Menuju konten utama

Satgas: Dwelling Time Tanjung Priok 3,6 hari

Satgas: Dwelling Time Tanjung Priok 3,6 hari

tirto.id - Satuan Tugas Dwelling Time yang dibentuk Kementrian Koordiantor Bidang Kemaritiman mengklaim bahwa waktu bongkar muat barang di Tanjung Priok rata-rata sudah mencapai 3,6 hari, melebihi target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo yang pertama, yaitu 4,7 hari.

"Saat ini dwelling time sudah mencapai 3,6 hari. Namun, seperti kita ketahui, Pak Presiden minta dwelling time bisa turun antara 2-3 hari. Untuk itu kita harus bekerja keras menurunkannya," kata Ketua Satgas Dwelling Time Agung Kuswandono dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, (14/3/2016).

Ia mengklaim bahwa pencapaian mengurangi dwelling time dari sebelumnya 7-8 hari menjadi 3,6 hari merupakan prestasi yang cukup membanggakan.

Mantan Dirjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan itu pun mengapresiasi kerja keras seluruh jajaran kementerian/lembaga, serta pelaku usaha dalam mendukung instruksi Presiden Jokowi terkait hal ini.

"Baru kali ini semua kementerian/lembaga sukarela memperbaiki hal yang mengganggu proses di Tanjung Priok. Ini mempercepat dwelling time dari 7-8 hari menjadi sekarang 3,6 hari," katanya.

Namun demikian ia meminta semua pihak untuk tidak membandingkan dwelling time Pelabuhan Singapura dengan Tanjung Priok, karena memang sistem yang diterapkan berbeda.

"Sekarang 3,6 hari dan ini masih bisa dikecilkan. Tapi saya mohon jangan bandingkan dengan Singapura karena sistemnya beda. Dia [Singapura] itu transhipment," jelas Agung, sembari menambahkan bahwa dwelling time di Pelabuhan Singapura dapat mencapai satu hari.

Ia mengatakan bahwa dengan sistem tersebut, hanya sekitar 10 persen barang dari pelabuhan yang benar-benar masuk ke negara tersebut.

"90 persennya hanya transit saja. Misal kapal dari Tiongkok datang, dia hanya tukar kapal di situ [Singapura], terus berangkat lagi ke Australia. Tukar menukar kapal saja satu hari," jelasnya.

Sistem tersebut, jelas sangat berbeda dengan yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok di mana 90 persen barang akan masuk dalam negeri sehingga harus diperiksa demi alasan keamanan.

"Kalau mau bandingkan, seharusnya dengan Tanjung Pelepas di Johor Bahru, Malaysia," imbuhnya.

Baca juga artikel terkait AGUNG KUSWANDONO atau tulisan lainnya

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara

Artikel Terkait