpin Muslim.

Dalam khotbahnya, khatib shalat Jumat, Habib Ali bin Idrus Almasyhur mengingatkan kalau beragam ayat telah menegaskan agar umat Islam tidak memilih pemimpin non-muslim.

"Memilih pemimpin muslim wajib untuk kita lakukan besok saat memilih nanti," tegas Idrus.

Idrus menyampaikan kebaikan yang muncul dari umat non-muslim ternyata tetap menimbulkan gesekan hingga keresahan sampai saat ini.

Padahal, banyak negarawan seperti HOS Tjokroaminoto dan dan Wahid Hasyim sebagai negarawan dan juga pemimpin yang membawa kesejukan positif di publik. Oleh karena itu, dirinya mengajak umat untuk memilih pemimpin Islam.

Menurut Idrus, setiap umat Islam harus mempunyai kecintaan terhadap tanah air. Umat muslim harus mampu membangun tanah air karena tanah air dinilai sama dengan surga.

"Nabi mencintai tanah airnya pun kita sebagai umat muslim," ujar Idrus dalam khotbahnya.

SBY datang pukul 11.30 WIB dengan baju koko putih-hitam didampingi Hatta Radjasa, besan sekaligus calon wakil presiden mendampingi SBY mencalonkan sebagai Presiden RI 2009-2014.

Usai salat Jumat, SBY tidak langsung meninggalkan masjid. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu sempat berdialog dengan umat Islam di masjid.

"Kami bersahabat sudah lama sekali. Oleh karena itu kami beribadah solat bersama di masjid ini," tutur SBY usai salat Jumat.

Pria yang juga pernah menjabat sebagai Menkopolhukam ini berpendapat, Wiranto yang juga pimpinannya sewaktu di kesatuan sukses menggunakan pendekatan persuasif atau soft power untuk meredam ketegangan melalui pertemuan dengan Ketua Umum FPI Rizieq Shihab.

Menurut SBY, langkah pemerintah sudah tepat karena masyarakat Islam perlu dirangkul. Ia melihat pemerintah tidak perlu khawatir dengan keberadaan gerakan Islam.

Dalam pandangan SBY, aksi 112 dari pihak GNPF-MUI sudah menghormati keinginan dan harapan pemerintah untuk menjaga situasi yang aman tentram dan damai. Salah satu bentuk komitmen dengan mengubah konsep aksi 112. Hal itu dinilai sebagai sinyal positif agar pemerintah tidak takut dengan kekuatan Islam.

"Saya baca kemarin itu tanda-tanda yang baik bahwa tidak perlu lah ada saling membenci satu sama lain karena tidak perlu juga ada Islamopobhia di negeri sendiri," kata SBY.

Oleh karena itu, SBY berharap, pemerintah dan umat bisa bergandengan tangan dengan umat Islam. Ia pun berharap, semangat kebersamaan terus dibangun setelah pertemuan tersebut.

"Semoga tanda-tanda yang baik sekali lagi untuk kebersamaan negara bersama pemerintah dengan umat islam dan kebersamaan umat Islam sebetulnya dengan umat agama lain karena kita satu sama lain harus saling menyayangi menjaga persaudaraan di antara kita," kata SBY.

Baca juga artikel terkait SBY atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Politik
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri