Menuju konten utama

Satu Dekade Pegipegi, Teman Pulang dan Bertualang

7 Mei 2022, tepat satu dekade Pegipegi hadir dan berkomitmen menjadi fun traveling partner bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Satu Dekade Pegipegi, Teman Pulang dan Bertualang
Ilustrasi seorang wisatawan sedang menggunakan aplikasi Pegipegi. foto/Istockphoto

tirto.id - Sembari duduk santai di sebuah warung kopi di daerah Bantul, Esa, karyawan BUMN berumur 36 tahun, mengenang pengalaman wisata masa kecilnya. “Rasanya, antusiasme liburan kali ini sebesar waktu diajak berlibur Bapak-Ibu zaman masih sekolah,” kata dia. Dari nadanya, jelas ada semangat yang tersemat.

“Itu pertama kalinya pergi ke Bali sekeluarga, bareng Bapak, Ibu, dan 2 adik yang masih kecil. Tahun 2005 kalau tak salah ingat,” lanjut Esa. “Naik mobil tua, sampailah kami di Ubud jelang dini hari. Belum ada Google Maps, dan tak satupun dari kami tahu arah. Plang jalan adalah satu-satunya yang Bapak andalkan saat berkendara. Belum lagi, hujan mengguyur jalanan Ubud yang gelap dan sepi. Ibu harus turun-naik mobil, mampir dari satu penginapan ke penginapan lain untuk mencari kamar kosong yang cocok di kantong. (Sementara) Bapak menunggu bareng kami di mobil.”

“Momen itu melekat di ingatan karena dari sekian banyak pilihan, Ibu akhirnya memutuskan untuk kembali ke tempat yang pertama didatangi. Sebegitu repotnya mencari tempat untuk ‘meluruskan kaki’. Tak pernah terpikir, beberapa tahun kemudian, kerepotan semacam itu hanya tinggal kerinduan.”

Situasi di masa lampau berbanding terbalik dengan masa sekarang yang serba mudah. Semua transportasi dan akomodasi mudik ke Yogyakarta tahun ini, misalnya, ia atur secara virtual sejak jauh hari. “Tinggal browsing, pilah-pilih, bayar, berangkat. Praktis. Saya dan keluarga jadi bisa merayakan ‘kebebasan’ setelah dua tahun terkungkung pandemi dengan nyaman.”

Nostalgia sore itu diakhiri dengan teguk terakhir dari cangkir lawas yang menguning, dan rengekan anak kecil yang mulai bosan memandangi tumpukan tembikar di tepi jalan.

Kerinduan untuk Pulang dan Bertualang

Kemajuan teknologi telah memanjakan kehidupan kita dengan berbagai kemudahan, tak terkecuali munculnya bisnis travel online. Kalau dulu mesti menggunakan cara konvensional—menghubungi agen travel, ke bandara, atau harus mengantre di stasiun—untuk membeli tiket perjalanan, kini calon penumpang cukup mengakses online travel agent (OTA) melalui ponsel pintar dalam genggaman.

Studi DailySocial, Airline Ticket Survey 2018 “Direct Booking vs OTA” (2018), menunjukkan 92 persen responden pilih melakukan reservasi secara daring, hanya 8% yang tidak. Keberadaan agen konvensional pun dengan cepat terdisrupsi.

Kebutuhan untuk pulang hingga bertualang—mulai dari mencari tiket pesawat dan tiket bus, pesan tiket kereta api, berburu penginapan, sampai mencari inspirasi kuliner dan ide aktivitas liburan—kian mudah dan cepat. Permintaan akan kebutuhan wisata pun meningkat drastis berkat kemudahan ini, hingga traveling ‘menjelma’ jadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Dalam sepuluh tahun terakhir, tren kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) meningkat. Pencapaian tertingginya terjadi pada 2019 (mencapai 16,10 juta orang). Riset Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporan e-Conomy SEA 2019 bahkan memproyeksikan pasar travel online Indonesia masih menjadi unggulan di Asia Tenggara hingga 2025, apalagi didukung oleh industri pariwisata kita yang terus berkembang.

Industri pariwisata Indonesia tengah jaya-jayanya sampai pandemi Covid-19 datang dan menghantam tanpa ampun. Badan Pusat Statistik menyebut, total wisman pada tahun pertama pandemi (2020) hanya 4,02 juta dan merosot lagi ke angka 1,55 juta pada 2021. Jumlah wisatawan lokal juga menurun hingga 61 persen.

Penurunan ini tentu saja memengaruhi kondisi perekonomian, mengingat selama ini sektor pariwisata memiliki peran penting dalam meningkatkan pendapatan negara, devisa, lapangan pekerjaan, dan terutama kesejahteraan masyarakat.

“Sebelum Covid-19, jumlah wisatawan Nusantara tahun 2020 diprediksi 310 juta, namun karena pandemi jadi hanya sekitar 120 sampai 140 juta. Namun di 2021 diprediksi akan naik lagi menjadi 190 juta,” terang Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Hari Santosa Sungkari, akhir 2020 silam.

Pembatasan sosial berskala besar dan penutupan pintu akses keluar-masuk negara mengakibatkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata hingga 20,7 miliar. Destinasi dengan penurunan wisatawan tertinggi adalah Bali, diikuti Sulawesi Utara dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tingkat okupansi hotel otomatis juga menurun signifikan.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2020 hanya sebesar 4,05 persen, padahal tahun sebelumnya mencapai 4,7 persen. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga mengungkap devisa sektor pariwisata pada 2020 hanya senilai US$ 3,3 miliar setelah pada 2019 mencapai US$ 16,9 miliar. Tahun 2021 lebih parah lagi.

Walau menjadi sektor yang paling terimbas pandemi Covid-19, industri pariwisata Indonesia kini pelan-pelan menunjukkan pergerakan positif, bahkan berpeluang tumbuh pesat seiring dengan kondisi yang mulai baik.

Survei perilaku traveling yang dilakukan salah satu OTA terbesar di Indonesia, Pegipegi, pada 8–12 Juni 2020 menunjukkan 67 persen dari 900 lebih responden yang tersebar di seluruh Indonesia berencana untuk melakukan traveling pada era new normal, dan destinasi domestik menjadi pilihan utama. Moda transportasi yang dipilih responden adalah pesawat (53 persen), disusul kendaraan pribadi (27 persen), kereta api (16 persen), dan bus (4 persen).

Menariknya, keamanan dan protokol kesehatan di area publik tetap menjadi faktor penting yang diperhatikan oleh sebagian responden saat bepergian. Maka, demi menjaga keamanan dan kenyamanan perjalanan pelanggan maupun mitra di tengah Covid-19, Pegipegi luncurkan fitur Clean & Safe. Dengan mengaktifkan filter di pencarian hotel berlabel ‘Clean & Safe Stay’, siapa pun bisa memilih hotel yang menerapkan standar kebersihan tinggi—lingkungan higienis, kamar bersih, restoran hingga laundry bersih, dan staf hotel terlatih.

“Covid-19 telah mengubah masyarakat dalam berperilaku, terutama dalam hal traveling. Kebersihan dan keamanan menjadi faktor yang paling diutamakan. Maka, Pegipegi berkomitmen untuk menawarkan berbagai pengalaman traveling yang lebih aman kepada pelanggan melalui fitur ‘Clean & Safe Stay’. Selain itu, kami juga memberikan keuntungan lebih kepada para pelanggan kami melalui kerja sama strategis dengan mitra kami untuk menghadirkan clean & safe travel kit yang dapat digunakan oleh para pelanggan,” jelas Chief Executive Officer Pegipegi, Serlina Wijaya, dalam laman resmi Pegipegi.

Teman Perjalanan Satu Dekade