Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Satgas Klaim Kenaikan Kasus Seminggu Terakhir Akibat Kesalahan Data

Wiku sebut penambahan kasus harian yang sangat tinggi salah satunya disebabkan verifikasi data yang terlambat masuk.

Satgas Klaim Kenaikan Kasus Seminggu Terakhir Akibat Kesalahan Data
Keterangan Pers Juru Bicara Pemerintah Prof Wiku Adisasmito di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (12/1/2021). (FOTO/Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Negara)

tirto.id - Pemerintah melalui Satgas COVID-19 berdalih salah satu alasan peningkatan kasus baru Corona secara signifikan dalam seminggu terakhir di Indonesia akibat kesalahan pengolahan data.

"Kenaikan penambahan kasus harian yang sangat tinggi bahkan tertinggi semenjak kasus Covid-19 pertama masuk ke Indonesia salah satunya disebabkan verifikasi data yang terlambat masuk sehingga menyebabkan penumpukan pada pelaporan data di beberapa daerah," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito di Media Center BNPB, Jakarta, Selasa (19/1/2021).

Wiku menuturkan, angka kenaikan kasus COVID-19 mingguan per 17 Januari 2021 mengalami kenaikan hingga 27,15 persen. Wiku mengatakan, angka tersebut sangat tinggi karena pekan-pekan sebelumnya hanya naik 10-15 persen.

Selain itu, angka kasus positif minggu ini ada yang menjadi rekor dengan penambahan kasus mencapai 14 ribu per hari. Wiku menuturkan, kenaikan kasus disumbang oleh Jawa Barat (naik sebesar 4929 kasus). Kemudian disusul DKI Jakarta (naik 4364 kasus), Jawa Tengah (naik 3986 kasus), Bali (naik 806 kasus) dan Sulawesi Selatan (naik 792 kasus).

"Jika dilihat lebih jauh, lima provinsi yang berkontribusi terbesar dalam kenaikan kasus seluruhnya berasal dari pulau Jawa dan Bali kecuali Sulawesi Selatan," kata Wiku.

Wiku menuturkan, pemerintah berusaha memperbaiki permasalahan data yang terjadi saat ini. Ia mengatakan Kementerian Kesehatan mencatat ada data yang masuk tidak sesuai tanggal.

"Kementerian Kesehatan tengah memilah antara data yang memang sebenarnya masuk tanggal 11 sampai dengan 17 Januari dan data yang terlambat masuk dari minggu-minggu sebelumnya," kata dia.

Wiku menambahkan, "ke depannya Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah harus terus memperbaiki integrasi data Covid-19 sehingga mengurangi gap dan delay data pusat dan daerah. Saya minta ke depannya tidak ada lagi toleransi terhadap delay atau keterlambatan data," kata Wiku.

Wiku mengingatkan, data yang tidak realtime akan membuat pemerintah salah mengambil keputusan. Keputusan pun akan menjadi tidak efektif dan membuat kasus semakin bertambah, apalagi positivity rate Indonesia mencapai 25,98 persen di Januari 2021.

"Kita masih menghadapi ancaman Covid-19 yang semakin meningkat di sekitar kita. Untuk itu penegakan disiplin protokol kesehatan yang dimulai dari diri sendiri masih menjadi satu-satunya pencegahan yang paling efektif untuk melindungi diri kita sendiri dan orang-orang terdekat. Jangan lelah menerapkan 3 M karena keberhasilan penanganan Covid 19 bergantung kepada kedisiplinan setiap individu," kata Wiku.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz