Menuju konten utama

Saudi Bujuk Israel Berperang di Gaza untuk Alihkan Kasus Khashoggi

"Mereka memberi arahan kepada putra mahkota setiap enam jam," tulis wartawan MEE

Saudi Bujuk Israel Berperang di Gaza untuk Alihkan Kasus Khashoggi
Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menghadiri rapat kabinet di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (28/11/2017). ANTARA FOTO/Saudi Press Agency/Handout via REUTERS

tirto.id - Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (MBS) berusaha untuk membujuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memulai konflik dengan Hamas di Gaza.

Upaya tersebut dilakukan MBS sebagai bagian dari rencana untuk mengalihkan perhatian dari pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, sumber-sumber Arab Saudi mengatakan kepada Middle East Eye (MEE).

Berdasarkan laporan MEE, rencana berperang di Gaza tersebut merupakan salah satu di antara berbagai langkah dan skenario yang diajukan oleh the task force atau tim satuan tugas darurat yang dibentuk untuk meredam kericuhan yang semakin berkembang terkait pembunuhan Khashoggi yang datang dari pemerintah Turki.

Tim satuan tugas (satgas) darurat ini terdiri dari pejabat dari istana kerajaan, kementerian luar negeri dan pertahanan, dan dinas intelijen.

"Mereka (satgas) memberi arahan kepada putra mahkota setiap enam jam," tulis wartawan MEE, David Hearst.

Dengan berperang di Gaza dinilai akan mengalihkan perhatian Trump dan kembali memfokuskan kembali perhatian Washington kepada peran Arab Saudi dalam memperkuat kepentingan strategis Israel.

Upaya lain yang direncanakan adalah "menetralisir Turki dengan segala cara", termasuk usaha menyuap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan program pembelian senjata Turki. Selain itu, MBS juga berusaha untuk meningkatkan hubungan antara Riyadh dan Ankara.

Pada 2 Oktober 2018 lalu, jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi, lenyap setelah menginjakkan kaki di Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Meski telah membantah terlibat dalam kasus hilangnya sang jurnalis, otoritas Saudi terkenal dengan rekam jejak yang sangat buruk perlindungan atas kebebasan politik. Tak terkecuali di bawah kepemimpinan Mohammed bin Salman.

Al-Jazeera melaporkan bahwa Khashoggi pernah menjabat sebagai penasihat untuk anggota kerajaan. Namun demikian, ia memang kerap mengkritik program reformasi yang dijalankan oleh Mohammed bin Salman alias MBS.

Dalam sebuah wawancara pada bulan Maret lalu, Khashoggi mengkritik praktik-praktik represif Kerajaan Saudi terhadap para pengkritik dan pembangkang. Ia menyoroti pemenjaraan sejumlah aktivis hak asasi manusia yang mengutuk kebijakan perang Saudi di Yaman.

Arab Saudi dan Israel dianggap memiliki hubungan rahasia yang semakin dekat, didorong oleh permusuhan yang sama mereka kepada Iran. Sementara itu, MBS telah menjadi pemain kunci dalam upaya untuk menjual rencana perdamaian "kesepakatan abad" Trump untuk Israel dan Palestina kepada para pemimpin regional.

Berbicara kepada BBC awal tahun ini, Netanyahu mengatakan bahwa Israel dan beberapa negara Arab sedang mengalami proses "normalisasi subterraneran".

Pembunuhan Khashoggi telah banyak dikecam oleh para pemimpin dunia. Namun begitu, Netanyahu mengatakan awal bulan ini: "Sangat penting menjaga Arab Saudi untuk tetap stabil."

Dua minggu setelah pembunuhan itu, sumber-sumber pemerintah Saudi juga mencatat perubahan nada secara tiba-tiba dalam pernyataan Netanyahu, terutama tentang rencana meredakan blokade di Jalur Gaza.

Netanyahu mengatakan pada sidang kabinetnya pada 14 Oktober: "Kami sangat dekat dengan agenda yang berbeda, satu agenda yang akan menjadi pukulan yang sangat kuat. Jika itu masuk akal, Hamas akan berhenti menembak dan menghentikan gangguan kekerasan ini, sekarang juga."

Baca juga artikel terkait PEMBUNUHAN JURNALIS atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Politik
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani