Menuju konten utama

Satgas IDI Meyakini Indonesia sudah di Fase Endemi COVID-19

Ketua Satgas PB IDI Zubairi Djoerban mengatakan positivity rate Indonesia stabil di bawah 3 persen.

Satgas IDI Meyakini Indonesia sudah di Fase Endemi COVID-19
Tenaga Kesehatan menunggu pasien yang akan menjalani tes usap PCR di Laboratorium Genomik Solidaritas Indonesia, Cilandak, Jakarta, Selasa (15/3/2022). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/nym.

tirto.id - Ketua Satgas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban meyakini Indonesia saat ini memasuki fase endemi COVID-19. Ia bilang hal itu berdasarkan sejumlah indikator epidemiologi yang telah membaik.

"Apakah Indonesia sudah masuk tahap endemi? Saya akan jawab iya. Kenapa? Karena positivity rate-nya stabil di bawah 3 persen. Keterisian tempat tidur rumah sakit dan angka kematian juga rendah sekali," kata Zubairi Djoerban dikutip dari Antara, Rabu (8/6/2022).

Zubairi mengatakan selama dua tahun lebih masyarakat Indonesia akrab dengan kata pandemi. Saat ini masyarakat mulai akrab juga dengan istilah transisi serta endemi.

Zubairi yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (kanker) itu mengatakan situasi COVID-19 saat ini memicu tanggapan beragam masyarakat. "Apakah Indonesia sudah masuk tahap endemi atau masih transisi, atau sudah endemi tapi masyarakat tidak menyadari hal itu," kata dia.

Menjawab pertanyaan itu, Zubairi melaporkan angka kasus harian COVID-19 di Tanah Air yang saat ini dalam kondisi yang sangat baik.

"Saat ini, memasuki bulan Juni, angka kasus di Indonesia selalu di bawah 400. Ini bagus sekali. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang telah menyatakan endemi, namun kasusnya masih 70 ribu kasus per hari," ujarnya.

Selain itu, Zubairi mengatakan vaksinasi COVID-19 sasaran kelompok usia dewasa sudah lebih dari 70 persen.

"Usia lanjut kurang sedikit. Booster juga sudah mulai lumayan banyak. Kalau dibandingkan dengan negara lain, cakupan vaksinasi kita juga sudah lumayan bagus," katanya.

Zubairi menambahkan posisi kasus COVID-19 di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata Singapura, Malaysia, Australia, apalagi Korea Utara yang saat ini ranking satu dunia.

Meski angka penularan di Indonesia cenderung sedikit, tapi Zubairi membenarkan bahwa tes COVID-19 di Indonesia sangat sedikit jumlahnya.

"Namun hal itu bisa terkoreksi dengan BOR. Kalau sakitnya sang pasien parah karena COVID-19, pasti ke rumah sakit. Faktanya rumah sakit sepi. Positivity rate mingguan kita juga bagus," ujarnya.

Zubairi mengatakan mudik Lebaran 2022 yang semula dikhawatirkan banyak pihak berpotensi memicu gelombang lanjutan pandemi COVID-19, nyatanya tidak terbukti. "Awalnya kami khawatir soal itu. Apalagi yang mudik tercatat ada puluhan juta orang," kata dia.

Sudah dua bulan dari awal puasa, lonjakan kasus COVID-19 tidak terjadi. Dengan begitu, kata Zubairi, bisa dikatakan sekarang Indonesia sudah masuk tahap endemi.

Zubairi mengingatkan seluruh pihak bahwa COVID-19 merupakan penyakit yang dinamis. "Jadi, masih ada kemungkinan terjadi kenaikan. Harus tetap waspada dan taat protokol kesehatan," imbau dia.

Menurut Zubairi, COVID-19 akan tetap ada di tengah masyarakat dalam jangka waktu yang panjang sehingga lonjakan kasus masih memungkinkan terjadi.

"COVID-19 tetap ada di sekitar kita. Tapi, karena sebagian besar kita sudah divaksin lengkap, maka kalau terinfeksi, kemungkinan hanya batuk pilek bersin saja," katanya.

Baca juga artikel terkait SATGAS PB IDI

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan